Berita Nasional Terpercaya

908 Ternak di Sleman Terpapar Penyakit Mulut dan Kuku

1

SLEMAN, BERNAS.ID – Ada sebanyak 908 hewan ternak di wilayah Kabupaten Sleman terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) berdasarkan data Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan, Rabu (8/6/2022). Kasus PMK tersebar di 12 kecamatan sejak awal Mei 2022.

Adapun 12 Kecamatan di Sleman, yaitu Moyudan, Gamping, Tempel, Mlati, Sleman, Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Cangkringan, Berbah, Prambanan, dan Kalasan.

Baca Juga Pemda DIY Diminta Bertanggung Jawab Kelola Sampah Secara Profesional

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Disperpakan Sleman Sri Rahayu Saddyahsih Nawang Wulan mengatakan, dari 908 ternak, sebanyak 882 ekor ternak berstatus suspek. Sisanya, ternak positif terkonfirmasi PMK. “Kasus total ada 908, terkonfirmasi lab PCR (terkonfirmasi) PMK ada 26 ekor, suspect ada 882 ekor, sembuh 8 dan mati 3, yang potong paksa belum ada,” tuturnya.

Nawang mengatakan, ternak yang berkategori suspek memiliki ciri bergejala klinis kriteria berat, misalnya air liur berlebih (hipersalivasi), demam, dan melepuh pada bagian gusi dan lidah. Ternak kategori suspek ini pun sudah dianggap dan diperlakukan sebagai hewan positif terkena virus PMK.

Saat ini, ternak yang terkonfirmasi atau suspek PMK terus mendapatkan disinfeksi secara rutin untuk kandangnya, serta diberikan pengobatan. Meskipun, ketersediaan obat pengurang rasa sakit dan demam, seperti analgesik dan antipiretik, kian menipis.

Baca Juga Mendagri Ajak Seluruh Daerah Kelola Sampah Dengan Baik

Nawang menyebut meluasnya PMK di wilayah Sleman karena beberapa faktor. “Biasanya para peternak, pedagang, atau pengepul ternak itu mendapatkan hewan pada saat membeli. Bahkan disertai SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan),” kata Nawang.

“Masa inkubasi PMK ini 14 hari, kadang ternak datang di kandang dalam keadaan sehat, tetapi setelah 3-5 hari baru menunjukkan gejala klinis,” imbuhnya.

Nawang juga menduga meluasnya PMK karena para peternak, pedagang, pengepul, termasuk perugas peternakan tidak waspada dengan model penularan melalui udara. “Peternak, petugas, atau siapa pun datang ke kandang yang sudah positif PMK, kemudian keluar tanpa biosecurity, tanpa membersihkan diri masuk ke kandang yang belum ada kejadian itu bisa menularkan,” bebernya.

Meski kasus PMK meluas di Sleman, Nawang mengatakan pemerintah kabupaten tidak menutup lalu lintas hewan ternak yang masuk ke wilayahnya. Namun, dilakukan pembatasan karena 40 persen kebutuhan daging dipasok dari luar daerah. “Untuk memenuhi hewan kurban nanti juga datang hewan-hewan kurban dari luar,” tukasnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.