Sumbu Filosofis Jogja Seyogyanya Lestarikan Juga Pepohonan yang Penuh Makna

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Pemda DIY melalui Balai Pelestarian Kawasan Sumbu Filosofi kini sedang berproses mengajukan konsepsi sumbu filosofis Jogja ke UNESCO untuk dapat diakui sebagai warisan budaya dunia. Penataan secara bertahap pun telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir.
Saat ini bentuk fisik di kawasan sumbu sudah mulai ditata, terutama dari kawasan Tugu hingga Kraton Jogja. Adapun untuk Kraton ke selatan hingga Panggung Krapyak masih dalam tahap perencanaan.
Sepanjang Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya ke selatan hingga Panggung Krapyak saat ini telah dihuni banyak permukiman warga. Dan di situ banyak terdapat pepohonan yang memiliki makna filosofis, yang juga harus dilestarikan.
“Vegetasi yang ditanam di seputaran jalan antara Panggung Krapyak hingga Plengkung Nirbaya adalah pohon Asem Jawa dan pohon Tanjung, ini ada makna filosofinya,” kata Ketua Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya (DP2WB) DIY Yuwono Sri Suwito, Jumat (17/6/2022).
Baca juga: Sumbu Filosofis Jogja Harus Bebas Macet
Adapun filosofi dari kedua pohon asem menurut dia adalah nengsemake atau berarti menyenangkan. Hal ini menggambarkan seorang anak selalu menarik bagi orang tuanya. Kemudian daun asem yang muda dinamakan sinom yang berarti gadis muda menarik bagi lawan jenis. Sementara pohon Tanjung menggambarkan seorang anak bayi yang selalu disanjung oleh orang tua, kerabat dan sekitarnya.
Besarnya nilai filosofi di kawasan ini memang layak dilestarikan. Menurut Yuwono perlu ada pengawasan dan pengendalian dengan diperketat dan harus dijaga. Pembangunan yang dilakukan di sekitarnya harus sesuai dengan aturan yang telah diterbitkan. Karena jika nantinya sudah mendapatkan predikat sebagai warisan budaya dunia harus sesuai dengan manajemen perencanaan.
“Misalnya bangunan hanya diizinkan tingkat dua, ternyata membuatnya berlantai tiga dan seterusnya, ya tidak boleh. Sehingga masyarakat harus disadarkan bahwa mereka berada di area cagar budaya yang punya nilai penting. Bukan membelenggu kreativitas mereka. Justru dengan ini akan memiliki nilai tambah bagi masyarakat dampak ekonomi dan budaya pasti ada,” katanya.
Ia mengatakan upaya pengajuan sumbu filosofi menuju warisan budaya dunia ini perlu mendapatkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Karena akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat. Kelestarian yang harus terus dijaga tidak hanya bangunan dalam hal ini tangible tetapi juga kelestarian budaya atau intangible.
“Bagi pemilik heritage apapun namanya di setiap sumbu filosofi yang sudah ditetapkan batas delineasi itu harus kita cermati supaya tidak berlebihan. Karena orang tidak tahu saya melanggar atau tidak, peran DP2WB, pemerintah, masyarakat semua bisa berjalan seiring,” imbuhnya.
Baca juga: Sumbu Filosofi DIY Terus Digaungkan
Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis Dwi Agung Hernanto mengatakan jawatannya terus melakukan sosialisasi ke masyarakat yang berada di sepanjang kawasan sumbu filosofi. Sebagian besar mulai memahami bahwa mereka berada di area cagar budaya sehingga ada hal yang perlu diperhatikan. Ia sepakat bahwa konsep sangkan paraning dumadi yang ada di dalam sumbu filosofi Jogja layak untuk dilestarikan.
“Sangkan Paraning Dumadi ini sebuah nasehat yang menggambarkan perkembangan sejak lahir kemudian dewasa, paran menuju ke kehidupan dari awal sampai akhir kehidupan. Mengapa perlu dilestarikan? karena penuh dengan nasehat yang bisa digunakan untuk sekarang dan masa depan. Tujuan utamanya untuk usulan melestarikan itu sendiri baik tangible dan intangible,” katanya. (den)
[…] Baca Juga : Sumbu Filosofis Jogja Seyogyanya Lestarikan Juga Pepohonan yang Penuh Makna […]