Ocula, Sistem Kelola Budidaya Ikan Air Tawar dengan Mudah

SLEMAN, BERNAS.ID – Indonesia menduduki peringkat 3 besar sebagai negara penghasil ikan terbesar di dunia, setalah Cina dan India. Namun, Balitbang Kementrian Kelautan dan Perikanan menyebut konsumsi ikan per kapita di Indonesia rendah.
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi ikan, harga yang masih cukup tinggi dan kurang efisiennya teknologi dan metode budidaya ikan air tawar yang saat ini diterapkan. Selama ini sebagian besar budidaya perikanan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional, seperti ketergantungan pada kemampuan pembudidaya. Apabila pembudidaya tidak memiliki kemampuan yang memadai, kemungkinan gagal panen akan meningkat.
Baca Juga Buya Syafii Ingin Hidupkan Kembali Muhammadiyah Di Kampung Halamannya, Sumatra Barat
Selain itu metode budidaya tradisonal akan sangat bergantung pada kondisi cuaca dan lingkungan, serta kualitas air. Untuk itu, perlu ada terobosan agar proses pengelolaan budidaya ikan air tawar menjadi lebih efektif.
Sekelompok mahasiswa UNY melakukan inovasi pengembangan produk alat pengelolaan kolam budidaya ikan air ttawar yang terintegrasi Internet of Things (IoT) sehingga lebih kokoh dan efisien. Mereka adalah Danang Pradana, Qurotunnisa Nur Aini, dan Luthfan Ihtisyamuddin.
Menurut Danang Pradana, alat yang dibuat berfungsi untuk mengefisienkan pengelolaan budidaya ikan air tawar secara otomatis yang disebut Ocula. “Ocula memiliki dua fungsi utama, yakni manajemen kelola air kolam dan manajemen pakan ikan secara otomatis. Untuk fitur water system, Ocula dilengkapi dengan aerator yang terdiri dari 4 sensor, yakni sensor oksigen, suhu, Ph, dan kekeruhan air, ” kata Danang Pradana, Rabu (29/6) di UNY.
Lanjut tambahnya, semua sensor dari alat tersebut memungkinkan pengguna dapat membaca kondisi air kolam dan melakukan aksi secara otomatis melalui pengendali jara jauh yang terintegrasi Internet of Things. Selain itu, fitur ini juga dilengkapi dengan pengaturan debit air yang memungkinkan untuk pengguna Ocula melakukan automatic reaction ketika terjadi perubahan debit air.
Sedangkan untuk manajemen pakan, Ocula memudahkan pengguna atau pembudidaya untuk mengatur baik posisi pemberian pakan, jarak pelontaran pakan, volume pakan yang disesuaikan dengan umur ikan, da jadwal pemberian pakan.
Qurotunnisa Nur Aini menambahkan, sistem yang dikembangkan untuk produk Ocula berbasis micro controller yang di integrasikan dengan Internet of Things yang dapat dikendalikan secara jarak jauh. Hal ini bertujuan untuk lebih mengefisienkan pengelolaan budidaya air tawar sehingga produktifitas dapat optimal tanpa harus dilakukan pengecekan dan perwatan secara manual.
Lanjut tambahnya, Ocula dapat dikendalikan secara jarak jauh melalui aplikasi Ocula Assistant. Aplikasi ini juga dapat memberikan report selama 1 bulan setelah pemakaian. Dengan adanya report bulanan pengguna dapat memantau naik turunnya kondisi air dan dapat dilakukan analisis penyebab dan solusinya. Sistem akan membaca kondisi di kolam untuk selanjutnya mengirimkan data kondisi kolam berbentuk notifikasi kepada pengguna.
Baca Juga Mendagri Ajak Seluruh Daerah Kelola Sampah Dengan Baik
Luthfan Ihtisyamuddin mengatakan keunggulan Ocula, yaitu terdapat sistem detektor kondisi air yang dapat dipantau secara jarak jauh melalui Internet of Things. “Kedua, setelah identifikasi kondisi, Ocula dapat menyesuaikan kondisi kolam sesuai dengan kebutuhan ikan” katanya.
Menurutnya, alat detektor air kolam ini dirancang dengan gabungan 4 sensor, yaitu sensor suhu, pH, kadar oksigen, dan kekeruhan air. Dalam pengaplikasiannya, keempat sensor ini dapat dilakukan kalibrasi sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan melalui smartphone dan dapat diatur, apakah akan dilakukan penanganan secara otomatis atau manual saat kondisi air di bawah atau di atas standarisasi yang ditetapkan sebelumnya.
4 Sensor tersebut digabungkan dengan aerator yang di desain khusus sehingga lebih efisien dalam penataan tempatnya. Aerator ini juga dapat mengendalikan pH air kolam dengan cara menambahkan senyawa kimia alami ke dalam kolam. Aerator ini juga dapat mengendalikan suhu apabila suhu di atas atau di bawah standarisasi yang sudah ditetapkan, suhu akan dikendalikan secara otomatis.
Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) Perguruan Tinggi sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan calon wirausaha inovatif dari Perguruan Tinggi. (jat)