AS Desak Pemimpin Sri Lanka Segera Tangani Krisis

SRI LANKA, BERNAS.ID – Rakyat Sri Lanka beramai-ramai mendemo Pemerintahan Gotabaya Rajapaksa, Sabtu (9/7). Bahkan, peserta unjuk rasa menduduki rumah Presiden Sri Lanka, Rajapaksa hingga membakar rumah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Sri Lanka dinyatakan bangkrut setelah mengalami krisis keuangan terparah selama tujuh dekade terakhir ini. Dampaknya, Sri Lanka kekurangan pasokan bahan bakar minyak (BBM), termasuk bahan pokok.
Baca Juga Militer Rusia Latihan Tembak Rudal Nuklir
Amerika Serikat (AS) pun mendesak para pemimpin Sri Lanka untuk segera bertindak cepat mencari solusi jangka panjang guna mengatasi permasalahan langkanya BBM, pasokan listrik, dan bahan pangan.
Seperti diberitakan AFP, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mendesak Sri Lanka untuk mencari solusi jangka panjang guna memperbaiki stabilitas ekonomi. Menurutnya, solusi yang baik akan mampu mengatasi ketidakpuasan rakyat Sri Lanka.
“Parlemen Sri Lanka harus mencari solusi dengan komitmen untuk kemajuan bangsa, bukan satu partai politik,” tuturnya saat mengunjungi Thailand.
Baca Juga Penembakan Dan Ledakan Bom Mewarnai Pilpres Filipina
Lanjut tambahnya, Pemerintah AS juga mengkritisi aksi massa yang menyerbu kediaman Rajapaksa. “Rakyat Sri Lanka memiliki hak untuk bersuara secara damai. Kami menyerukan penyelidikan penuh, penangkapan, dan penuntutan atas siapa pun yang terlibat dalam insiden protes yang diwarnai kekerasan itu,” ujar Blinken.
Diketahui, Rajapaksa memiliki hubungan yang kurang baik dengan AS karena kemitraan ekonomi yang dibentuk Sri Lanka dengan China. Dalam beberapa pekan terakhir, baik AS maupun China telah menawarkan dukungan untuk Sri Lanka akibat krisis yang terjadi.
Sampai dengan Juni 2022, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kolombo menuturkan akibat BBM hingga gas LPG yang semakin langka dan harganya selangit, banyak warga Sri Lanka yang beralih ke kayu bakar untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Pemadaman listrik bergilir pun masih terus terjadi dengan durasi 3 hingga 4 jam per hari imbas krisis BBM. Sri Lanka memutuskan untuk hanya memberikan pasokan bahan bakar untuk layanan yang dianggap penting seperti kesehatan, kereta api, bus, dan kendaraan pengangkut makanan selama dua minggu mulai Juni akhir.
Dampaknya, Sri Lanka menutup sekolah di perkotaan, sehingga masyarakat bisa belajar dan bekerja dari rumah. Masyarakat tidak perlu membeli bahan bakar untuk mobilisasi. (jat)