Kemendikbud RI Gandeng UMY Gelar Workshop Jurnal Terindeks Internasional

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Dirjen Dikti Kemendikbudristek bersama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan Workshop Jurnal Menuju Terindeks Internasional Bereputasi Tahun 2022 di Hotel Grand Zhuri, Selasa (19/07). Workshop dipandu Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat sedangkan dari pihak UMY adalah Lembaga Riset dan Inovasi (LRI).
Rektor UMY, Prof Gunawan Budiyanto menyambut gembira kampusnya diberikan kepercayaan dari Dikti. “Kami UMY sangat senang dan berterima kasih karena telah diberikan kepercayaa untuk turut andil dalam melaksanakan workshop kepenulisan jurnal ini. Dan kami siap digandeng untuk projek lainnya tak hanya masalah kepenulisan jurnal saja,” tuturnya.
Baca Juga Buya Syafii Ingin Hidupkan Kembali Muhammadiyah Di Kampung Halamannya, Sumatra Barat
Ia meyakini workshop ini sangat penting sebagai kesadaran publikasi seorang cendekiawan bangsa. “Alhamdulillah, level publikasi keilmuan kita sekarang sudah sama seperti Thailand dan Malaysia. Ini bukan ungkapan terlalu berbangga diri, tapi ini adalah bentuk kerja keras kita semua dalam mengangkat Indonesia dari perspektif publikasi Internasional,” ujarnya.
Ia juga berharap Indonesia menjadi negara yang dikenal lewat karya karya ilmiah yang patut diperhitungkan. “Sudah saatnya karya anak bangsa muncul di jurnal publikasi internasional. Nantinya, kita akan menjadi negara yang dikenal melalui jurnal karya anak bangsa,” tuturnya.
Baca Juga Guru Bangsa Buya Syafii Tutup Usia, Ganjar Pranowo Berkisah
Plt. Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Prof Teuku Faisal Fathani mengatakan Indonesia saat ini memiliki 14.000 jurnal.
“Perlu diketahui jika saat ini Indonesia sudah memiliki 14.000 jurnal, 7.000 di antaranya sudah dievaluasi dan mendapat peringkat Sinta 6 sampai Sinta 1, 115 jurnal sudah terindeks scopus dan 180 jurnal yang menuju scopus internasional,” jelasnya.
Ia mengatakan dikti sudah banyak mengadakan coaching klinik dan workshop kepenulisan jurnal agar jurnal-jurnal anak bangsa bisa terindeks internasional bereputasi. Sejak tahun 2014, publikasi jurnal di Indonesia naik secara eksponensial.
“Dari segi jumlah, jurnal Indonesia sudah melampaui negara Malaysia dan Singapura, tapi jumlah sitasi Indonesia masih rendah. Tingkat sitasi jurnal Indonesia masih rendah. Satu jurnal Singapura sudah disitasi 5 kali dari pada jurnal peneliti Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu, Teuku menegaskan pentingnya coaching clonic jurnal agar bisa membedah jurnal peneliti Indonesia guna meningkatkan kualitas jurnal dan tingkat sitasi. (jat)