Ukraina Kesulitan Keuangan untuk Gaji Pasukan

UKRAINA, BERNAS.ID – Ukraina memakai 60 persen anggaran belanjanya untuk membiayai perang dengan Rusia. Bahkan, pendapatan pajak hanya menutupi 40 persen dari pengeluaran Pemerintah Ukraina.
Bahkan, laporan yang diturunkan Wall Street Journal (WSJ) menyebut Ukraina terpaksa mencetak uang untuk menggaji pasukannya. Hal tersebut terjadi karena lambatnya bantuan keuangan dari Barat.
Sebelumnya, Kiev mengatakan Ukraina membutuhkan 5 miliar USD per bulan untuk menjalankan negara. Untuk itu, Ukraina tidak akan mampu mengatasi kondisi keuangan tanpa bantuan Barat.
Baca Juga Militer Rusia Latihan Tembak Rudal Nuklir
Menteri Keuangan Ukraina, Sergey Marchenko mengatakan, kondisi keuangan Ukraina membuatnya sakit kepala karena harus terus menyeimbangkan biaya konflik dan pendapatan pajak yang lebih rendah dalam ekonomi yang parah karena perang.
“Tanpa uang ini, perang akan berlangsung lebih lama dan akan lebih merusak ekonomi,” tuturnya seperti diberitakan Russia Today, Minggu (14/8).
Berdasarkan jurnal Wall Street Journal (WSJ), Uni Eropa sejauh ini hanya menyediakan 1 miliar Euro dari 9 miliar Euro yang dijanjikan ke Kiev. Hibah dan pinjaman yang dijanjikan ke Ukraina oleh pendukung asingnya tiba lebih lambat dari yang diharapkan.
Baca Juga Penembakan Dan Ledakan Bom Mewarnai Pilpres Filipina
Penasihat ekonomi untuk Presiden Zelensky, Rostislav Shurma mengilustrasikan keadaan Ukraina dengan istilah yang mengerikan. “Jika Kiev bertindak lamban di Barat, Rusia akan berada di perbatasan Polandia sekarang,” tuturnya kepada WSJ.
“Mereka tidak merasakan perang. Itulah masalahnya. Satu-satunya hal yang mereka rasakan di UE (Uni Eropa) adalah harga tinggi,” imbuh Shurma.
Karena kekurangan dana, Bank Sentral Ukraina tidak punya pilihan selain mencetak lebih banyak uang untuk memungkinkan Pemerintah menggaji pasukan dan membeli senjata serta amunisi untuk terus berjuang. Namun, pendekatan tersebut melemahkan mata uang nasional Ukraina, Hryvnia. (jat)