Berita Nasional Terpercaya

Kondisi Stunting Balita Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 di DIY, Ini Kata Peneliti Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Peneliti Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Dr Tri Siswati, SKM., M.Kes, dkk berkesempatan meneliti tentang “Trend dan Determinan Stunting DIY Sebelum dan Selama COVID-19” melalui Hibah Asian Development Bank. Dengan dibimbing oleh para pakar, seperti Ir Doddy Izwardy, PhD; dr Anung Sugiarto, M.Kes; Prof Moctar; Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes dan difasilitasi oleh PT MADEP telah berhasil menyelesaikan riset dan diseminasinya.

Acara diseminasi ini dilakukan secara luring dan daring pada tanggal 25 Agustus 2022, dihadiri oleh para Kepala OPD di seluruh DIY, PKK, akademisi, peneliti, organisasi profesi, dunia usaha, dan masyarakat serta pegiat stunting sebanyak 175 orang.

Dalam pemaparan tersebut dilaporkan bahwa DIY mengalami masalah beban gizi ganda. Sejak tahun 2018 hingga 2021 prevalensi balita yang mengalami undernourish turun (stunting, wasted, underweight), namun obesitas justru meningkat.

Baca Juga : BKKBN Soroti 700 Anak Alami Stunting di Sleman

Sementara itu pandemi Covid-19 meningkatkan prevalensi stunting-wasted. Artinya bahwa telah terjadi kurang gizi akut pada masa pandemi ini. Jika tidak diatasi, kondisi ini berpotensi menambah derajat keparahan stunting.

Sejak pemerintah menetapkan stunting balita menjadi prioritas masalah kesehatan dan mengimplementasikan strategi nasional percepatan penurunan stunting melalui 8 aksi konvergen stunting, rata-rata kecepatan penurunan stunting di DIY meningkat, dari 0,57% per tahun pada tahun 2007-2018 menjadi 2,06% per tahun pada tahun 2018-2021.

Prestasi ini akan mendorong DIY mencapai target stunting sebesar 11,12% pada tahun 2024 melampaui target nasional 14%. Estimasinya DIY akan mencapai merdeka stunting pada 2030, namun bisa saja terwujud merdeka stunting lebih awal jika semua elemen bergerak sinergis dan kecepatan penurunan stunting bertambah.

Temuan lain bahwa penurunan prevalensi stunting ternyata disertai dengan perbaikan nilai z-score TB/U, meskipun penurunannya sangat lambat. Saat ini balita stunting di DIY berada di z-score TB/U -2,55 padahal rentang stunting adalah -3 hingga 2 z-score, hal ini menandakan bahwa sesungguhnya stunting di DIY adalah masalah stutning intergenerasi, sehingga masih perlu diperjuangkan bukan saja target penurunannya namun juga kualitasnya.

Baca Juga : Pemkot Jogja Lakukan Pendekatan ini Untuk Tuntaskan Stunting

Isu disparitas stunting di DIY masih sangat lebar. Berdasarkan data pemantauan status gizi Dinkes DIY tahun 2020 rentang prevalensi stunting antara 4,62% (Kecamatan Depok Kabupaten Sleman), hingga 26,4% (Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul).

“Pemerintah DIY telah berkomitmen untuk terus menurunkan stunting balita melalui berbagai kebijakan, inovasi intervensi, capaian 8 aksi konvergen stunting serta capaian target penurunan stunting. Namun beberapa hambatan yang ditemui adalah masih ada persepsi OPD yang menganggap stunting hanya masalah kesehatan, masalah perilaku merokok, persepsi masyarakat tentang stunting, pola asuh, pengetahuan dan praktik ibu dalam pemberian makan balita,” ujar Dr Tri Siswati, SKM., M.Kes, Jumat (26/8/2022)

Beberapa tantangan yang perlu menjadi pertimbangan program dalam mengatasi stunting, antara lain isu sosial seperti kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, kondisi pandemi Covid-19, serta ancaman krisis pangan di beberapa tahun kedepan, stunting-wasting meningkat, obesitas meningkat yang mungkin refleksi dampak malnutrisi intergenerasi 20-30 tahun yang lalu.

“Jika tidak ditanggulangi secara integratif, stunting dan obesitas menjadi masalah ancaman kualitas sumber daya manusia,” pungkas Tri. (cdr)

Leave A Reply

Your email address will not be published.