Uni Eropa dan UMY Kerjasama Minimalisir Kecelakaan Lalu-lintas di ASEAN

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Kecelakaan dalam berkendara menjadi permasalahan yang kerap terjadi dalam berlalu-lintas di berbagai negara. Bahkan di negara-negara ASEAN yang hanya memilki persebaran kendaraan kurang dari 3 persen di seluruh dunia, memiliki persentase kematian sebesar 12 persen dari total jumlah kematian di seluruh dunia.
Menanggapi permasalahan kecelakaan lalu-lintas tersebut, Uni Eropa melalui program Erasmus+ menginisiasi Asia Safe Project dengan mengajak Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai salah satu partner.
Baca Juga PM Finlandia Jengkel Video Pribadi Viral
Prof Ghazwan Al-Haji selaku Koordinator dari Asia Safe Project menyampaikan tingginya tingkat kecelakaan yang terjadi di lalu lintas disebabkan berbagai faktor. “Erasmus+ melalui project ini memiliki tujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan di lalu-lintas,” tuturnya dalam kunjungan ke UMY melalui agenda bertajuk “Erasmus+ CBHE Asia Safe Consortium Visit to UMY,” hari Kamis (1/9).
Dalam presentasinya, Prof Ghazwan menjelaskan bahwa Asia Safe Project memiliki beberapa misi demi mencapai tujuan mereka, yaitu mengembangkan, beradaptasi dan mengimplementasikan kurikulum untuk jenjang Master di bidang keselamatan dalam berlalu lintas.
“Asia Safe Project juga sudah menyiapkan berbagai konsep yang bisa diterapkan, seperti mengembangkan kursus untuk profesional, melakukan analisa pasar serta menyiapkan data dan analisa mengenai kecelakaan yang terjadi di lalu-lintas,” ujarnya.
Dalam menjalankan project ini, Prof Ghazwan mengatakan Erasmus+ menjalin kerjasama dengan berbagai universitas di tiga negara di Asia yaitu Indonesia, Malaysia dan Vietnam. Untuk Indonesia, selain UMY juga ada Universitas Gadjah Mada (UGM). Sementara dari Malaysia dan Vietnam masing-masing juga terdapat dua universitas yang siap berkolaborasi dalam Asia Safe Project.
Baca Juga Israel Akan Pompa Air Laut Mediterania
Menanggapi visitasi dari Erasmus+, Prof Gunawan Budiyanto, selaku Rektor UMY mengatakan diadakannya program tersebut sebagai bentuk pendekatan antara Eropa melalui Uni Eropa dengan kawasan Asia. Ia menambahkan dengan adanya kurikulum yang disusun oleh Erasmus+, baik di tingkat sarjana maupun pascasarjana bisa terjadi peningkatan keselamatan dalam bertransportasi.
“Harapannya prodi maupun fakultas lain di UMY bisa mengambil skema yang lain, seperti skema tentang kebencanaan, humanity dan lingkungan. Karena saya sendiri tertarik dengan skema kebencanaan karena kita punya sejarah panjang tentang bencana,” tuturnya.
Dalam kegiatan visitasi juga dilakukan penandatanganan Equipment Grants berupa penyerahan alat, software dan buku senilai 24.512,30 Euro ke UMY. (jat)