Berita Nasional Terpercaya

LDII Sleman Tepis Isu Eksklusif Lembaganya

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Setiap organisasi kemasyarakatan keagamaan memiliki karakteristiknya masing-masing seperti Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Tentu, wajar bila memiliki model pendidikan tersendiri dan mempunyai basis tempat ibadah sendiri seperti masjid.

Karakteristik yang berbeda itu sering memunculkan persepsi-persepsi di masyarakat, salah satunya kesan isu eksklusif. Anggapan itu barangkali muncul karena LDII memiliki metode kekhusukan tersendiri dalam mempelajari agama dengan frekuensi yang tinggi.

Baca Juga Muhibah Budaya, Wujud Kerjasama DIY Dan Trenggalek

Suwarjo, Ketua DPD LDII Kabupaten Sleman mengatakan LDII memiliki aktivitas pengajian sampai 3 kali dalam seminggu, bahkan untuk anak-anak kecil setiap sore hari. “Kadang kala ada yang belum mengenal aktivitas kita,” tuturnya di Kantor DPD LDII Sleman, Selasa (13/9).

Namun, Suwarjo mengatakan frekuensi dan kekhusukan itu juga bukan menjadi sebuah pembenaran karena LDII tidak eksklusif. “Banyak warga LDII yang menjadi pengurus kampung misal di Minggir Sleman, ada yang menjadi Dukuh,” katanya.

Ia juga menepis isu eksklusif masjid LDII tidak terbuka untuk masyarakat umum. Ia menyampaikan masjid di Kantor DPD LDII Sleman didatangi siapa saja dengan letaknya yang tidak jauh dari Jalan Magelang. “Boleh saja, masjid di Mulungan ini menjadi persinggahan banyak orang,” ucapnya.

Ia pun terbuka dengan isu-isu yang berkembang di masa lalu. “Kita membuka koreksi untuk kebaikan ke depan agat damai dan tenteram. Kita bisa mengambil hal-hal yang bisa dipertautkan untuk kerjasama demi kebaikan ke depan,” tuturnya.

“Kalau ada hal kurang berkenan dari ucapan perilaku warga kami, tolong diingatkan dengan cara yang santun agar tidak saling menyakitkan,” imbuhnya.

Baca Juga Presiden Taiwan Tegaskan Rakyatnya Tak Takut China

Hj Anji Sujiman, SH, MM selaku Ketua Dewan Penasehat di DPD LDII Kabupaten Sleman mengatakan, LDII selalu mengajarkan anggota untuk memiliki sikap toleransi beragama dan menjunjung sikap toleransi. Ia juga menyebut LDII berasas Pancasila dan UUD 45.

“Kami memperjuangkan sikap toleransi itu lewat lembaga FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama-red) Sleman,” katanya.

Anggota FKUB Kabupaten Sleman ini juga menyikapi tuduhan-tuduhan yang menyasar lembaganya seperti membidahkan tahlilan dan tirakatan 17an sia-sia terkait peristiwa di Balong, Bimomartani, Ngemplak, Sleman. “Yang dituduh mengatakan itu sudah meninggal sehingga sulit dibuktikan. Kami minta maaf kalau memang ada secara lembaga.Bukan itu ajaran LDII. Kalau oknum mungkin bisa. Kalau ada menjadi binaan kami lebih lanjut,” terangnya.

“Kami punya program, kampungku ada dua untuk warga LDII yang domisili di luar kampung. Dengan kejadian di Balong, akan menambah semangat kami untuk lebih mengaktualisasi program kami,” imbuhnya.

Dengan program itu, Hj Anji berharap agar ketika masuk pengajian ke kampung lain, warga LDII akan saling bertegur sapa, takziah ketika ada warga yang meninggal, dan menjenguk kalau ada yang sakit.

Terkait penolakan pembangunan masjid di Balong, Wakil Ketua DPW LDII DIY ini mengatakan pihaknya telah bertemu dengan Pemerintah Kabupaten Sleman. “Sudah dipanggil Pemkab, arahnya dari kita mengharapkan keputusan yang menjunjung tinggi hak semua warga dan saling menghormati,” tukasnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.