Museum Sonobudoyo Gelar Pameran Seni Islam “Star & Moon”

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Museum Sonobudoyo kembali menggelar pameran temporer AMEX (Annual Museum Exhibition) bertajuk “Star & Moon: Apa yang Dibawa dan Disatukan Oleh Lautan”, pada 7 November hingga 30 Desember 2022.
Pameran ini menampilkan pengaruh Islam terhadap berbagai macam bentuk praktik budaya di Indonesia.
“Pameran ini akan menjadi saksi bagaimana para seniman Nusantara berkreasi dalam berbagai dia untuk mengekspresikan jiwa mereka. Karya-karya mereka merupakan sebuah untuk kekayaan dan keragaman budaya Indonesia, dan bagaimana hal ini telah memberikan atribusi yang kaya terhadap warisan global seni Islam,” kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dalam sambutannya di pembukaan acara, Senin (7/11/2022).
Baca juga: 83 Tahun Sonobudoyo Ditampilkan Lewat Pameran Temporer
“Hal paling signifikan adalah bagian pameran ini akan menginspirasi pengunjung untuk mengeksplorasi pemahaman baru tentang berbagai karya seni yang sudah dikenal dan menghargai sejauh mana setiap objek mengungkapkan perkembangan gaya seni Islam di Nusantara,” tambah dia.
Ditambahkannya, koleksi Museum Sonobudoyo yang memiliki keterkaitan narasi dengan tema tersebut akan hadir menghiasi ruang pamer bersa dengan koleksi dari Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari, dan Museum Ranggawarsita, serta koleksi dari komunitas yang ada di Yogyakarta.
Baca juga: Pameran Abhinaya Karya 2022 Vidya-Mulya Di Sonobudoyo Ungkap Jejak Pengetahuan Nusantara
Hadir meresmikan pembukaan pameran temporer AMEX serta gedung pamer baru ialah Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, yang mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
“Mengangkat seni peradaban Islam, AMEX tahun 2022 membawa tajuk “STAR & MOON: Apa yang Dibawa dan Disatukan oleh Lautan”. Tema ini dapat dimaknai sebagai rangkaian hasil akulturasi, seiring proses diaspora manusia lintas benua, yang pada akhirnya mempertemukan Nusantara dengan Islam sejak dulu kala,” ujar Aji.
“Sejak awal kedatangannya, Islam selalu terkoneksi dengan berbagai tradisi dan kearifan lokal, sehingga pada akhirnya memberikan pengaruh yang signifikan pada corak budaya Indonesia. Hasil akulturasi Islam dan Nusantara inilah yang harus senantiasa dijaga kelestariannya,” tambahnya.
Ia meneruskan, momentum ini tersebut kian bermakna dengan peresmian Gedung Pameran Baru Museum Sonobudoyo, yang penggunaannya ke depan dilandasi oleh nilai luhur Astabrata.
Dimana Astabrata, dapat dimaknai sebagai wejangan “darmaning ratu gung binathara”, untuk membangkitkan semangat dalam kehidupan.
Selaras dengan filosofi tersebut, gedung baru ini diharapkan dapat menjadi pembangkit “gareget lan dharma nguri-uri kabudayan” dengan segala peran strategisnya.
Dengan desain yang dipadu-padankan selaras dengan kompleks bangunan lama, seakan membawa pesan, bahwa elaborasi antara nilai budaya warisan leluhur dan kemajuan zaman, dapat menjadi inspirasi bagi penciptaan budaya baru yang bermartabat, dengan para seniman, budayawan, dan masyarakat sebagai penggerak utama.
“Selain itu, gedung ini dapat menjadi media promosi yang efektif dalam mempertemukan nilai sejarah dan budaya dengan masyarakat. Bagaimanapun, promosi sebagai bagian strategi marketing, juga menjadi kian penting dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintah, khususnya pelayanan publik,” kata dia.
Gelaran pameran yang berlangsung hingga tanggal 30 Desember 2022 ini mulai pukul 09.00-21.00 WIB, dan tidak dipungut biaya tiket masuk.
Pameran ini bertempat di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo Jl. Pangurakan No. 4 Yogyakarta. (den)