Berita Nasional Terpercaya

Pemkab Sleman Perlu Target Ulang Prevalensi Stunting di Angka 3 Persen

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Kesehatan mempublikasikan data prevalensi stunting untuk mengukur tingkat pencapaian. Saat ini, capaian angka penurunan stunting di Kabupaten Sleman sudah berhasil mengungguli capaian nasional.

Data pengukuran dan publikasi angka stunting diperoleh dari skala layanan puskesmas, kecamatan, dan desa. Pengukuran menyasar tinggi badan anak di bawah lima tahun, kemudian data publikasi angka stunting tersebut dipakai untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat
dalam gerakan bersama penurunan stunting.

Baca Juga Pemda DIY Dukung Satu Data Nasional, Minimalisir Duplikasi Ganda

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama mengatakan pihaknya menjadi penanggung jawab pengukuran status gizi dan publikasi stunting, terutama stunting pada balita. Ia mengatakan nantinya data pengukuran tinggi badan balita dimasukkan dalam aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e- PPGBM) yang di entry oleh petugas gizi dibantu oleh kader.

“Kami berharap hasil dari pengukuran stunting balita ini dapat dilakukan diseminasi pada setiap pertemuan lintas program maupun OPD terkait, sehingga dapat dipakai sebagai dasar penyusunan kebijakan maupun kegiatan lain terkait stunting,” tuturnya dalam Diseminasi Pengukuran dan Publikasi Stunting, Senin (28/11).

Lanjut tambahnya, kinerja pengukuran stunting harus ditingkatkan dan perlu menargetkan ulang penekanan prevalensi stunting Kabupaten Sleman sampai di angka 3 persen melalui internvensi spesifik dan sensitif dalam jangka waktu 2 tahun ke depan.

“Upaya pengukuran untuk menurunkan angka stunting perlu dukungan dari seluruh elemen masyarakat khususnya tenaga kesehatan mulai dari Posyandu, Puskesmas baik tingkat Kapanewon dan Kalurahan,”tuturnya.

Ia pun berharap dari forum diseminasi dapat disusun perencanaan dalam rangka pengukuran dan publikasi stunting.

Baca Juga Dubes Norwegia Sebut Yogyakarta Akan Banyak Lahirkan Pemimpin

Berdasarkan hasil pengukuran status gizi balita pada bulan Agustus 2022 di Kabupaten Sleman dari sasaran balita sebesar 57.267 anak dengan jumlah balita yang diukur tinggi/panjang badannya sebanyak 50.877 (88,29%) didapatkan prevalensi angka stunting pada balita sebesar 6.88 % (3499 anak), sedangkan prevalensi stunting baduta (dibawah dua tahun ) sebesar 5.61% (984 anak). Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi stunting pada tahun 2021 sebesar 6.92% (3.445 anak).

Dari 86 kalurahan di 17 kapanewon Kabupaten Sleman, prevalensi stunting pada balita semuanya dibawah 20% atau berada di batas kategori aman ( ≥ 20% kronis) yang berarti tidak memiliki masalah kesehatan masyarakat, namun tetap diwaspadai kalurahan dengan kategori sedang (prevalensi 10-20%) sebanyak 17 kalurahan (19,77%) dan 69 (80,23%) kalurahan lainnya masuk pada kategori rendah dengan prevalensi 2.5-10% serta tidak ada kalurahan dengan kategori sangat rendah dengan prevalensi <2.5%.

Diketahui, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek dibanding usianya. Stunting terjadi sejak dalam kandungan ibu yaitu pada seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) sedangkan kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian pada bayi dan anak.

Intervensi yang paling menentukan untuk dapat menurunkan prevalensi stunting adalah intervensi pada masa 1000 HPK. Stunting disebabkan oleh factor multi dimensial sehingga dalam intervensinya memerlukan konvergensi lintas program dan lintas sektor serta upaya sinergitas pemerintah di berbagai tingkatan. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.