Berita Nasional Terpercaya

Pakar Transportasi Sebut Petisi Kembalikan WFH Logis

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Pakar Transportasi UGM, Ir Ikaputra menyebut logis menanggapi viralnya sebuah petisi di media sosial tentang pengembalian Work From Home (WFH) di Jakarta. Saat pandemi Covid-19, banyak pekerja kantoran yang merasakan sejumlah manfaat dengan sistem kerja WFH.

WFO (Work From Office) dianggap menjadi penyebab kemacetan di kota sehingga berdampak kepada para pekerja seperti menjadi stres dan berdampak pada performa kerja yang kurang optimal.

Baca Juga Rusia Tuduh Ukraina Racuni Pasukanny Di Zaporizhzhia

Ketua Pusat Studi Transportasi (PUSTRAL) UGM, Ir Ikaputra mengatakan, banyak pekerja kantoran yang merasakan sejumlah manfaat dengan sistem kerja secara WFH. Misalnya, efisiensi waktu, penghematan bahan bakar, menekan emisi gas dan polusi dari penggunaan kendaraan menuju tempat kerja.

“Namun juga perlu dipahami ada banyak sektor termasuk transportasi yang tidak bergerak dan tidak produktif terutama yang bekerjanya harus bertatap muka dan memanfaatkan mobilitas, bukan kantoran. Ketika tidak bergerak, dirumah saja, ada banyak orang yang tidak mendapatkan penghasilan,” tuturnya, Kamis (5/1/2023).

Dosen pada Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM ini menyampaikan bahwa persoalan yang sebenarnya bukanlah pada kebijakan WFH atau WFO. Namun, lebih ke arah penggunaan sistem komunikasi yang memudahkan orang-orang berkegiatan dalam berbagai aspek kehidupan.

“Bukan WFH atau WFO tapi pengelolaan tentang komunikasi online atau offline ini yang lebih penting, semuanya harus jadi opsi,” ujar Ika Putra.

Lalu, terkait kemacetan di Ibu Kota karena kembalinya sistem kerja dengan WFO, Ikaputra meyakini bisa ditekan apabila masyarakat memiliki kesadaran dan kemauan untuk memanfaatkan transportasi publik sebagai wahana transportasi menuju tempat kerja ataupun menjalani aktivitas lainnya. Namun sampai, saat ini masih banyak masyarakat di Jakarta yang memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat mobilitas sehari-hari daripada memakai transportasi publik.

“Untuk itu penting membangun mindset dan budaya memahami keuntungan menggunakan transportasi publik itu banyak manfaatnya,” kata Ikaputra.

Baca Juga Presiden Taiwan Tegaskan Rakyatnya Tak Takut China

Lanjut tambahnya, persoalan transportasi di Jakarta terletak pada layanan dan jumlah penduduknya. Untuk itu, Jakarta harus terus berbenah untuk mewujudkan transportasi publik yang lebih baik dengan penambahan dan perbaikan berbagai fasilitas.

Contohnya, belum lama dilakukan, pemerintah telah meresmikan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral dan terbesar di Indonesia. Pengembangan Stasiun Manggarai ini akan meningkatkan kapasitas jumlah penumpang yang transit di sana.

“Lima tahun lalu ada sekitar 800 ribu orang per harinya yang berpindah melalui stasiun ini dan sekarang ada sekitar 1,1 juta-an orang per hari. Orang yang berpindah lebih banyak, artinya kan semakin banyak yang menggunakan, ada perbaikan layanan jadi semakin baik,” papar Ikaputra.

Apabila kebijakan WFH kembali diterapkan, Ikaputra menyebutkan akan menghambat bahkan menghentikan kerja transportasi publik.“Perputaran ekonomi di sektor transportasi akan berhenti, perputaran ekonomi hanya terjadi di kantor saja. Ini yang harus dipahami juga,” tukas Ikaputra. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.