Berita Nasional Terpercaya

Mengharmonisasikan Strategi Marketing dan Finance

0

Setiap perusahaan, apapun produknya, pasti menginginkan usahanya maju dan berkembang serta tidak menginginkan usahanya yang sudah dirintisnya lama mengalami kemunduran. Maka, tidak mengherankan kalau kemudian berbagai upaya demi kemajuan perusahaan dilakukannya, termasuk diantaranya bagaimana mengharmonisasikan strategi marketing dan finance.

Hermawan Kertajaya, Leading Servive Officer MarkPlus & Co. pernah menuturkan tentang John Gray, penulis buku yang bukunya pernah menjadi box office di seluruh dunia. Bukunya berjudul; “Men Are from Mars, Women Are from Venus”. Buku ini menarik, begitu komentar Hermawan, pakar marketing itu.

Menariknya adalah apa yang ditulis oleh Gray yang menyebutnya, laki-laki itu adalah mahluk dari Planet Mars yang sama sekali beda dengan wanita yang berasal dari Planet Venus. Laki-laki macho, wanita feminin. Wanita cenderung ‘lemah’ dan teliti, laki-laki cenderung semrawut dan ceroboh. Dan, kata Gray lagi, laki-laki sangat rasional, sementara wanita emosional.

Orang marketing, kata Hermawan dan orang keuangan tidak beda dengan laki-laki dan wanita. Meminjam judul buku John Gray, orang keuangan berasal dari Planet Mars, sementara orang Marketing berasal dari Planet Venus. “Keduanya beda 180 derajat,” ujar Hermawan.

Dengan pengertian bahwa, orang keuangan cenderung rasional, pragmatis, dan result-oriented. Sebaliknya, orang marketing cenderung emosional, dan lebih banyak menggunakan intuisi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Orang keuangan juga memiliki kepedulian yang begitu besar dengan angka-angka pengukuran kinerja dan selalu mencari justifikasi dari sekecil apapun langkah yang diambil perusahaan.

Sementara di sisi lain, kita sering melihat di berbagai perusahaan, bahwa orang-orang marketing adalah cenderung mengabaikan semua itu. Nah, apa yang kemudian terjadi di lapangan adalah perbedaan ini tidak jarang menimbulkan adanya arogansi antar kedua fungsi tersebut di dalam perusahaan.
Katakanlah, ketika orang marketing menghabiskan anggaran promosi yang sangat besar, maka apa yang terjadi, serta-merta orang keuangan akan mengkritiknya. Sementara menanggapi “serangan” tersebut, orang marketing pun akan buru-buru mencari justifikasi, misalnya dengan mengatakan, “ ini merupakan investasi jangka panjang untuk membangun customer base yang kokoh. “ Kalau sudah demikian, ya jadinya nggak ketemu-ketemu.

Gambaran di atas, menurut Hermawan, menunjukan adanya perbedaan dalam orientasi dan cara berpikir antar dua fungsi tersebut. Perbedaan ini bukannya bebas dari dampak-dampak negatif, justru dalam banyak kasus perbedaan semacam ini bisa sangat mungkin menimbulkan dampak negatif yang membahayakan. Perbedaan kepentingan yang tajam ini tidak jarang pula memicu disharmoni yang sangat menganggu kegiatan perusahaan.

Dampak disharmoni ini bahkan bisa hingga menjerumuskan perusahaan ke jurang kebangkrutan seperti yang dialami oleh perusahaan penerbangan Sempati Air, beberapa tahun lalu misalnya. Untuk membangun strategi yang ampuh, maka mau tidak mau, setiap perusahaan harus mampu mengharmonisasikan strategi marketing dan keuangannya. Hrmonisasi ini tidak hanya dijalankan di level puncak, tapi juga hingga ke level manajer paling bawah. Maka dengan demikian harmonisasi ini akan bisa berjalan secara “natural” dalam aktivitas keseharian perusahaan.

Manajer keuangan harus mulai membiasakan diri menggunakan “bahasa” marketing, sebaliknya manager marketing harus juga mulai membiasakan diri menggunakan bahasanya orang keuangan.

Hanya dengan pendekatan ini, fungsi pemasaran dan keuangan bisa dijalankan dengan baik.
Dengan demikian, maka diharapkan, sinergi ini akan menjadi kekuatan yang ‘hebat’ bagi perusahaan secara keseluruhan. Anda, pembaca tulisan ini berani mencoba? Semoga sukses. *** ( Joko Indro)

Leave A Reply

Your email address will not be published.