Berita Nasional Terpercaya

Tak Hanya di Pathuk, Oleh-oleh Bakpia Jogja Juga Bisa Dicari di Sentra Bakpia Mino

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Bicara tentang makanan oleh-oleh khas dari Yogyakarta, salah satu yang gampang terlintas di benak tentunya adalah bakpia. Cemilan yang sudah ada sejak tahun 1940-an ini merupakan makanan yang dipengaruhi dari budaya Tionghoa.

Mungkin bakpia yang banyak dikenal di Yogyakarta adalah yang diproduksi di sentra kawasan Kampung Pathuk, Kelurahan Ngampilan. Namun sebenarnya ada juga sentra industri bakpia yang lain, yakni di kawasan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Jika berkunjung ke sana, akan bisa ditemukan banyak usaha bakpia rumahan yang dikenal dengan sebutan Bakpia Mino.

Salah satu yang paling populer di sana adalah Bakpia Mino “Istu”, 100% produk homemade dengan resep rahasia keluarga yang telah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat Minomartani Sleman. Orang-orang mengenal Bakpia Mino Istu lewat cita rasa bakpia basah dan bakpia kering dengan rasa gurih dan renyah.

Maulana Yudinugroho yang merupakan pimpinan divisi marketing Bakpia Mino Istu menyampaikan, kata “Istu” diambil dari nama ibunya, Dwi Istuning yang merupakan pendiri sekaligus peracik resep rumahan Bakpia Mino Istu. Nama Istu sendiri diambil dari bahasa Jawa yaitu “saestu” yang artinya nyata atau sungguhan. Hal tersebut merupakan doa sekaligus kesungguhan Dwi Istuning untuk bangkit dari segala macam kondisi dan siap menyajikan kenyamanan rasa rumahan dalam setiap produknya.

“Bakpia Mino Istu berdiri pada tahun 2006 tepat satu hari sebelum gempa bumi besar yang menimpa Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata Maulana, Selasa (9/5/2023).

Dalam mengembangkan usaha, ia mengaku, pihaknya sempat mengandalkan bantuan kredit dari BRI, yang dipakai untuk bidang operasional, terutama membayar gaji karyawan. Bantuan kredit juga dipakai untuk pembelian pasokan bahan-bahan untuk membuat bakpia.

“Seperti kacang hijau atau butter (mentega),” ujarnya.

Baca juga: 5 Makanan Khas Jogja Ini Wajib Dibeli Sebagai Oleh-Oleh Lebaran

Seiring waktu, Bakpia Mino Istu hadir dengan varian rasa yang lebih beragam namun tetap kental citra rasa tradisional. Maulana menjelaskan, seiring perkembangan zaman, tim pemasaran pun aktif memasarkan produk melalui grup-grup ibu-ibu pengajian, ataupun acara-acara kantor.

“Waktu pandemi memang kami sempat mengalami penurunan omzet sekitar 40 persen. Tetapi sekarang sudah kembali normal,” ungkapnya.

Baca juga: Kisah Pengusaha Jogja Berhasil Survive Di Pandemi Berkat Strategi Tepat Dan Cepat

Ia meneruskan, tidak ada strategi khusus yang diterapkan untuk menghadapi pandemi, karena usaha Bakpia Mino Istu merupakan bisnis yang bersifat rumahan. Ia mengaku, bersama pengusaha bakpia lain di kawasan Minomartani, sama-sama menerapkan prinsip kekeluargaan.

“Tidak ada pemotongan pegawai sewaktu pandemi, ya kita sewajarnya saja,” jelasnya sambil menyebut karyawan yang dipekerjakan kebanyakan diambil dari kawasan Desa Minomartani.

Walaupun omzet sempat turun, menurutnya usaha Bakpia Mino Istu tetap berjalan seperti biasa. Produksi dan distribusi tetap dilakukan, dengan memperhatikan kebutuhan pangan warga sekitar.

“Ketika pandemi kami mengirimkan bakpia kepada rekan-rekan atau pelanggan tetap kami yang kiranya membutuhkan bantuan pasokan makanan,” ungkap dia.

Produk hampers Bakpia Mino "Istu" (foto: istimewa)
Produk hampers Bakpia Mino “Istu” (foto: istimewa)

 

Berbagai cara kekinian kini ditempuh untuk meningkatkan penjualan Bakpia Mino Istu, termasuk dengan melakukan pemasaran lewat media sosial, seperti Instagram atau Tiktok. Dari situ, menurutnya muncul banyak pembeli dari luar Jogja. Penjualan dalam bentuk hampers atau bingkisan pun dilakukan selama event khusus, seperti Ramadan atau Lebaran, sejak munculnya pandemi COVID-19.

“Dan itu terbukti bahwasanya pengiriman hampers itu berdampak positif pada penjualan,” imbuh dia. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.