Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Pengusaha Kuliner Dihadapkan pada Dilema Kenaikan Harga Bahan Baku

BANJARMASIN, BERNAS.ID – Nilai tukar rupiah terus merosot seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang semakin menggila. Hal ini dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pasar mengenai kebijakan hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dalam beberapa waktu terakhir.
Dampak dari pelemahan rupiah tak hanya dirasakan oleh pelaku ekonomi dan sektor keuangan, melainkan juga oleh pengusaha di sektor kuliner. Kenaikan harga bahan-bahan pokok seperti cabai, minyak goreng, telur, bawang merah, dan bawang putih telah menjadi dilema yang sulit dihindari.
Baca Juga : Sultan Yakini Pola Tanam Bisa Kendalikan Inflasi
Pengusaha kuliner di Indonesia kini berada dalam posisi sulit, harus memutuskan antara menaikkan harga jual menu makanan mereka atau bertahan dengan menurunkan kualitas.
Salah satu contohnya adalah Wijaya Tjuatja, pemilik rumah makan Patin Bakar di Jalan Pramuka, Banjarmasin. Ia mengakui bahwa lonjakan harga bahan baku telah menjadi tantangan serius.
“Kenaikan bahan-bahan ini merupakan kendala bagi kami, terutama karena bahan-bahan yang kami gunakan adalah premium dan segar. Namun, kami berusaha menjaga stabilitas harga dan kualitas menu kami. Meskipun harga pokok produksi kami berkurang, namun kami masih menjaga kualitas dan harga jual yang wajar,” ungkapnya, Jumat (27/10/2023).
Wijaya Tjuatja juga menegaskan bahwa kenaikan signifikan dalam harga bahan baku memengaruhi bisnisnya, tetapi ia melihatnya sebagai bagian dari tantangan dalam dunia bisnis. Ia juga mencari alternatif dalam menghadapi situasi ini.
Baca Juga : Jambi Ingin Belajar Pertanian DIY karena Berperan Kendalikan Inflasi
“Kami tidak hanya mengandalkan pelanggan yang datang langsung ke restoran atau layanan take away, tetapi juga memberikan opsi layanan pengiriman ke luar pulau, terutama sejak dimulainya pandemi. Hal ini menjadi salah satu pilihan penting untuk meningkatkan penjualan,” tambahnya.
Situasi ekonomi yang tidak pasti akibat fluktuasi nilai tukar rupiah membuat pengusaha kuliner di Indonesia harus terus beradaptasi. Meskipun menghadapi tantangan berat, mereka berkomitmen untuk menjaga kualitas makanan mereka dan memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggan. (ros)