Dekap Dedikasi Sang Maestro Kesehatan Masyarakat, Tria Astika Endah Permatasari, Kilau Bintang dari Subang
BERNAS.ID – Fajar merekah. Kota Jakarta menyambut harinya dengan kehidupan yang berdenyut cepat. Namun, di tengah hiruk-pikuk ibu kota, ada secercah gemerlap yang terpancar dari kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Di sana, di antara barisan para akademisi, sosok Prof. Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM., MKM., berdiri dengan aura yang membedakannya.
Kota Subang menjadi saksi bisu bagi lahirnya sosok pembawa cahaya yang terang-gemilang, berkilau bagai bintang: Tria Astika Endah Permatasari, pada 6 Agustus 1983 silam.
Melalui Universitas Indonesia, Tria memulai petualangan intelektualnya pada 2006, sebuah perjalanan yang ia tempuh dengan penuh konsistensi hingga meraih gelar doktor di institusi yang sama.
Baca Juga : Seminar Internasional Panji, Kupas Kisah Cinta Dari Jawa Yang Mendunia
Prof. Tria bukanlah seorang akademisi biasa. Baginya, pendidikan bukanlah sekadar mengejar deretan gelar, melainkan sebuah panggilan jiwa untuk memperdalam esensi ilmu dan berkontribusi bagi masyarakat.
Hal ini terbukti dengan peran aktifnya di Tim Gugus Kendali Mutu Prodi S1 Kesehatan Masyarakat, kepemimpinannya di UPT Jurnal, hingga dedikasinya sebagai Kepala Badan Penjaminan Mutu UMJ.
Sebagai seorang yang visioner, Prof. Tria terus melebarkan sayapnya, bergabung dan berkontribusi di berbagai organisasi profesi seperti Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, hingga Persatuan Ahli Gizi. Dalam setiap langkahnya, beliau selalu mengedepankan dedikasi dan integritas.
Menyehatkan Masyarakat Indonesia melalui Karya
Dalam rentang satu dekade, Profesor Tria Astika Endah Permatasari telah mencurahkan dedikasi dan kepakaran ilmiahnya dalam beragam riset yang relevan dengan kesejahteraan masyarakat.
Sebuah jalan panjang yang dimulai dari 2012, di mana beliau memimpin penelitian tentang osteopenia di Universitas Muhammadiyah Jakarta, hingga berbagai studi penting lainnya yang terus menggema hingga 2023.
Tak bisa disangkal, salah satu fokus besar Prof. Tria adalah pada isu kesehatan balita, khususnya pencegahan stunting.
Dalam periode 2020-2023, penelitian yang beliau pimpin menciptakan model rumah ramah gizi dan sanitasi yang diharapkan dapat mencegah kejadian stunting pada balita. Dukungan dari Kemendikbudristek menunjukkan sejauh mana riset ini dianggap penting dan strategis.
Namun, stunting bukan satu-satunya isu kesehatan yang mendapatkan perhatian khusus dari Prof. Tria. Dampak konsumsi susu kental manis pada masyarakat marjinal, efektivitas edukasi gizi, dan pengaruh perilaku merokok pada anak putus sekolah hanyalah sebagian dari topik yang ia gali dalam risetnya.
Menariknya, di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Prof. Tria tak hanya fokus pada isu kesehatan terkait virus itu saja.
Ia menggali lebih dalam, seperti analisis perilaku kepatuhan terhadap protokol kesehatan di pasar tradisional dan modern, serta dampak pandemi terhadap pola makan dan status gizi mahasiswi. Semua riset ini mendapat dukungan dari berbagai institusi, baik pemerintah maupun swasta.
Baca Juga : Kegigihan Anak Buruh Tani Lulus Masuk Kepolisian
Satu hal yang terus menerus tampak dari riwayat riset Profesor Tria adalah bagaimana ia selalu berada di garis depan dalam merespons kebutuhan kesehatan masyarakat dengan pendekatan saintifik.
Ia tidak hanya menemukan solusi, namun juga berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan promosi kesehatan.
Kiprah Prof. Tria Astika Endah Permatasari dalam dunia penelitian menunjukkan betapa pentingnya dedikasi dan komitmen dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Setiap riset yang beliau lakukan adalah sebuah langkah maju menuju Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.
Dekorasi Hati Masyarakat: Beginilah Strategi sang Profesor untuk Merakyat
Pada pagi yang tenang, bayangkan langkah Profesor Tria Astika Endah Permatasari menyusuri gang-gang kecil di antara rumah penduduk Desa Pasir Buncir, Kabupaten Bogor.
Dengan semangat yang tak pernah padam, Profesor Tria membawa misi untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya keseimbangan gizi. Seperti matahari yang menerangi dunia, beliau menyinari masyarakat dengan pengetahuan yang sangat berharga.
Di tahun 2022, geliatnya dalam mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya gizi dan sanitasi semakin terlihat. Di Kota Bekasi, ia memimpin sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat, mengajak mereka untuk mengenal aneka ragam makanan dalam pola konsumsi pangan balita.
Tujuannya jelas, mencegah fenomena stunting yang menjadi momok bagi pertumbuhan anak-anak Indonesia. Tak hanya di Bekasi, TK Aisyiyah 104 Jakarta Selatan pun merasakan kehadiran Profesor Tria. Di sana, beliau menggelar edukasi parenting yang menitikberatkan pada literasi numerasi dan gizi seimbang. Bayangkan betapa beruntungnya generasi muda yang mendapatkan asupan ilmu dari sang profesor.
Namun, 2021 menjadi tahun yang menantang dengan pandemi Covid-19 yang melanda. Meskipun begitu, dengan kegigihan yang luar biasa, Profesor Tria tetap tidak henti-hentinya memberikan edukasi kemananan pangan dan gizi di tengah pandemi. Di Desa Poncol, Tangerang Selatan, beliau bahkan terlibat dalam upaya pencegahan Covid-19 melalui pembuatan tempat cuci tangan.
Baca Juga : Kisah Sukamdi, Buruh yang Dua Putrinya Kuliah Gratis di UNY
Tak hanya di wilayah Jabodetabek, di tahun 2019, Kalimantan Tengah pun merasakan gempuran positif dari kehadiran Profesor Tria.
Melalui penguatan kapasitas kader ‘Aisyiyah, beliau berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sana, terutama dalam hal pencegahan penyakit tidak menular dan stunting.
Namun, jangan salah sangka, kegiatan-kegiatan tersebut hanyalah sebagian kecil dari rentetan dedikasi Profesor Tria untuk masyarakat. Sejak 2013, beliau telah aktif mengedukasi berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pelatihan manajemen laktasi untuk calon pengantin di Tangerang Selatan hingga penyuluhan gizi dan kesehatan mata di SDIT Alamy Subang.
Sebuah perjalanan pengabdian yang panjang dan penuh dedikasi. Melalui setiap langkah dan karyanya, Profesor Tria Astika Endah Permatasari telah menularkan cahaya pengetahuan dan kasih sayang kepada masyarakat. Sebuah dekorasi hati yang tak ternilai harganya.
Legenda Kontemporer Masa Kini: Tria Astika Endah Permatasari
Di era informasi yang berkelanjutan, dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, muncullah seorang figur luar biasa, Profesor Tria Astika Endah Permatasari. Seperti bintang yang bersinar terang di langit malam, beliau menorehkan dedikasi dan karyanya di jagat akademik Indonesia.
Rak buku perpustakaan tak lagi sekadar tempat untuk menaruh tumpukan kertas. Melalui tangan dingin Profesor Tria, rak-rak itu menjadi saksi bisu transformasi pemikiran dan inovasi.
Tahun 2022 menjadi saksi kelahiran buku “Pencegahan stunting pada balita melalui perbaikan gizi dan sanitasi”, sebuah karya monumental yang memadukan intervensi gizi dengan aspek sanitasi.
Namun, bukan hanya itu, buku dengan judul “Masa depan anak Indonesia terganggu susu kental manis” memberikan pandangan tajam akan isu gizi yang krusial.
Tak hanya berkontribusi dalam literasi, Profesor Tria juga menjadi pelopor dalam dunia teknologi dan inovasi. Di tahun yang sama, beliau menciptakan Aplikasi Program Komputer yang berfokus pada pencegahan stunting, mengintegrasikan indikator sanitasi dan gizi dalam satu platform yang dinamakan ‘Si Centing Sazi’.
Namun, di balik serangkaian karya monumental, ada penghargaan yang mencerminkan dedikasinya. Di tahun 2023, Perpustakaan Nasional mengakui kegeniusannya dengan memberikannya gelar ‘Penulis Buku Referensi Terbaik’.
Sebuah mahkota yang layak dikenakan oleh Profesor Tria. Tak lupa, Universitas Muhammadiyah Jakarta memberikannya predikat ‘Dosen Berprestasi’ di tahun 2022, sebuah bukti nyata bahwa dedikasi dan prestasi beliau diakui oleh komunitas akademik.
Setiap langkah, setiap karya, dan setiap pikiran yang dihadirkannya, seperti alunan simfoni yang memikat hati. Menerangi, menginspirasi, dan memotivasi banyak jiwa untuk terus berkarya dan berinovasi.
Profesor Tria Astika Endah Permatasari bukan hanya seorang akademisi biasa, namun sebuah legenda kontemporer yang terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia.
Sisi Humanisme sang Profesor
Namun, di balik segala prestasinya, ada sisi Prof. Tria yang sering tersembunyi namun amat penting: sisi humanismenya. Di lingkungan rumahnya di Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga Bogor, beliau dikenal sebagai sosok yang hangat, penyayang, dan selalu siap berbagi inspirasi.
Baca Juga : Kisah Saputri: Dari Mimpi Hingga Merawat Kaum Difabel
Kisah hidup Prof. Dr. Tria Astika Endah Permatasari bukan hanya sebuah perjalanan akademik yang gemilang, melainkan sebuah epik kehidupan yang penuh dedikasi dan inspirasi.
Baginya, keberhasilan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan sebuah awal untuk terus memberi, menginspirasi, dan menerangi jalan bagi banyak orang. Sebagai guru besar, beliau bukan hanya pemberi ilmu, tetapi juga pemberi harapan bagi generasi mendatang.
(Dinarasikan kembali oleh: Dito Anurogo, dosen tetap FKIK Unismuh Makassar, kandidat doktor di IPCTRM TMU Taiwan, Ketua Komisi Kesehatan Ditlitka PPI Dunia, penulis puluhan buku, trainer berlisensi BNSP)