Mengenal Ratu Ageng Tegalrejo, Pejuang Perempuan Keraton Jogja
YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Ratu Ageng Tegalrejo (1736-1803) merupakan istri dari Sultan Hamengku Buwono I. Sosoknya dalam sejarah tercatat sebagai pejuang perempuan. Salah satu peran yang menonjol adalah dalam bidang militer.
Namun sayang, sosoknya seperti tersamarkan sejarah. Sangat minum sumber sejarah yang mengulas sosoknya. Padahal keberadaan nenek buyut Pangeran Diponegoro ini sebenarnya sangat penting dalam sejarah Yogyakarta.
Hal itu disampaikan Ki Roni Sodewo dalam diskusi sejarah “Ratu Ageng Tegalrejo: Perempuan Perkasa yang Tersamarkan Sejarah” yang digelar komunitas Baksya Bhakti Yasa, Sabtu, 23 Maret 2024 di Museum Sandi Yogyakarta.
Ia dinikahi Pangeran Mangkubumi, jauh sebelum Pangeran Mangkubumi menjadi raja menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono Pertama,” ujar dia.
Ia memaparkan, Ratu Ageng yang memiliki nama kecil Niken Ayu Yuwati ini merupakan anak dari Kiai Ageng Derpoyudho seorang ulama terkemuka dari Majangjati, Sragen. Ayahnya juga adalah putra dari Kiai Ageng Datuk Sulaiman atau sering akrab disebut Kiai Sulaiman Bekel.
“Ratu Ageng adalah gelar bagi kerabat kerajaan, gelar bagi nenek raja,” jelasnya.
Baca juga: Bertempur Melawan Penjajah, Inilah Sosok Pahlawan Wanita Pemberani
Ratu Ageng Tegalrejo menurutnya bukanlah sosok istri raja yang lemah lembut, namun terkenal sebagai perempuan yang perkasa. Ini terlihat dari posisinya sebagai panglima Bregada Langen Kesuma, kesatuan pasukan elit perempuan pengawal raja.
Bregada Langen Kesuma merupakan kesatuan khusus pengawal raja yang sangat tangguh. Walau semua anggotanya perempuan, namun pasukan berkuda ini dilengkapi dengan senjata api laras panjang dan pendek, pedang, keris, tombak, trisula, dwisula, dan lain-lain. Keterampilan mereka dalam olah senjata dan kanuragan tidak diragukan lagi.
“Beliau memiliki andil besar di balik kebesaran Pangeran Diponegoro. Beliau yang mengajarkan Tarekat Syattariyah kepada Pangeran Diponegoro,” kata Roni.
Baca juga: Selamat Hari Kartini, Ini Pesan Penting Dari Pelopor Emansipasi Wanita Yang Dipilih Jokowi
Selain menjadi ahli perang dan ahli politik, Ratu Ageng Tegalrejo menurutnya juga penulis yang baik, karya tulisannya dirampas Inggris pada peristiwa Geger Sepoy. Ia juga pandai bercocok-tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Namun sosoknya tidak terekam dengan baik di catatan sejarah primer.
“Ratu Ageng tidak terkenal karena Belanda memang tidak mengekspos pahlawan perempuan,” jelasnya. (den)