YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Gelisah melihat pendidikan formal yang menjauhkan anak-anak muda dari desa, Diah Widuretno (46) menginisiasi Sekolah Pagesangan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008. Melalui sekolah itu, Diah bersama warga setempat mempraktikkan pendidikan kontekstual yang mendorong masyarakat menjadi berdaya dengan potensi desanya.
Sekolah Pagesangan bukan lembaga pendidikan formal, melainkan merupakan komunitas yang menjalankan aktivitas pembelajaran dengan model pendidikan kontekstual. Dalam pendidikan kontekstual, proses pembelajaran dilakukan sesuai konteks kehidupan sehari-hari para partisipannya.
Itulah kenapa komunitas tersebut dinamai Sekolah Pagesangan. Dalam bahasa Jawa, kata pagesangan berarti kehidupan sehingga Sekolah Pagesangan bisa dimaknai sebagai sekolah kehidupan.
Sekolah Pagesangan diinisiasi Diah Widuretno di Dusun Wintaos, Desa Girimulyo, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul. Berbeda dengan sekolah formal, proses pendidikan Sekolah Pagesangan tak berlangsung di ruang kelas yang tertutup dan para peserta didik juga tak memakai seragam.
Kisah perjuangan mengelola Sekolah Pagesangan itu dituturkan oleh Diah dalam diskusi buku “Gesang di Lahan Gersang” yang isinya mengisahkan sewindu pertama berdirinya Sekolah Pagesangan, tahun 2008-2016. Diskusi digelar di Solusi Buku, Sabtu 27 Juli 2024.
“Isinya kebiasaan hal-hal yang saya alami sehari-hari,” kata Diah menjelaskan bukunya.
Baca juga: Bingung Menghadapi Pendaftaran? Salah Satu Sekolah Ini Adalah Alternatif Yang Tepat!
Ia merasa, proses pendidikan harus memanusiakan manusia. Karena itulah ia merintis Sekolah Pagesangan untuk menciptakan pendidikan yang kontekstual.
“Kalau belajar sesuatu harus berelasi dengan kehidupan di sekitarnya,” ujar dia.
Di dalam buku tersebut, menurut Dian, tidak hanya keberhasilan dalam berproses yang dikisahkan. Pahit getir dan kegagalan pun juga dituturkannya lewat tulisan.
“Ini bukan success story atau kiat membangun komunitas,” tegasnya sambil tertawa.
Baca juga: Inilah 10 Sekolah Teraneh Di Dunia Yang Pernah Ada
Aan Subhansyah, praktisi antropologi yang jadi pembicara lain di acara ini mengatakan, pendidikan zaman sekarang itu cenderung menyusahkan anak didik. Padahal, dalam sejarahnya, pendidikan itu sebenarnya disusun untuk menjawab masalah dan persoalan.
“Ironis, sekarang pendidikan itu sendiri menjadi masalah,” kata dia.
Sekolah Pagesangan menurut dia melakukan pengajaran berbagai solusi persoalan hidup. Tidak hanya warisan kearifan lokal yang dipelajari, namun bagaimana kearifan lokal itu tercipta.
“Teman-teman di Pagesangan ini merekonstruksi ulang bagaimana nenek moyang kita menemukan metode pengetahuan,” kata dia. (den)