Berita Nasional Terpercaya

Budaya Lokal Dapat Punah Jika Tidak Dilakukan Hal Ini

BANYUWANGI, BERNAS.ID – Pengembangan kepariwisataan yang tidak terkelola dengan baik akan dapat merusak bahkan menghilangkan budaya lokal setempat. Untuk itu seluruh stakeholders harus mendukung upaya pemerintah yang sangat serius dalam menata pengembangan industri pariwisata termasuk yang sedang marak sekarang ini pada pengembangan desa wisata.

Hal tersebut disampaikan Ketut Swabawa selaku narasumber pendampingan program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2024 di Desa Wisata Adat Osing Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Rabu (28/8/2024).

Menurutnya, desa wisata adalah wujud pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat (community based tourism).

Baca Juga : Desa Wisata Sambirejo Masuk 50 Terbaik ADWI 2021

“Budaya lokal kita yang berkembang di masyarakat secara turun temurun merupakan salah satu kearifan lokal sumber daya kepariwisataan Indonesia. Untuk itu perlu dijaga dan ditingkatkan pemahaman masyarakatnya agar jangan sampai pariwisata menggeser budaya lokal kita. Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan kapasitas SDM pengelola desa wisata dengan materi strategis untuk keberlanjutan,” kata Swabawa.

Sebagaimana diketahui bahwa ADWI 2024 saat ini tengah memasuki tahapan penilaian lapangan untuk 50 desa wisata terbaik yang lolos kurasi dan penilaian oleh para dewan juri.

Terdapat 6.016 desa dari 34 provinsi di seluruh tanah air yang mendaftar dan selanjutnya dikurasi menjadi 500 besar, 100 besar dan akhirnya ditetapkan 50 besar untuk dinilai secara pisik melalui visitasi lapangan.

“Nah 50 desa wisata ini mendapatkan program pendampingan pada 5 aspek utama selama 1 minggu untuk menguatkan bidang yang perlu ditingkatkan sesuai tema ADWI tahun ini yaitu Desa Wisata Menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia,” tambah pria yang juga adalah pendamping Desa Wisata Taro, Gianyar Bali itu.

Kelima aspek tersebut meliputi 1). Kelembagaan dan SDM, 2). Daya Tarik Wisata; 3). Amenitas dan Homestay; 4) Digital; dan 5) Resiliensi.

Khususnya di Desa Kemiren, pendampingan difokuskan sesuai kebutuhan desa yakni pada aspek Amenitas dan Resiliensi.

Swabawa menyebut, pula bahwa pemahaman SDM pada aspek resiliensi memegang peranan sangat penting dalam memastikan keberlanjutan desa wisata.

“Jadi agar manfaat pengembangan desa wisata ini tercapai dengan seimbang antara aspek pelestarian dan dampak kesejahteraan maka resiliensi yang mencakup ketangguhan dalam tanggap bencana, penghormatan nilai adat – tradisi – budaya, hingga praktek pariwisata berkelanjutan harus konkrit teraktualisasi di lapangan,” kata pria yang juga seorang konsultan manajemen dan trainer di bidang hospitality asal Bali tersebut.

Dalam pendampingan masyarakat dibimbing untuk menyusun standar operasional pengelolaan desa wisata dan homestay, mitigasi kebencanaan, kode etik kepariwisataan, peningkatan pemahaman tentang penanganan sampah dan pengurangan sampah plastik hingga menyusun paket wisata yang mempromosikan keunggulan desa yang sejalan dengan konsep keberlanjutan.

Tenaga Ahli yang bertugas dalam pendampingan tersebut, Iman Hilman mengarahkan desa wisata agar jangan sampai merubah tatanan asli lokal di masyarakat.

“Misalnya dalam pertanian dimasukkan paket wisata agro tourism, sehingga petani tetap menggarap sawahnya menjadi lestari sekaligus mengedukasi wisatawan tentang hidup bertani yang sudah sangat jarang diketahui masyarakat perkotaan. Demikian juga tentang kesadaran masyarakat untuk turut serta menjaga alam dengan mengurangi sampah misalnya dari sisa makanan yang tidak habis dimakan,” kata Iman.

Baca Juga : Ini yang Disampaikan Menparekraf Sandiaga saat Mengunjungi Kampung Wisata Purbayan

Desa Wisata Adat Osing Kemiren hingga saat ini masih tetap dan kuat dalam melestarikan adat dan budaya setempat. Arsitektur rumah adat Osing merupakan keunggulan daya tarik wisata di sana dan juga warisan budaya seni tari seperti tari Gandrung, tari Barong dan lainnya.

Terletak di jalur menuju destinasi terkenal Kawah Ijen, desa ini sangat banyak dikunjungi wisatawan asing terutama dari Eropa. Menurut Eddy Saputro (Ketua Pokdarwis), Desa Wisata di desa Kemiren mulai berkembang sejak tahun 2017.

Dan telah meraih Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutam dari Indonesia Sustainable Tourism Certification Council pada tahun 2021. Beberapa juara dan penghargaan juga telah diraih dalam beberapa lomba tingkat nasional.

Hadir dalam keseluruhan program pendampingan tersebut di antaranya Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua Lembaga Adat, Direktur BUMDES, Ketua dan Tim Pokdarwis, Kepala Pasar Desa, Ketua Karang Taruna, PKK, pelaku UMKM, pemilik homestay, serta tokoh masyarakat. (swa)

Leave A Reply

Your email address will not be published.