Berita Nasional Terpercaya

Kemerdekaan dalam Kebhinnekaan

0

Bernas.id – Peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 tahun 2017 ini terasa sangat istimewa. Untuk pertama kalinya Presiden bisa berkumpul dengan para mantan presiden pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka. Untuk pertama kalinya pula, peserta upacara peringatan kemerdekaan RI ini mengenakan aneka pakaian adat, termasuk Presiden dan ibu negara serta para mantan presiden RI.

Permintaan agar seluruh tamu undangan yang hadir pada upacara peringatan HUT Ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta pada 17 Agustus 2017 untuk mengenakan pakaian tradisional tersebut disampaikan oleh Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, Selasa (15/8). Tujuannya adalah untuk menunjukkan rasa nasionalisme. Ketentuan mengenakan pakaian adat itu juga tercantum dalam undangan.

“Semua diminta seperti itu. Berbeda, untuk memberikan colorful, untuk memberikan rasa nasionalisme kita,” kata Pramono Anung, saat itu.

Saat menghadiri upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/8), Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat dari daerah Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Presiden Joko Widodo pun tak sungkan berjabat tangan dengan tamu undangan di tribun tamu undangan Istana Kepresidenan sebelum menuju tempatnya di panggung kehormatan. Sedangkan Ibu Negara Iriana Joko Widodo tampak anggun dengan mengenakan pakaian adat Minang berwarna merah, lengkap dengan tutup kepalanya.

“Karena memang kita ini warna-warni dan sangat beragam. Inilah Indonesia. Agar tahu bahwa kita ini sangat beragam,” jawab Presiden saat dimintai keterangannya soal alasan mengenakan pakaian adat.

Meski berasal dari suku Jawa, Presiden Jokowi justru memilih pakaian adat Tanah Bumbu. Sedangkan Ibu Negara Iriana Joko Widodo yang juga bersuku Jawa, memilih memakai pakaian adat Minang.

Momen istimewa juga terjadi ketika Presiden Jokowi berkumpul dengan sejumlah mantan presiden seperti Habibie, Megawati dan SBY. Para mantan presiden itu juga mengenakan pakaian adat. Habibie mengenakan pakaian adat Bugis, lengkap dengan senjata tradisionalnya. Megawati mengenakan pakaian kebaya. Sementara SBY mengenakan pakaian adat Palembang. Para mantan presiden itu dijamu dengan makanan tradisional.

Para pejabat negara yang hadir pada upacara di Istana Merdeka tersebut juga mengenakan pakaian adat. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengenakan pakaian adat Papua. Istri Kapolri, Tri Karnavian, juga mengenakan pakaian muslim berwarna cokelat dan dihiasi rumbai-rumbai adat Papua.

Sedangkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengenakan Pakaian Dinas Upacara didampingi oleh istri Panglima yang mengenakan pakaian adat Solo berwarna hitam.

Beberapa pejabat lain juga mengenakan pakaian tradisional yaitu Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang memakai pakaian adat daerah Riau, serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang mengenakan pakaian adat khas DI Yogyakarta.

Yang juga sangat menarik adalah, momen upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-72 di Istana Merdeka ini juga dijadikan ajang pemilihan pejabat yang mengenakan pakaian adat terbaik. Para pemenangnya mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden Jokowi.

Ada lima pejabat dan tamu undangan yang dinyatakan sebagai pememang pakaian adat terbaik. Mereka adalah Ketua DPD, Osman Sapta Odang yang mengenakan pakaian adat Minang dengan hiasan kepala, Tri Karnavian (isteri Kapolri) yang mengenakan pakaian adat Papua, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang mengenakan pakaian khas daerah Nias, asisten ajudan presiden Syarif Muhamad yang mengenakan kostum suku Dayak, serta Agati Sulie Mahyudin yang mengenakan pakaian adat suku Dayak.

Proses peringatan detik-detik Proklamasi RI ke-72 didahului dengan kirab duplikat bendera pusaka dari penyimpanannya di Monas menuju Istana Negara. Kirab bendera pusaka ini menggunakan kereta kencana Ki Jaga Raksa milik Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dua dua tahun ini prosesi kirab bendera pusaka ini dilakukan dengan kereta kencana tersebut.

“Sudah dua tahun ini, kereta kencana Ki Jaga Raksa dipakai,” kata Sri Wuryasturati yang memimpin tim untuk menyiapkan kereta tersebut, Jakarta, Kamis (17/8).Pengamanan kuda dilakukan oleh Detasemen Kavaleri Berkuda TNI Angkatan Darat dari Bandung.

Pada pukul 08.25 WIB, peserta kirab mulai melakukan arak-arakan duplikat bendera pusaka dari Monas menuju Istana Merdeka. Arak-arakan bendera tersebut disaksikan oleh masyarakat secara langsung.

Peserta kirab di antaranya pasukan berkuda dan kereta kencana, pasukan bersenjata, pawai pakaian adat, putra dan putri bangsa yang berjalan sambil mengibarkan bendera Merah Putih juga turut memeriahkan arak-arakan bendera tersebut.

Prosesi yang sama juga dilakukan seusai upacara penurunan bendera di Istana Merdeka, Kamis (17/8) sore. Kali ini, kirab dari Istana Merdeka menuju Monas untuk mengembalikan bendera pusaka ke tempat penyimpanannya.

Presiden Jokowi telah memberikan warna baru dalam upacara kenegaraan peringatan detik-detik proklamasi. Masyarakat menjadi sangat bergairah untuk menghadiri upacara peringatan detik-detik proklamasi di lingkungan maupun tempat kerja mereka. Kebhinnekaan Indonesia sangat terasa oleh aneka pakaian adat yang mereka kenakan.

Kegairahan dan kegembiraan rakyat tersebut semakin lengkap karena seluruh rangkaian acara, baik di ibukota maupun di daerah-daerah, berlangsung aman. Ini patut disyukuri mengingat beberapa waktu lalu sempat muncul sinyalemen adanya gangguan aksi teror, memanfaatkan momen peringatan hari kemerdekaan RI ke-72 ini.

Kegembiraan tersebut sangat tergambar pada aneka kegiatan di sejumlah tempat, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Jawa Tengah. Warga Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, misalnya,menggelar upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-72 RI di Pasar Bulu, Kamis (17/8). Upacara ini diikuti oleh warga setempat, mulai dari petani, pedagang di pasar, sopir truk, dan anak-anak. Uniknya, setiap warga memakai baju apa adanya. Ada yang memakai baju ke sawah, baju saat berdagang dan sebagainya. 

Hal ini sudah menjadi komitmen masyarakat dan pengurus dusun untuk menyambut dan merayakan HUT Kemerdekaan RI.

Upacara di Pasar Bulu bersama warga ini sudah berlangsung keempat kalinya.Bahkan saat detik-detik proklamasi, para pemuda Dusun Kamongan membunyikan kentongan dan bambu yang dihentak-hentakkan ke aspal. Warga menyambut dengan tepuk tangan meriah.

Kemeriahan warga dalam memperingati kemerdekaan RI ke-72 ini juga terlihat disalah satu pojok kota Jogja. Lomba mewarnai gambar burung Garuda Pancasila juga diikuti oleh turis yang kebetulan sedang berlibur di Jogja. Dengan serius sang turis memberikan warna warna menarik pada burung Garuda Pancasila tersebut, seperti warna ungu, biru, kuning, merah dan warna lainnya. Sementara di sebelahnya seorang anak laki-laki memilih kuning emas untuk mewarnai seluruh badan Garuda.

Sementara itu berjarak sekitar dua meter dari sang bule, sekelompok ibu-ibuberteriak menyemangati temannya yang sedang ikut lomba mengupas kentang.

Tak jauh dari tempat itu, sekelompok bapak-bapak sedang mengulek sambal sambil menggdendong anak-anak. Mungkin maksudnya menggambarkan berapa repotnya jadi seorang ibu. Melalui lomba ini, bapak-bapak diharapkan bisa merasakan repotnya tugas seorang ibu.

Keunikan lainnya terlihat di sepanjang Malioboro. Para pedagang mengekspresikan hari kemerdekaan dalam
bentuk baju berwarna merah. Seorang pedagang yang ditemui Bernas, mengakumendapat instruksi dari paguyubannya untuk memakai baju kaos atasan warnamerah dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan.

Para pedagang berharap dengan memakai pakaian seragam ini dapat lebih menarik perhatian turis, terutama turis lokal.  Mereka berharap, bisa meraih penghasilan lebih banyak pada libur panjang ini.

Warno, sala dorang pedagang di Malioboro, berharap pada turis lokal yang suka membeli pernak-pernik kerajinan di lapaknya. “Kalau turis lokal suka mboronggelang dan kalung. Kalau turis asing jarang yang beli. Kalaupun beli, paling satu atau dua. Sedangkan turis local, kalau beli gelang itu ya puluhan. Untuk oleh-oleh kali ya mas,” ujarnya kepada Bernas.

Namun ada suasana berbeda di alun-alun utara. Biasanya, di tempat ini selalu digelar lomba panjat pinang pada setiap peringatan kemerdekaan RI. Tahun ini, lomba panjat pinang tidak ada.

Bernas yang mencoba mencari jawab bertemu dengan seorang tukang becak yangg mengaku sudah lebih dari 5 kali ikut memeriahkan hari kemerdekaan dengan memanjat pohon pinang. Alasannya sederhana. Selain untuk mendapatkan hadiah yang kadang banyak terdapat baju, juga untuk ikut memeriahkan perayaan hari kemerdekaan

Penarik becak yang enggan disebutkan namanya tersebut tahun ini berharap akan ada lagi, namun ternyata tidak ada. “Sepi sekarang mas, ndak ada apa-apanya. Dulu seminggu menjelang 17-an sudah rame. Lha ini sepi wae,” ujarnya.

Sementara itu, warga Pajangan, Pendowoharjo, Sleman, menggelat upacara bendera yang cukup unik untuk memperingati kemerdekaan RI ke-72, Kamis (17/8). Mereka menggelar upacara dengan menggunakan bahasa Jawa dan mengenakan pakaian tradisional.

Kegiatan yang dimulai pukul 07.30 ini diikuti oleh puluhan warga dengan sangat antusias. Dari anak kecil hingga orang yang sudah tua serta lansia, datang dengan menggunakan seragam yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan kebaya lengkap dengan jariknya, sorjan yang tak ketinggalan kerisnya, seragam sekolah, hingga kemeja dan celana pendek juga sendal jepit.

Menurut Robertus Sudaryanto, ketua panitia, konsep ini diambil karena ingin kebudayaan tradisional di Dusun Pajangan agar tidak punah. ?Karena memang kami meyadari Dusun Pajangan ini sebagai Desa budaya, jadi kami ingin kebudayaan ini tidak punah, anak-anak sebagai generasi penerus bangsa bisa melestarikan budaya, karena memang budaya ini yang bisa mempersatukan kita semua,? ujarnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.