Berita Nasional Terpercaya

Empu yang Kian Langka

0

Bernas.id – Sejarah mencatat, negeri nusantara ini pernah memiliki banyak empu sakti. Kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di negeri nusantara ini pasti memiliki empu yang diandalkan untuk membuat keris. Sejarah juga mencatat, keris buatan seorang empu bahkan bisa mengubah sejarah sebuah kerajaan. Namun, sejarah telah berubah. Meski keris masih menjadi benda yang banyak diminati dan bahkan dinyatakan sebagai warisan dunia oleh Unesco, namun keberadaan seorang empu pembuat keris justru kian langka.

Salah satu diantara yang langka tersebut adalah Ki Empu Sungkowo Harumbrodjo, seorang pembuat keris di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia sudah membuat keris sejak tahun 1997.

?Saya merupakan generasi ketujuhbelas dari Empu zaman kerajaan Majapahit. Saya mewarisi keahlian ayah saya, Ki Empu Djeno Harumbrodjo,? kata Empu Sungkowo Harumbrodjo saat ditemui Bernas di kediamannya, beberapa waktu lalu.

Ki Empu Djeno Harumbrodjo adalah putra dari Ki Supowinangun yang merupakan Empu Keris abdi dalem Kepatihan Kraton Yogyakarta. Melihat silsilahnya, Ki Djeno termasuk pewaris keluarga empu secara turun-temurun, mulai empu Ki Supodriyo jaman Majapahit.

Sejak berumur 15 tahun Ki Empu Djeno Harumbrodjo mulai membantu ayahnya Ki Supowinangun membuat keris. Setelah Ki Supowinangun meninggal dunia, Empu Djeno bertekad meneruskan warisan pembuatan keris dari ayahnya. Setelah Empu Djeno wafat pada tahun 2005, ketrampilan membuat keris itu diwariskan kepada anaknya, Ki Empu Sungkowo Harumbrodjo.

Empu yang tinggal di Desa Gatak, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta tersebut mengerjakan pembuatan keris berbagai macam pamor (corak). Semuanya dikerjakan di bengkel kerja peninggalan ayahnya dengan peralatan yang sangat tradisional, mulai dari prapen (perapian), ububan (alat untuk mengalirkan udara agar bara api tetap menyala stabil), dan berbagai alat tempa.

Membuat sebilah keris dengan kualitas baik, bukanlah pekerjaan mudah. Selain butuh kecakapan yang dilatih bertahun-tahun, seorang empu harus melakukan olah batin yang tidak ringan. Itu sebabnya, tidak banyak orang yang sanggup menyandang predikat sebagai empu pembuat keris.

Sebagai seorang empu, Sungkowo tidak pernah membuat keris secara massal. Satu bilah keris adalah satu karya spesial yang dikerjakan dengan sepenuh jiwa raga.

Sebelum mengerjakan pembuatan sebuah keris, Sungkowo selalu bertanya banyak hal tentang data diri pemesan. Data yang diperlukan itu meliputi weton (hari pasaran kelahiran) serta tujuan pemesanan keris tersebut. Data tentang weton pemesan akan sangat menentukan motif keris yang akan dibuat

Tujuan tentang pemesanan keris juga sangat penting. Hal ini berkaitan dengan pamor (corak pada bilah keris). Pamor sebilah keris menunjukkan manfaat keris tersebut. “Keris itu punya daya sendiri-sendiri,” kata Empu Sungkowo.

Setelah semua data pemesan terkumpul, barulah Empu Sungkowo memulai pengerjaan pembuatan kerisnya. Ia selalu mengawali pekerjaan membuat keris pesanan dengan puasa selama tiga hari. Tujuan puasa ini agar batinnya bersih dan menjiwai proses pembuatan keris yang akan dibuatnya.

Tak hanya berpuasa, seorang empu ketika mengawali pembuatan sebilah keris juga melengkapi dengan aneka sesajian. Tak lupa, memanjatkan doa khusus yang diwariskan leluhurnya. Sungkowo tentu tak ingin membeberkan doa khusus itu.”Yang jelas, campuran bacaan Jawa dan bahasa Arab,” ujarnya.

Setelah melakukan olah batin dengan berpuasa, melengkapi sesajian dan memanjatkan doa khusus, barulah Empu Sungkowo memasuki ruang pembuatan keris. Ruang tersebut berada di sisi paling barat rumah Sungkowo. Ruang itu berukuran 4 x 6 meter. Tak ada perubahan berarti sejak Empu Djeno, ayah Sungkowo, berkarya di ruang tempa tersebut.

Ruang itu memang sangat sederhana. Ada luweng (lobang perapian), ububan (alat untuk meniupkan aliran udara agar bara api stabil), serta alat untuk menempa logam.

Meski terkesan sederhana, api yang dihasilkan dari peralatan itu bisa mencapai suhu hingga 1.300 derajat celcius. Jangankan besi atau baja, logam Nikel hingga batu meteor bisa melunak untuk ditempa.

Batu meteor yang berasal dari mineral luar angkasa tersebut memang salah satu unsur penting pembuatan keris. Meteor inilah yang digunakan untuk membuat pamor sebilah keris. Karena itu, meteor atau watu lintang (batu bintang) juga kerap disebut watu pamor (batu pamor).

?Sekarang batu meteor sudah sulit ditemukan. Biasanya para pemesan membawanya sendiri. Namun, sebagai penggantinya, biasanya digunakan logam Nikel sebagai bahan pamor,? kata Sungkowo.

Pamor adalah tekstur di badan keris. Warnanya, biasanya kontras hitam-putih. Corak bilah keris yang dihasilkan dari meteor atau Nikel inilah yang kemudian disebut pamor. Ada ratusan jenis pamor keris, yang masing-masing dipercaya memiliki tujuan dan kegunaannya.

Pamor tersebut sejatinya tercipta karena perbedaan titik lebur mineral-mineral pembuat keris. Guratan itu lahir dari teknik yang sangat rumit. Bahan dicampur, dileburkan, ditempa, dilipat, ditempa lagi, dilapisi, dilipat lagi, ditempa lagi, begitu seterusnya. Pamor bisa muncul tanpa direkayasa (pamor tiban), juga bisa direncanakan (pamor rekan).

Selain ditentukan oleh dapur dan pamor, tingkat kesulitan pembuatan dipengaruhi tangguh (spesifikasi atau gaya pembuatan) keris. Misalnya, tangguh Majapahit yang terdiri atas 2.048 lapis. Artinya, besi ditempa dan dilipat hingga lebih dari dua ribu kali. Yang paling banyak adalah tangguh gaya Sendang Sedayu yang mencapai4.096 lapis.

“Kalau keris jenis itu, untuk pamor saja dibutuhkan besi 16 kilogram,” kata Empu Sungkowo.

Bisa dibayangkan betapa rumitnya proses pembuatan sebilah keris yang berkualitas baik. Sebilah keris dengan panjang sekitar 40 centimeter, membutuhkan bahan-bahan sekitar 30 kilogram. Setelah melalui proses pemanasan, penempaan, pelipatan yang berulang-ulang, hasil akhirnya adalah sebilah keris yang bobotnya tak lebih dari satu kilogram.

Untuk mengerjakan pembuatan sebilah keris, Sungkowo punya sejumlah pantangan. Melakukan hal-hal yang tidak baik akan bisa mengeruhkan batin dalam membuat keris. Selain itu, ada hari-hari tertentu yang dianggap sebagai pantangan, yakniKamis Wage, Jumat Kliwon, Sabtu Legi, dan Rabu Pon. Bila melanggar, menurut Empu Sungkowo, ada saja halangannya.

“Misalnya, keris yang sudah hampir jadi tiba-tiba patah menjadi dua atau menempa tapi tidak bisa panas-panas. Pokoknya, ada-ada saja,” ujarnya.

Artinya, sebilah keris berkualitas adalah hasil sebuah ketrampilan, olah batin dan kebersihan hati. ?Jika pikiran sedang tidak tenang, ya harus berhenti karena akan memberikan dampak buruk bagi keris yang sedang dibuat. Itulah mengapa membuat keris itu tidak bisa diberi deadline,? katanya.

Meski proses panjang sudah dilalui dan keris jadi secara fisik, tidak berarti prosesnya usai. Ada satu tahap finishing yang hanya bisa dilakukan oleh seorangempu keris. Proses penting itu yakni “merasakan” keris tersebut. Bentuk, luk, simetris tidaknya keris, semuanya diperiksa. Kalaupun secara estetis sudah oke, bila si empu kurang sreg, tetap saja keris itu belum dianggap sempurna. “Kalau perlu saya tempa lagi untuk mencari apa yang kurang,” ucapnya.

Setelah bilah keris dianggap telah sempurna, masih harus melalui banyak tahapan sebelum diserahkan ke pemesannya. Langkah awal adalah membuat sesajen, kemudian  memandikannya (menyiram/mengoleskan cairan warang), mengoleskan minyak cendana, kemudian membuat warangka (wadah). Setelah semuanya itu dilakukan, barulah sebilah keris itu diserahkan kepada pemesannya.

Berapa ongkos pembuatan satu keris? Untuk yang satu ini, Sungkowo tak bisa memberikan jawaban lugas. Penyebabnya, selain itu dianggap sebagai rahasia dapur, juga tidak ada standar pasti. “Bergantung habis berapa banyak bahannya, tingkat kesulitannya, dan bahan warangkanya,” ucapnya.

Soal gagang dan warangka keris, harganya variatif, tergantung bahannya. Ada yang berasal dari kayu murahan berharga ratusan ribu rupiah hingga kayu tertentu yang berharga belasan juta rupiah.

“Itu murni bergantung pemesan. Mau cari bahan yang bagus atau tidak. Lagi pula di luar sana banyak yang menjual warangkanya,” ujarnya.

Meski menjadi empu keris satu-satunya di DIY, Sungkowo tak mengarahkan anak-anaknya menjadi empu juga. “Membuat keris tak bisa dipaksakan. Sebab, lebih menggunakan rasa. Kalau tidak cinta, ya tidak bakal bisa,” ujarnya.

Bahkan, ketika ditanya soal penerus, dirinya masih belum bisa menjawab secara jelas. Apalagi kini putera sulungnya sudah menjadi seorang polisi. ?Ya, lihat nanti saja,? katanya.

Daftar pesanan yang nyaris tak pernah berhenti menunjukkan kualitas Empu Sungkowo. Kebanyakan pemesan bukanlah orang sembarangan, mulai mantan Dirjen Otda Ryaas Rasyid, sejumlah kepala daerah, pihak keraton, hingga orang asing.

?Ya harus menunggu. Jeda tunggunya bisa sampai setahun, Sebab, membuat keris memang tak instan. Tak ada alat cetak besi untuk keris. Paling cepet, saya buat 40 hari,” tutur Sungkowo.

Dari bentuknya, ada dua macam keris yakni keris lurus dan keris ber-luk (lekuk-red). Sebagai senjata fisik, keris lurus berfungsi murni sebagai senjata tusuk dan sabet, menjadi senjata yang diandalkan untuk menusuk dan merobek tubuh lawannya. Seperti kebanyakan senjata tarung lainnya, racun pada keris (warangan) akan sangat menyakiti lawan dan bahkan bisa membunuhnya, walaupun hanya tergores sedikit saja.

Tidak demikian dengan keris ber-luk. Keris ber-luk, selain sebagai senjata tusuk dan sabet, bentuk luk-nya juga berguna dalam menahan dan menangkis senjata lawan, tidak mudah patah bila berbenturan menangkis senjata lawan, dan menghasilkan luka yang lebih lebar dan lebih parah bila berhasil menusuk lawan. Yang terakhir ini sering tidak disadari oleh kebanyakan orang, karena secara filosofis jawa, hal demikian memang tidak pantas diutarakan.

Selain itu, bentuk luk keris juga menjadi pakem untuk menunjukkan makna spiritual kerisnya. Menurut Sungkowo, bentuk luk keris memang sengaja dibuat dengan tujuan lain yang tersembunyi, bukan hanya sebagai bentuk pemanis.

?Keris yang pada dasarnya merupakan senjata yang bersifat pusaka, kini sudah bergeser maknanya. Lebih kearah spiritual atau budaya. Itulah mengapa membuatnya pun tidak sembarangan,? ujarnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.