Berita Nasional Terpercaya

Berkurban di Era Digital

0

Bernas.id – Zaman memang telah berubah dari era analog ke era digital. Perkembangan ini juga menutut perubahan perilaku manusia, termasuk dalam hal ibadah berkurban pada hari raya Idul Adha. Jika dulu seseorang harus ?bersentuhan? secara langsung dengan hewan kurbannya, kini teknologi informasi makin memberikan kemudahan.

Kini, seseorang bisa melaksanakan ibadah kurban hanya dengan perlengkapan gadget di tangan. Tinggal pilih hewan kurban yang tersedia di sejumlah laman marketplace atau situs jual beli online. Tak hanya bisa memilih dan membeli hewan kurban melalui dunia maya, pekurban juga bisa menentukan lokasi penyembelihan hewan kurban sekaligus menentukan sasaran penerima manfaat daging hewan kurbannya.

Kemudahan teknologi informasi tersebut diharapkan mampu merangsang kaum muda untuk melaksanakan ibadah kurban. Sebab, tidak bisa dipungkiri, selama ini ibadah kurban dikonotasikan sebagai ?kewajiban? orang-orang tua saja. Melalui kemudahan dan kecanggihan teknologi informasi inilah diharapkan kaum muda tertarik untuk berkurban.

Salah satu lembaga yang memanfaatkan perkembangan dunia digital untuk pelaksanaan ibadah kurban adalah Dompet Dhuafa melalui program Tebar Hewan Kurban (THK). Menurut GM Dompet Dhuafa, Benny, program THK ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1994.

Untuk melaksanakan program THK ini, Dompet Dhuafa menggandeng mitra peternak di seluruh Indonesia. ?Tahun ini mitra Dompet Dhuafa kita ada 63. Masing-masing mitra itu mengelola 5-30 peternak.  Mereka ada di 28 provinsi,? kata Benny kepada Bernas, Selasa (29/8).

Dalam pelaksanaan kurban, Dompet Dhuafa merekrut Tim pelaksana pengendali mutu atau quality control (QC) yang memiliki beberapa tugas dalam menjalankan amanahnya. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan dan pelayanan THK mulai dari fase pengadaan sampai pemotongan. Ada empat tugas pokok seorang QC. Pertama, pemantauan, pengontrolan, pengecekan kesehatan, dan bobot calon hewan kurban sebelum hari pelaksanaan. Kedua, pengecekan dan verifikasi lokasi pendistribusian dan calon penerima manfaat. Ketiga, pemantauan proses penyiapan dan pelaksanaan pemotongan hewan kurban. Keempat, pelaporan, pendokumentasian, evaluasi, dan rekomendasi.

Salah satu persoalan yang dihadapi Dompet Dhuafa adalah sistem pelaporan kepada pekurban tentang pelaksanaan penyembelihan hewan kurban berikut pembagian daging hewan kurbannya. Awalnya, petugas harus mencetak foto pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, kemudian ditempel pada selembar form untuk dilaporkan ke Jakarta.

?Kalau dalam jarak dekat tidak terlalu memakan banyak biaya. Tapi bagi yang di ujung Sumatra, di ujung Sulawesi, di ujung Papua, itu jarang sekali. Sebab untuk mencetak foto saja mereka harus turun ke kecamatan terdekat. Kemudian untuk mengirimkan mereka harus ke kecamatan terdekat,? papar Benny.

Berkat perkembangan teknologi, proses tersebut bisa dipermudah. ?Kita coba namanya sistem digital. Jadi sekarang ini mereka cukup mengirimkan foto-foto pelaksanaan kurban sebelum dan sesudah pemotongan. Semua foto-foto dokumentasi tersebut menjadi laporan digital. Nah buat mereka, ini menjadi sebuah kemudahan. Mereka tidak perlu mencetak foto, mereka tidak perlu menempel, mereka tidak perlu mengirimkan,? kata Benny.

Menurut Benny, kemudahan teknologi itu memberikan banyak manfaat, khususnya mereduksi biaya serta prinsip kehati-hatian. Sebab, jika harus menyeleksi ratusan cetak foto, tentu ada risiko kesalahan.

?Dari sisi waktu, proses pelaporan kita bisa dilakukan lebih cepat. Kendalanya kalau misalnya dulu itu kan pelaporan kita bisa sangat terlambat, sebab kita harus menunggu laporan yang datang dari mitra yang ada di daerah. Proses pengiriman itu kan tergantung jarak. Semakin jauh, semakin lama. Untuk mengirim saja kadang kadang perlu waktu satu hari ke kantor kecamatan. Dari kantor kecamatan ke Jakarta kira kira butuh waktu satu minggu, belum lagi proses seleksi kita di Jakarta untuk memilah milah,? paparnya.

Dengan perkembangan teknologi IT, lanjut Benny, semua proses itu bisa dipangkas, bisa direduksi. Secara otomatis sudah bisa menjadi laporan dalam skema pdf, nama donaturnya, kemudian alamatnya. ?Dan itu akan kita kirimkan ke email. Bagi mitra-mitra yang tidak punya email, kita printkan. Tapi lebih cepat karena kita tinggal print laporan yang di pdf itu, kemudian dikirim kepada donatur-donatur kita,? ujarnya.

Mulai tahun ini Dompet Dhuafa memberikan tawaran menarik bagi pekurban. Bisa memilih sendiri lokasi pendistribusian hewan kurban. Ini menjadi keunggulan baru bagi para pekurban yang menyalurkan berkah kurbannya melalui Dompet Dhuafa. Saat ini pekurban dapat memilih lokasi pendistribusian sesuai dengan list peta distribusi dari tim THK Dompet Dhuafa. Langkahnya, seusai pekurban membayarkan kurbannya melalui THK Dompet Dhuafa, akan mendapatkan email verifikasi yang di dalamnya memuat link pemilihan lokasi pendistribusian kurban. Setelah itu, klik link, dan pilih daerah sesuai keinginan pekurban.

Pendistribusian hewan kurban berupa domba, kambing, sapi, dan kerbau ini akan dilakukan di daerah-daerah terpencil, rawan gizi, terbelakang, miskin dan daerah yang terkena bencana, serta kerusuhan di seluruh Indonesia. Pendistribusian juga menjangkau luar negeri, yang berpenduduk minoritas muslim, daerah konflik perang seperti Palestina, Mindanao, Rohingya.

Lalu, bagaimana keabsahan kurban di era digital ini? Menurut mantan Ketua PP Muhammadiyah, Prof Din Dyamsuddin, ibadah kurban yang diberitakan minimal setahun itu memiliki dampak sosial yang besar. Kecenderungan umat Islam untuk berkurban juga semakin besar.

?Kita tidak tahu itu kalau diakumulasi berapa nilainya. Tapi yang paling jelas sangat relevan ibadah kurban ini dengan kondisi kehidupan keumatan dan kebangsaan kita ini yang menuntut adanya orientasi hidup yang bersifat sosial dalam bentuk kedermawanan dan solidaritas sosial. Ini sangat relevan, sebagai koreksi terhadap oritentasi hidup di era modern ini yang sering tampil bersifat individualistik, egoistik,? kata Din Syamsuddin kepada Bernas, Selasa (29/8).

Oleh karena itu, lanjut Din Dyamsuddin, dalam rangka menyambut pelaksanaan ibadah kurban itu dalam konteks kemodernan sekarang yang sudah semakin meluas, kompleks. ?Maka tidak salah kalau diterapkan atau dimanfaatkan teknologi yang canggih, apalagi pada era digital dewasa ini. Maka lembaga-lembaga Islam, ada dompet dhuafa, ada Lazismu (lazis Muhammadiyah), dan lain lain dapat menerapkan pendekatan yang memudahkan, baik penghimpunan dana maupun penyaluran daging kurban itu sendiri,? katanya.

Menurut Din Syamsuddin, ilmu fiqih dalam Islam itu cukup fleksibel dan rasional. ?Kalau penghimpunan secara online dengan menjelaskan spesifikasi hewannya menyangkut berat hewan dan harga, cara seperti itu tidak salah. Agar kita tidak dianggap membeli kucing dalam karung, seperti itu dibolehkan, asalkan pelaksanaannya harus bersungguh-sungguh ikhlas dan jujur dalam melaksanakannya. Jadi tidak ada masalah dan itu sudah dipraktekkan bertahun-tahun,? ujarnya.

Din Syamsuddin mengakui, saat ini tidak mudah jika harus mengumpulkan hewan-hewan kurban di satu tempat kemudian pekurbannya harus datang, kecuali di kampung yang masih memungkinkan. ?Jadi itu tidak ada masalah dan tidak perlu dipermasalahkan, termasuk penyaluran hewannya sekarang juga sudah canggih. Tidak hanya dalam bentuk daging mentah yang dibagi, bahkan sudah dalam bentuk makanan berproses,? tandasnya.

Din Syamsuddin bahkan menginformasikan bahwa tahun ini Lazismu akan membagikan daging kurban dalam bentuk olahan rendang yang dikemas dalam kaleng. ?Rendang dalam kaleng. Saya kira ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dimungkinkan oleh agama,? ujarnya.

Din Syamsuddin mengajak umat muslim Indonesia menyambut Idul Kurban agar tetap berorientasi pada substansi. Jangan kehilangan substansi. ?Karena banyak perayaan-perayaan hari raya keagamaan itu kita sering terjebak pada simbolisme tapi sering melupakan substansi,? ujarnya.

Substansi yang dimaksud Din Syamsuddin adalah  meningkatkan ketaatan, kepatuhan penuh terhadap Tuhan sesuai yang ditujukan nabi Ibrahim AS. ?Berarti juga kita jangan melupakan Tuhan. Apalagi membangkang terhadap perintahNya. Kalau sudah menyangkut perintah agama, maka itu bukan wilayah pembahasan. Itu wilayah pelaksanaan,? tandasnya.

Substansi lainnya, lanjut Din Syamsuddin, Idul Adha harus juga bermuara pada solidaritas sosial. ?Kesetiakawanan sangat diperlukan dewasa ini dalam rangka mengukuhkan kebersamaan kita sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia,? ujarnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.