Berita Nasional Terpercaya

Inilah Pengakuan Dwi Hartanto ?The Next Habibie?, Mahasiswa Indonesia Tentang (Kebohongan) Prestasinya

0

Bernas.id ? Dwi Hartanto yang mendapat julukan The Next Habibie telah mencoreng nama baik mahasiswa Indonesia setelah belum lama ini ia dipuja karena prestasinya yang ternyata kebohongan belaka.

Mahasiswa Doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda tersebut dipuja banyak orang karena kehebatannya di bidang antariksa. Bahkan ia ?mengklaim? jika mempunyai banyak prestasi di bidang antariksa. Tak pelak jika Dwi pun dicari banyak media tentang kepintarannya tersebut.

Kenyataanya ternyata berbeda, melalui dokumen klarifikasi sebanyak 5 halaman yang ditampilkan pada situs ppidelft.net, Dwi khilaf memberikan informasi yang salah baik itu di media sosial dan media massa.

Dwi ternyata memberikan informasi yang tak akurat bahkan cenderung lebay (berlebihan) dan tidak sesegera mungkin memberikan verifikasi, koreksi dan klarifikasi tentang informasi yang salah itu sehingga menjadi besar seperti sekarang ini.

Rincian Klarifikasi PPI Belanda tentang Dwi Hartanto

Inilah rincian klarifikasi PPI Belanda tentang Dwi Hartanto yang dilansir dari merdeka.com (9/10/2017):

1. Publikasi poster dan jarkom proker Scientific Writing Workshop (SWW) 2017

Scientific Writing Workshop (SWW) merupakan pelatihan intensif penulisan artikel ilmiah. Pelatihan ini terbagi menjadi tiga sesi. Pemilihan para pemateri berdasarkan rekomendasi dari beberapa teman dan kolega.

Satu dari ketiga pembicara tersebut adalah Dwi Hartanto. Pada media publikasi poster dan jarkom, PPI Belanda mencantumkan label 'Dr. Dwi Hartanto' dengan titel 'Ilmuwan Roket Indonesia' dan 'Associate Professor, Aerospace Engineering, Delft University of Technology'.

Namun, Dwi Hartanto pada akhirnya tidak menjadi pemateri dan digantikan oleh pemateri lain.

 

2. Lingkar Inspirasi bersama BJ Habibie

Pada Rabu, 7 Desember 2016, PPI Belanda menyelenggarakan diskusi bertajuk Lingkar Inspirasi bersama Presiden ke-3 RI, BJ Habibie. Di akhir acara, Dwi Hartanto dipanggil ke panggung tanpa sepengetahuan PPI Belanda.

Momen ini pun ikut tercatat di siaran pers Lingkar Inspirasi PPI Belanda. Berkenaan dengan adanya beberapa tautan yang mencantumkan nama Dwi Hartanto pada siaran pers itu, PPI Belanda telah mengedit konten dengan menghapus tautan-tautan yang berkaitan dengan pemberitaan Dwi Hartanto.

 

3. Artikel pada web PPI Belanda tahun 2015

 

Pada artikel tanggal 13 Juni 2015, PPI Belanda kepengurusan 2015/2016 menerbitkan laman mengenai prestasi Dwi Hartanto. Menyadari kekeliruan yang telah dibuat terkait dengan pemberitaan tersebut, PPI Belanda telah menghapus tautan di atas dari laman PPI Belanda.

“Demikian pernyataan klarifikasi ini kami buat sebagai bentuk permohonan maaf kami atas kekeliruan dalam menyampaikan publikasi dan pemberitaan yang berkaitan dengan Saudara DH,” tulis PPI Belanda.

 

Klarifikasi Dwi Hartanto tentang Latar Belakang Pendidikannya

Sedangkan untuk latar belakang pendidikannya sendiri, Dwi menyelesaikan studi S1-nya di AKPRIND Yogyakarta dengan Proram Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri dan lulus tanggal 15 November 2005 dan bukan lulusan Tokyo Institute of Technology di Jepang seperti yang selama ini beredar.

Dwi pun mengambil program S2 di Belanda, tepatnya di TU Delft, Faculty of Electrical Engineering, Mathematics, and Computer Science. Tesis yang dilakukan mengambil judul Reliable Ground Segment Data Handling System for Delfi-n3Xt Satellite Mission. Meski tesis ini sedikit berhubungan dengan sistem satelit, namun memang dikhususkan tentang satellite data telemetri dan ground segment network platform-nya.

Saat ini Dwi sedang mengambil program S3 di Universitas yang sama dengan program S2 yang telah diambil sebelumnya, yakni TU Deft. Untuk program S3, ia menjalani program dalam grup riset Interactive Intelligence, Departement of Intelligent Systems, Faculty of Electrical Engineering, Mathematics, and Computer Science.

Dwi pun melakukan pembenaran dengan ucapan,

?Informasi mengenai posisi saya sebagai post-doctoral apalagi assistant professor di TU Delft adalah tidak benar.?

Selain itu, Dwi telah membantah tentang pemberitaan yang beredar di media online. Pria ini mengatakan jika Ia dan timnya sedang merancang bangun Satellitte Launch Vehicle. Padahal faktanya, ia merupakan bagian dari tim mahasiswa yang bertugas merancang subsistem embedded flight computer untuk roket Cansat V7s milik DARE. Selain itu ia pun melakukan pembantahan adanya sebuah roket dengan nama TARAV7s.

Klarifikasi yang dilakukan sebuah program televisi pun tak jauh berbeda. Dwi pun menambahkan jika dirinya bukan satu-satunya orang di luar Eropa yang pernah memasuki ring satu ESA (Teknologi Badan Antariksa Eropa).

Kebohongan Dwi Hartanto Selama Ini

Meskipun melakukan bantahan, Dwi pun mengakui kebohongan yang dilakukan. Ia telah mengakui jika dirinya telah memalsukan kabar tentang kemenangannya dalam kompetisi antarbadan antariksa di Jerman di tahun 2017 ini.

Bukan hanya itu saja, Dwi pun telah memanipulasi ceh hadiah. Ada juga kebohongan lainnya tentang teknologi Lethal Weapon in the Sky serta beberapa paten yang diklaim sebagai miliknya yang ternyata tak ada sama sekali. Kabar tentang kesibukan dirinya dan tim yang membuat teknologi pesawat tempur generasi keenam pun hanya kepalsuan belaka.

Perihal pertemuan Dwi dengan B.J. Habibie yang pernah ditulisnya dalam akun Facebook pribadinya pun berbeda dengan kenyataanya. Jika di dalam tulisannya, Dwi menyebutkan bila Mantan Presiden ke-3 Indonesia tersebut yang ingin bertemu dengannya. Padahal kenyataanya, dialah yang meminta pihak KBRI Den Haag untuk bisa bertemu dengan B.J. Habibie.

Berbagai kebohongan yang ditulisnya lewat akun media sosialnya, seperti Facebook telah diakui Dwi sebagai kebohongan belaka dan mengaku telah menutup akun tersebut.

Kemudian tentang dirinya yang diundang dalam Visiting World Class Professor yang ada di Jakarta karena kompetensi yang dimilikinya pun adalah kebohongan yang sekian kali dilakukannya.

Kemudian di bagian akhir, dokumen klarifikasi Dwi Hartanto mengatakan jika saat ini dirinya sedang melakukan serangkaian sidang tentang kode etik di TU Delft yang dimulai pada 25 September 2017. Hingga saat ini, sidang tersebut masih berlangsung dan belum menentukan masa depan Dwi.

Selanjutnya di atas surat bermaterai 6.000, Dwi pun berjanji tak akan melakukan kesalahannya dan mau tetap berkarya di bidang yang sesuai dengan kompetensi sebenarnya yakni sistem komputasi. Selain itu ia berjanji tak akan mau menerima pemberitaan atau undangan untuk berbicara yang ada di luar kompetensi yang dimilikinya.

?Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya, seperti yang tertulis di dokumen ini adalah murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan perilaku pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum,? kata Dwi untuk mengakhiri dokumennya.

 

Keprihatinan Ilmuwan Indonesia yang Berkiprah di Luar Negeri Terhadap Kasus Dwi Hartanto

Kebohongan besar yang dilakukan Dwi Hartanto pun mengambil banyak perhatian terlebih dari para ilmuwan Indonesia. Salah satunya, Professor dan Koordinator program Urban Studies and Planning dari Savannah State University, Amerika Serikat, Deden Rukmana. Ia mengakui sangat prihatin dengan fakta yang ada.

Dilansir dari viva.co.id (09/10/2017), Deden mengaku bila dirinya sempat bertemu dengan sosok Dwi melalui acara Visiting World Class Professor yang diadakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada 17-24 Desember 2016 yang lalu.

Di dalam forum tersebut, Deden dan Dwi adalah bagian lebih dari 40 ilmuwan diaspora Indonesia yang meneliti serta mengajar di banyak negara. Pada awalnya ia sangat mengagumi apa yang telah dilakukan Dwi. Tetapi belakangan ini, dirinya juga ikut menaruh curiga dengan prestasi yang pernah dilakukan oleh pria 35 tahun itu.

“Kebohongan yang dilakukan oleh Dwi Hartanto juga merusak nama baik ilmuwan secara umum. Ilmuwan adalah suatu profesi yang memerlukan integritas dan kode etik yang tinggi,” tutur Deden dalam postingan di Facebooknya, yang dikutip Minggu 8 Oktober 2017.

Deden pun menulis jika ilmuwan merupakan profesi yang mempunyai nilai luhur serta bertanggung jawab dengan peradaban manusia. Pastinya ilmuwan harus berintegritas serta memiliki kode etik tinggi. Deden kembali menambahkan jika keilmuwan tak akan dapat berkembang jika pelakunya tak mempunyai integritas dalam menjaga obyektivitas ilmunya dan kejujuran.

Leave A Reply

Your email address will not be published.