Berita Nasional Terpercaya

Beratnya Kehidupan Paikem, Penjual Ketupat dan Tempe Bacem di Pasar Ambal, Kebumen

0

Bernas.id – Paikem (74) asal Desa Ambalresmi, Ambal, Kebumen. Ia memiliki suami bernama Sarno (77) dan lima orang anak, tiga perempuan dan dua laki-laki. Kelima anaknya sudah menikah dan sudah tidak serumah lagi dengannya. Di sebuah  rumah sederhana berdinding anyaman bambu (gedek) dan berlantai ubin yang retak-retak pasangan suami istri ini tinggal tanpa ditemani anak cucunya.

Di usianya yang sudah tua, Paikem masih harus berjualan untuk menghidupi dirinya dan suaminya yang tidak bekerja. Ia tidak mau bergantung pada anak-anaknya yang semuanya sudah berkeluarga. Keadaan ekonomilah yang membuatnya harus terus bekerja mengumpulkan rupiah dari berjualan ketupat dan tempe bacem. Profesi sebagai penjual ketupat dan tempe bacem sudah dilakoninya selama 37 tahun.

Saat kecil Paikem sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar. Akan tetapi, baru kelas satu SD ia berhenti sekolah dikarenakan malu dengan teman-teman sekelasnya. Teman-teman sekolahnya menggunakan seragam dan rok sekolah, sedangkan ia tidak mampu membeli rok untuk sekolah. Ia sekolah mengenakan jarit atau selendang sebagai rok. Alhasil ia kini buta huruf.

Pada saat masih muda dan tenaganya masih kuat, Paikem hampir setiap hari berjualan dengan berpindah-pindah di berbagai pasar. Akan tetapi, saat usianya mulai senja dan tenaganya sudah mulai lemah ia hanya bisa berjualan dua hari dalam sepekan. Pada hari Kamis dan Minggu saja ia berjualan ketupat dan tempe bacem. Itu pun di Pasar Ambal, pasar terdekat dari rumahnya yang jaraknya hanya sekitar satu kilo meter.

Perjalanan ke pasar ia tempuh dengan becak karena beban dagangannya tak sanggup lagi dibawanya dengan berjalan kaki. Pada tukang becak langganannya ia cukup memberikan Rp 10.000,00 rupiah untuk perjalanan pulang dan pergi.

Setiap pasaran Paikem akan bangun pukul dua 12.00 WIB malam atau pukul 01.00 WIB untuk mulai merebus ketupat dan memasak tempe bacem. Biasanya semua pekerjaannya sudah selesai sebelum pukul enam pagi. Sekitar pukul enam pagi ia sudah siap untuk berangkat ke pasar dengan dijemput becak onthel langganannya.

Nenek dari sepuluh cucu dan seorang cicit ini biasanya membuat tempe tiga hari sebelum pasaran, dan membuat kelonthongan ketupat sehari sebelum pasaran. Setiap berjualan ia menghabiskan 5 kg beras untuk ketupat dan 4 Kg kedelai untuk tempenya. Dengan 5 kg beras, ia dapat membuat sekitar 70-75 ketupat, sedangkan kedelai 4 kg biasanya menjadi 80 tempe. Jika pasar sedang ramai ia bisa pulang pukul sembilan, tapi jika sedang sepi biasanya ia pulang pukul dua belas.

Ia menuturkan bahwa sebenarnya lebih menguntungkan berjualan tempe mentah daripada tempe bacem. Akan tetapi, tempe yang dibungkus dengan daun pisang miliknya sudah kalah saing dengan tempe-tempe yang digiling dengan mesin dan dikemas dengan plastik. Tempe bacem yang dijual seharga Rp 1250,00 per biji untungnya sangat kecil. Hal ini dikarenakan tempe bacem membutuhkan bumbu, gula jawa, dan minyak untuk menggoreng yang semuanya mahal. Untuk ketupat biasanya dijual dengan harga Rp 800,00 sampai Rp1000, 00.

Paikem tidak pernah menghitung berapa keuntungan yang diperoleh setiap selesai berjualan. Ia hanya tahu bahwa setelah dagangannya habis ia harus belanja kebutuhan rumah dan bahan pokok dagangan yang akan dijual untuk pasaran berikutnya. Bahan dagangan yang selalu ia beli adalah beras, kedelai, janur, dan daun untuk bungkus tempe. Jika nasib sedang tidak baik, ia tidak memperoleh janur di pasar sehingga di pasaran berikutnya ia terpaksa tidak bisa berjualan.

Paikem selalu bersyukur masih diberi kesehatan ?Alhamdulillah tasih diparingi kesehatan, saget nyambet damel? tuturnya sambil tersenyum (Alhamdullilah masih diberi kesehatan, bisa bekerja). Ia senang masih bisa berjualan ketupat dan tempe bacem karena di usianya yang sudah tua ia tidak bisa melakukan pekerjaan lainnya. Selain itu, dengan berjualan ia akan memiliki sedikit uang pegangan. Bagaimanapun saat kedatang cucu ke rumah ia ingin memberi uang sekadar untuk jajan cucunya. Sehingga dengan tetap berjualan ketupat dan tempe bacem ia tidak perlu bergantung dengan orang lain dan bisa menyenangkan cucunya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.