Berita Nasional Terpercaya

Di Negara Ini, Ada Perusahaan yang Mengolah Bom Menjadi Perhiasan

0

Bernas.id ? Peninggalan perang tidak selalu berupa hal yang memilukan. Di Laos, ada perusahaan yang memanfaatkan serpihan bom sebagai bahan untuk membuat perhiasan. Begitu cantiknya perhiasan yang mereka buat, sehingga siapapun tidak akan menyangka kalau perhiasan tersebut dibuat dari senjata perenggut nyawa manusia.

Perusahaan tersebut adalah Article 22 dan sudah berdiri sejak 2012. Ada alasan tersendiri di balik dipilihnya nama yang tidak lazim tersebut. Nama perusahaan ini diambil dari salah satu segmen dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia milik PBB.

Kendati berbasis di Laos, perusahaan ini justru didirikan oleh dua orang asing. Mereka adalah Elizabeth Suda yang berasal dari AS dan Camille Hautefort yang berasal dari Perancis. Kepada wartawan The Huffington Post, Suda mengakui kalau awalnya dia sama sekali tidak tahu kalau Laos turut menjadi korban pengeboman semasa berlangsungnya Perang Vietnam.

Suda baru mengetahui hal tersebut saat dirinya mengunjungi Laos pada tahun 2008. Awalnya kunjungan tersebut dimaksudkan mempelajari industri tekstil di Laos setelah dirinya meninggalkan pekerjaan lamanya di sebuah perusahaan fashion.

Namun begitu mengetahui realita pilu yang dimiliki oleh Laos di masa silam, ia pun terdorong untuk merintis usaha perhiasan yang menggunakan sisa-sisa bom sebagai bahan bakunya. ?Hal tersebut memotivasi saya, lewat cara yang sederhana, untuk melakukan apa yang bisa saya lakukan demi menyebarkan kisah ini,? tutur Suda.

Article 22 sendiri tidak mendapatkan bahan baku yang dibutuhkannya dari mencari bom secara mandiri. Jika sebuah bom yang tidak meledak ditemukan di Laos, bom tersebut biasanya akan dijual ke tempat-tempat pengecoran logam. Di sanalah Article 22 mendapatkan bahan logam yang dibutuhkannya untuk diolah menjadi aneka perhiasan seperti kalung, gelang, hingga anting.

Sebagai cara untuk berkontribusi kepada warga lokal, Article 22 menetapkan bayaran yang lebih tinggi dibandingkan standar lokal kepada para pegawainya. Article 22 juga menyumbangkan sebagian pemasukan yang mereka dapat ke lembaga pemberdayaan masyarakat desa dan organisasi penjinak ranjau.

Saat diwawancarai secara terpisah oleh The Wall Street Journal, Sudah menjelaskan kalau dirinya juga banyak menerima pesanan dari warga Vietnam. Tidak sedikit dari mereka yang kemudian menceritakan pengalaman mereka masing-masing semasa perang. ?Apa yang mereka miliki untuk mengubah hal yang negatif menjadi positif sungguh spesial,? kata Suda.

Leave A Reply

Your email address will not be published.