Berita Nasional Terpercaya

Tanggal Lahirnya Diperingati sebagai Hari Musik Nasional, Ini 4 Fakta Unik tentang WR Supratman

0

Bernas.id – Setiap 9 Maret, Masyarakat Indonesia merayakan Hari Musik Nasional. Gagasan tentang Hari Musik Nasional telah disusun sejak tahun 2003, di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri atas usul dari Persatuan Artis Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI). Namun baru diresmikan pada tahun 2013 di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Adapun 9 Maret dipilih karena merupakan  hari lahir WR Supratman. Ia dianggap berjasa karena telah menciptakan Indonesia Raya. Melalui gesekan biola, Supratman memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia itu dalam Kongres Pemuda II yang digelar di Jakarta pada Oktober 1928.

Namun di luar penetapan tanggal lahirnya sebagai Hari Musik Nasional, ternyata ada fakta-fakta menarik di balik sosok yang kerap tanmpil dengan kacamata bulatnya tersebut. Berikut empat di antaranya.

1. Tanggal Lahirnya Diperdebatkan

Tanggal lahir Supratman hingga kini masih diperdebatkan. Ada yang menyebut putra Purworejo itu lahir pada 9 Maret 1903, tapi ada juga menyebut ia lahir pada 19 Maret 1903. Tanggal yang kedua itulah yang didukung oleh keluarga Supratman dan dikuatkan oleh keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2017. 

2. Rudolf Bukan Nama Lahir

Nama asli WR Supratman adalah Wage Soepratman. Sementara Rudolf adalah nama tambahan yang diberikan seorang pria peranakan Belanda-Indonesia bernama Willem van Eldik yang menikahi kakak perempuannya, Roekijem. Semasa remaja, Wage memang tinggal bersama kakak sulungnya itu di Makassar, tempat Willem berdinas sebagai tentara.

3. Membentuk Band Jazz Pertama di Indonesia

Pada 1920, Supratman membentuk grup musik jazz bernama Black & White di Makassar. Grup musik itu bisa dikatakan sebagai perintis jazz di Indonesia. Black & White biasa tampil mengiringi pesta dansa orang-orang Belanda setiap akhir pekan.

4. Pernah Jadi Wartawan

Setelah meninggalkan Makassar pada 1924, Supratman merantai ke Batavia dan Bandung. Di sana, ia bekerja sebagai wartawan di surat kabar Kaoem Moeda yang pernah dipimpin Abdoel Moeis. Selain itu, Supratman juga pernah bekerja di surat kabar Sin Po

Tidak hanya menjadi wartawan, Supratman juga menulis buku. Bukunya berjudul Perawan Desa disita dan dilarang beredar lantaran dianggap menghina pemerintah kolonial dan meresahkan masyarakat.

Leave A Reply

Your email address will not be published.