Berita Nasional Terpercaya

Tak Jelas Arah Koalisi Demokrat

0

Bernas.id – Diawali dengan pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono dengan Presiden Jokowi minggu lalu, masyarakat mulai menduga arah pilihan koalisi Partai Demokrat. Sehari sebelum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) para petinggi Partai Demokrat member sinyal bahwa akan ada kejutan pada akhir rakernas nanti. Apa kejutan itu? Semua kompak tutup mulut, tunggu saja.

Dugaan itu semakin jelas ketika dalam pidato pembukaan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Demokrat di Sentul International Convention Centre (SICC) pada hari Sabtu lalu yang menyebutkan: ?Jika Allah, Tuhan Yang Maha Esa menakdirkan, sangat bisa Partai Demokrat berjuang bersama bapak, ujar SBY dalam sambutannya. Koalisi akan dapat berjalan bersama-sama jika memiliki kerangka pikiran yang sama. ?Perjuangan apapun, jika memiliki kerangka pemikiran yang sma tentu akan berhasil dengan baik,? ujarnya lagi yang disambut tepuk tangan meriah oleh para peserta rakernas. 

Baca juga SBY Dampingi Jokowi Masuk Ruang Pertemuan Rapimnas Demokrat

SBY sebelumnya juga mengingatkan soal visi dan misi pemrintahan periode 2019-2024 harus disusun secara bersama-sama antar partai koalisi dengan pemerintah. Selain itu rasa saling percaya dan saling menghargai dalam berkoalisi juga sangat penting. ?Mutual respect dan trust, jelas SBY lebih lanjut. 

Namun yang paling ditunggu-tunggu adalah ketika SBY sejenak berhenti mengambil nafas dan siapa calon yang akan diusung oleh Partai Demokrat yang akan disampaikannya. Ternyata seperti biasa, SBY selalu bersayap kata-katanya. ?Insya Allah dalam Pilpres 2019 Partai Demokrat akan mengusung pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang paling tepat dan paling baik. Beberapa bulan ke depan akan kami umumkan pasangan tersebut.

Baca juga Pasca Putusan MK, Demokrat Yakin Usung Capres-Cawapres Pemilu 2019

Dari kalimat SBY di atas, kalau ditelaah lebih jauh siapakah pasangan Capres dan Cawapres yang dimaksud beliau? Banyak yang mengira awalnya adalah Jokowi, karena sebelumnya seperti yang sudah diungkapkan di atas, bahwa Partai Demokrat akan mengeluarkan kejutan. Mengingat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang digadang-gadang belum tepat untuk diusung sebagai Calon Presiden karena masih muda dan juga belum kenyang pengalaman dalam berpolitik. Pidato SBY tersebut merupakan anti klimaks dalam pembukaan Rakernas Demokrat Sabtu lalu. 

Sebaliknya dalam pidato sambutannya Jokowi juga mengatakan bahwa dia adalah seorang demokrat sejati. Jika ada yang mengatakan bahwa rezim yang dipimpinya represif dan otoriter, itu pendapat yang salah. ?Mana mungkin potongan seperti saya ini represif dan otoriter. Saya kalau kemana-mana selalu tersenyum,? ujar Presiden yang disambut tawa hadirin. Ciri-ciri demokrat itu antara lain adalah mampu menjadi pendengar yang baik, menghargai orang lain meskipun beda pendapat, saya punya ciri-ciri itu, ujar Presiden lagi. Lebih jauh Presiden juga mengatakan memiliki banyak persamaan dengan SBY. ?Beda tipislah, kalau saya seorang demokrat, sementara Pak SBY Ketua Partai Demokrat,? kata presiden lagi. 

Baca juga Demokrat Segera Deklarasikan AHY Untuk 2019

Kalimat bersambut yang dilakukan oleh Jokowi yang mengatakan bahwa dia adalah seorang demokrat apakah menjadi sinyal pula bahwa Partai Demokrat akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat nantinya? Apalagi sebelumnya SBY menegaskan agar kader Demokrat yang hadir di rakernas ini harus menghormati Jokowi. Mungkin ini dimaksudkan agar rakernas berjalan dengan tertib dan tidak ada yang berteriak-teriak saat Jokowi berpidato memberikan sambutannya.

Beberapa pengurus partai menyambut baik jika memang Partai Demokrat bergabung dengan koalisi pemerintah. Partai Golkar menyambut baik jika Partai Demokrat benar-benar mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang. Sebagai mitra politik, dengan bergabungnya Partai Demokrat dalam koalisi akan memperkuat dukungan kepada Jokowi. Pendapat tersebut disampaikan oleh Wakil Sekjen Partai Golkar bidang kajian strategis dan intelijen, kemarin (11/3).

Baca juga Wakil Ketua Umum Demokrat Sambut Baik Jokowi-AHY

Sebaliknya PKS, sebagai partai yang selama ini menjadi oposisi yang paling keras terhadap pemerintahan berharap agar Demokrat membuat Poros Tengah. Hidayat Nur Wahid selaku Ketua Majelis Syuro PKS mengatakan jika memang itu terbentuk akan sangat bagus sekali. ?Kemungkinan poros itu terdiri dari Partai Demokrat, PKB dan PAN. Sedangkan PKS satu poros dengan Gerindra. Kemudian poros yang mendukung Jokowi, ngga apa-apa,?ujarnya.

Lebih jauh Hidayat mengatakan, bahwa dari awal PKS sangat setuju dengan banyaknya calon pada Pilpres 2019 mendatang. Itu sebabnya PKS menolak adanya Presidensial Treshold. ?Supaya memberi ruang lebih banyak kepada warga untuk memilih,? ujarnya lagi.

Baca juga Poros Islam di Pilpres 2019, Golkar: Kita Tak Campuri Manuver Partai Lain

Mungkinkah Poros Ketiga atau lazimnya disebut dengan Poros Tengah terbentuk? Kalau misalnya Poros Tengah terbentuk siapakah yang akan menjadi Capres dan Cawapresnya? Sudah pasti Partai Demokrat yang menjadi pendorong utama terbentuknya poros tersebut, tidak mungkin dari PKB atau PAN. Dengan demikian maka calon presiden sudah pasti dari Partai Demokrat. Namun siapakah yang akan diajukan? Jika pilihannya kepada Agus Harimurti Yudhoyono, maka terlalu besar resiko yang diambil oleh Poros Tengah. Mengingat AHY masih belum matang dalam berpolitik. Kekalahannya tahun lalu dalam kontestasi Pilgub DKI masih membayangi masyarakat. 

Bagaimana ketika itu AHY dalam acara debat yang disiarkan secara langsung terbata-bata berbicara. Juga ketika dalam Pidato Politiknya di akhir Rakernas Demokrat kemarin (11/3). Terlihat sekali AHY masih belum terbiasa berpidato menggunakan teleprompter (alat bantu yang biasa digunakan oleh pembaca berita di televisi) yang dipasang pada kiri dan kanan podium. Termasuk ketika dia menunggu hadirin memberikan tepuk tangan. Isi pidatonya juga biasa-biasa saja. 

Tanpa mengecilkan niat SBY untuk mengusung anaknya menjadi Caon Presiden, AHY masih butuh waktu untuk dijadikan sebagai Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden sekalipun. Pengalaman berpolitiknya masih sangat pendek. Padahal untuk menjadi seorang Capres atau Cawapres sekalipun dibutuhkan pengalaman berpolitik yang panjang. Disertai dengan keahlian dalam melakukan lobi-lobi. Itu semua (maaf) belum terlihat pada sosok AHY.

Baca juga AHY: Demokrat Harus Memenangkan Hati dan Pikiran Pemilih Muda

Sementara itu, juga tidak mungkin jika Poros Tengah mengajukan Cak Imin, cawapres zaman now, sebagai Capres atau Zulkifli Hasan sekalipun. Mengingat diberbagai survei akhir-akhir ini mereka belum ada dalam radar pemilih. Tanpa mengecilkan keduanya, terlalu besar pula resiko yang diambil oleh Poros Tengah untuk mengajukanya sebagai Capres. Langkah satu-satunya yang layak bagi Demokrat adalah bergabung dengan salah satu poros untuk mematangkan pengalaman AHY dalam berpolitik. Poros yang memungkinkan adalah bergabung dengan Jokowi. Sinyal itu sudah terlihat pada Rakernas Demokrat Sabtu (10/3) minggu lalu.  

Pujian SBY kepada Jokowi serta ucapan terima kasih AHY kepada pemerintahan Jokowi pada sambutan keduanya menunjukkan hal itu. SBY dan Demokrat jangan tergoda lagi oleh rayuan dari partai politik lain untuk membentuk Poros Tengah hanya untuk sekedar gagah-gagahan. Seperti halnya yang terjadi pada Pilkada DKI tahun lalu. Jangan sampai tak jelas arah koalisi Demokrat, karena waktu sudah semakin singkat, dan ternyata kejutan yang dijanjikan itupun tidak ada.(RT)

Leave A Reply

Your email address will not be published.