Berita Nasional Terpercaya

Di Acara Ngopi Bareng, SBY Pernah Dituduh Terlalu Lunak kepada Para Mahasiswa saat Badai Politik 1998

0

Bernas.id ? Angkringan Pendopo Lawas Yogyakarta yang terletak di sisi timur Alun-alun Utara, Minggu malam (8/4) menjadi ramai tak seperti biasanya. Di lokasi kuliner yang terkenal istimewa tersebut, Presiden Keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengadakan acara ?Ngopi Bareng SBY?.

Sekira pukul 19.50 WIB, SBY datang dengan Ibu Ani Yudhoyono. Tampak pula Sekretaris Jenderal Hinca Pandjaitan, Roy Suryo, dan Andi Mallarangeng dan beberapa tokoh Partai Demokrat lainnya. Di Angkringan Pendopo Lawas, SBY dan rombongan terlihat terlebih dahulu menikmati beberapa sajian kuliner khas.

Kepada awak media, SBY pun membagi nostalgia kenangan ketika masih menjadi komandan Korem di Yogyakarta. “Saya mengambil jalan yang berbeda, saya menjalin komunikasi dengan para mahasiswa. Antara lain yang sekarang bersama-sama  saya ada Andi Arief, ada Heri Sebayang, Aam Sapulete, ada para aktivis Jogjakarta pada waktu itu. Mereka siang hari melakukan unjuk rasa, mengkritisi pemerintah. Menginginkan perubahan A,B,C,D,E tetapi malam hari saya ajak dialog dan akhirnya saya tidak bisa mengekang kebebasan mereka untuk berekspresi, menyampaikan pandangan-pandangannya ataupun kritik-kritiknya,” urainya.

Namun, gentleman agreement yang kami buat dulu, lanjut SBY, tidak boleh melebihi kepatutannya melanggar hukum dan kemudian menimbulkan gangguan keamanan. “Alhasil waktu itu Jogja boleh dikatakan tetap dinamis, tetapi tidak ada kekerasan apapun di kota ini. Saya masih ingat, saya kira teman-teman juga ingat pendekatan saya seperti itu dulu dianggap keliru, dianggap terlalu lunak,” paparnya.

SBY pun harus menerima konsekuensi ketika dianggap lunak kepada mahasiswa. ?Saya hampir dicopot dari jabatan saya, tetapi Pangdam saya membela, bahwa ya seharusnya pendekatan politik yang konstruktif seperti itu,? tukasnya.

Namun, SBY bersyukur karena bisa terselamatkan dari terpaan badai politik 1998 kala itu. ?Saya bersyukur bahwa akhirnya bisa selamat dari terpaan politik waktu waktu itu, meskipun saya tidak sampai satu tahun bertugas di sini karena saya mendapat tugas ke bosnia Herzegovina untuk memimpin kontingen pengamat militer PBB dan kontingen milter dari Indonesia yang lain,? jelasnya.

Pendek kata, SBY menyebut dalam menghadapi aksi-aksi mahasiwa, aksi aksi aktivis waktu, ia tegas dalam arti jangan merusak keamanan Yogyakarta, tetapi juga memberi ruang kalau memberikan kritik, komentar, ekspresi itu hak setiap warga negara. ?Tentu waktu itu tidak umum, barangkali saya juga mengambil resiko yang tidak sedikit. Setelah kita memasuki era Reformasi, itu menjadi hal yang wajar,? tukasnya. (Jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.