Berita Nasional Terpercaya

Arkeolog Marsis Sutopo, Kalau Ingin Mengembangkan Pariwisata Dasarnya Budaya

0

Bernas.id – Dalam acara Creative Youth Workshop yang menitikberatkan pada potensi lokal di Universitas Gadjah Mada (UGM), Marsis Sutopo, arkeolog, menyatakan untuk mengembangkan pariwisata harus memahami kebudayaan karena wilayah kreativitas kerja itu dikaitkan dengan budaya. ?Budaya itu sistem gagasan, beraktivitas, kemudian menghasilkan karya. Sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang dijadikan milik manusia dengan cara belajar. Itu budaya,? ucapnya. 

Disebut, Marsis, budaya itu ada tiga tingkatan, misal tingkatan masih dalam ide, gagasan, nilai, dan norma. ?Di masyarakat kita ada nilai-nilai, ada nilai kesopanan, nilai kesopanan, nilai kerjasama. Kan tidak kelihatan, tapi tidak kelihatan. Akan kelihatan bila diwujudkan dalam aktivitas tindakan berpola. Di masyarakat kita ada nilai gotong royong maka setiap hari Minggu ada aktivitas membersihkan jalan, nanti mungkin bisa jadi dari kegiatan gotong royong menghasilkan karya manusia, misalnya tugu kampung,? bebernya.

Kalau belajar soal kebudayaan, Marsis menyebut ada sistem religi/kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem peralatan hidup/teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan kesenian. ?Kemudian, kreativitas nanti itu akan menggunakan dasar apa, apakah ada dasar sistem religi terus bikin sovenir yang dipakai untuk pas datang wisata ziarah,? ujarnya.

Dicontohkan Marsis, misal sistem peralatan hidup/teknologi. ?Kita itu jarang memakai peralatan hidup atau peralatan teknologi tradisional, saya membayangkan misalnya cangkul itu dibuat souvenir. Bajak yang di sawah dibuat souvenir. Sekarang kan entong kayu itu sudah masuk ke ranah souvenir mempelai. Nah itu sebenarnya bisa menjadi sasaran kreativitas pengembagan souvenir,? jelasnya.

Lanjut Marsis, keris itu sudah menjadi warisan dunia, tapi begitu ditetapkan UNESCO mau diapakan. ?Kalau di Jepang, begitu Shinkansen diluncurkan, bahkan penjepit dasi pun dibuat Shinkansen. Yang mulai bisa merasakan itu baru batik sehingga dulu batik yang pernah kolaps, sekarang sudah bermunculan lagi. Kalau dulu pakai batik, pasti pernah ditanya mau jagong di mana,? katanya.

Sistem mata pencaharian, terang Marsis, juga mulai banyak dipakai pariwisata, misalnya menanam padi, kemudian panen padi, bahkan mencangkul. ?Sistem organisasi sosial bisa digabung dengan tradisi, misal ruwahan itu bisa dijual kalau bisa memaketnya. Kita juga bisa memanfaatkan kesenian. Kebudayaan segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, dan karsa dan hasil karya manusia,? tukasnya. (Jat)   

Leave A Reply

Your email address will not be published.