Berita Nasional Terpercaya

Wajah Pasar Beringharjo Kini

0

Bernas.id – Pasar Beringharjo, rutinitas para pedagangnya tak pernah sepi. Dari pintu masuk sisi barat, ramah para pedagang yang menawarkan ragam pakaian batik, tas, atau topi anyaman menyambut para pengunjung.

Benedik Cahyo S, Kepala Bidang Penataan, Pengembangan, dan Pendapatan Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta menyebut bahwa jumlah pengunjung per hari untuk Pasar Beringharjo (low session) mencapai 10.000 orang. ?Untuk long weekend sampai sekitar 17.500 orang dan menjelang Lebaran diperkirakan dua kali lipatnya sampai 35.000 orang,? paparnya ke Bernas.id, Selasa 5 Juni 2018.

Nyatanya, keberadaan Pasar Beringharjo tidak bisa dilepaskan  dari keberadaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sri Sultan Hamengku Buwono I menjadi perintis pasar yang terletak di sebelah utara Benteng Vredenburg ini.

Awalnya, Sri Sultan HB I hanya ingin membangun sarana perdagangan saja dengan deretan lapak-lapak. Namun, seiring waktu, wilayah pasar itu dijadikan tempat transaksi jual beli oleh rakyat Yogyakarta dan sekitarnya.

Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda pun mulai mengembangkan pemukiman orang Belanda beserta fasilitas publik lainnya di sekitar kawasan pasar tersebut. Menangkap peluang situasi tersebut, HB I bertekad mengembangkan pasar yang masih sederhana itu.

Tanggal 24 Maret 1925, Sultan HB I akhirnya memberikan proyek pembangunan los-los pasar kepada Perusahaan Beton Hindia Belanda (Nederlandsch Indisch Beton Maatschappij). Akhir Agustus 1925, 11 kios selesai dibangun, kemudian kios yang lainnya menyusul. Akhir Maret 1926, pembangunan pasar bergaya arsitektur Art Deco rampung. Kini, Pasar Beringharjo memiliki luas tanah 25.600 m2 dengan luas bangunan lebih kurang 65.000 m2.

?Pasar Beringharjo sudah sejak lama ada sebagai pusat perekonomian. Empat kesatuan yang harus ada di sebuah Kesultanan, yaitu kraton, alun alun, pasar, dan masjid gedhe. Itu berdasar sejarah,? tutur Benedik.

Seiring waktu dengan banyaknya pembangunan, Pasar Beringharjo pun memiliki banyak perubahan di dalamnya. Benedik menyebut Pasar Beringharjo mulai 11 April 2018 lalu telah melayani pembeli sampai dengan malam hari pukul 21.00 WIB. Selain itu, di selatan Pasar Beringharjo, kini telah tersedia fasilitas drop zone dengan fasilitas ATM centre.

?Drop zone area untuk menurunkan dan menaikkan pengunjung pasar dengan nyaman dan teduh di pintu utama sisi Selatan. Tersedia kursi-kursi tunggu di tempat yang teduh,? jelas Benedik.

Mengikuti perkembangan era digital saat ini, sebut Benedik, di Pasar Beringharjo telah tersedia layanan digital untuk pedagangnya, berupa layanan E-Retribusi, yaitu pembayaran retribusi pelayanan pasar dalam hal ini retribusi kios dan los melalui mesin yang bekerja sama dengan BPD DIY. ?Mendukung program gerakan non tunai sejak tanggal 15 Mei 2018,? imbuhnya.

Dari sisi keamanan pasar, Benedik menyebut adanya alat atau sistem terkini yang telah dipasang di titik-titik strategis Pasar Beringharjo. ?Pasar Beringharjo sudah dilengkapi dengan CCTV dengan kamera yang tersebar pada titik-titik strategis dan dipantau selama 24 jam melalui dua ruang pemantau CCTV,? jelasnya.

Jelang Lebaran 2018, selain drop zone dan jam buka sampai malam, Benedik menyebut bahwa dari sisi sarana dan prasarana ada upaya-upaya perbaikan fasilitas pasar. ?Dari sisi keamanan dan kebersihan lebih digiatkan tenaga kamtib dan kebersihan pasar,? terangnya.

Ketika disinggung Pasar Beringharjo objek wisata belanja kedua setelah Malioboro, Benedik menyatakan ketidaksepakatannya karena ada sudah sejak lama ada sebagai pusat perekonomian. ?Pasar Beringharjo objek wisata belanja pertama bukan kedua,? jawab tegasnya.

Kalau ada yang menyebut Pasar Beringharjo sebagai objek wisata batik, Benedik juga kurang setuju. ?Pasar Beringharjo tidak hanya menjual komoditas batik saja. Pasar Beringharjo adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman dulu dengan berbagai macam komoditas barang yang dijual. Memang untuk Beringharjo bagian barat sebagai pintu masuk utama didominasi batik sehingga mungkin sebagian orang menganggap dan menyebut sebagai objek wisata batik karena memang batik di Pasar Beringharjo dijual dengan harga grosir yang berkualitas bagus dengan berbagai pilihan corak model ataupun warnanya,? bebernya.

Disampaikan Benedik, selain batik, sebenarnya masih banyak komoditas unggulan lain dari Pasar Beringharjo, misalnya kerajinan di Lantai 3 sisi timur, Beringharjo tengah, dan bahan pokok di Lantai 1 sisi timur. ?Tas rajut di Lantai 2 dan 3 bagian tengah. Kerajinan rotan di sisi timur Lantai 3,? imbuhnya.

Pak Yohanes, penjual berbagai ragam pakaian yang semenjak umur 20 tahun sudah berdagang menilai bahwa  Pasar Berigharjo saat ini semakin baik. ?Keamanannya, kebersihannya, dan tata tertibnya, misal retribusi semua berjalan dengan bagus,? katanya.

Menurut Yohanes, Pasar Beringharjo disebut sebagai objek wisata belanja kedua setelah Malioboro, bagus-bagus saja. ?Soale kadang-kadang ada orang yang mungkin waktunya belanja untuk pagi dan siang nggak ada, sorenya masih bisa (kePasar Beringahrjo-red) karena ada yang masih buka,? ujarnya.

Selain itu, Pasar Beringharjo, lanjut Yohanes, mampu menggiatkan pariwisata Jogja. ?Mau belanja itu bagus, baik, komplit. Jadi, tidak mengecewakan pengunjung. Kalau menjelang Lebaran, biasanya pakaian, tapi mungkin barengan sama sekolah jadi agak sepi sekarang ini. Kalau dulu sebelum lebaran, ada stok omset lebaran. Sekarang tidak berani, sekarang pasarnya sepi,? tuturnya.

Sementara itu, Ibu Upik, sebagai padagang kaos dan baju yang sudah 12 tahun berjualan menyebut Pasar Beringharjo berbeda kayak yang biasanya karena agak redup. ?Belum kelihatan karena biasanya kalau akan Lebaran, sudah ramai padat apalagi sudah masuk mendekati. Kalau tahun sekarang ini, kurang.  Faktor ekonomi  yang pertama, saya rasa. Kedua, barengan orang Lebaran sama anak-anak masuk  sekolah,? bebernya.

Terkait pelayanan dari kantor Pasar Beringharjonya, Ibu Upik menjawab bagus. ?Untuk customer-customer bagus, misal kalau ada barang orang tertinggal, nanti diantarkan ke kantor lalu diumumkan beberapa kali untuk ambil di situ,? katanya.

Pasar Beringharjo disebut sebagai objek wisata belanja kedua setelah Malioboro, Ibu Upik memiliki pernyataan yang berbeda. ?Kalau pendapat saya, untuk orang grosir kan harus ke Pasar Beringharjo, kalau ke Malioboro isitlahnya ke kaki limanya. Ciri khasnya Jogja kalau nggak masuk ke Malioboro nggak masuk ke Jogja. Kaki lima yang rada tertib mungkin Jogja. Untuk belanja sampai malam, mungkin Malioboro,? jawabnya.

Sedangkan, Saryono, asal Sukoharjo yang sudah berjualan sejak tahun 1992 menyebut Pasar Beringharjo, khususnya di bulan puasa dan menjelang Lebaran ini terasa masih biasa-biasa saja. ?Biasa-biasa saja kalau menjelang hari Lebaran, awal puasa sampai pertengahan puasa masih sepi,? tukasnya.

Untuk pelayanan dari pihak kantor Pasar Beringharjo, Saryono menyebut bagus. ? Tidak ada masalah, bagus-bagus saja,? jawabnya pendek.

Ketika dimintai komentar Pasar Beringharjo sebagai objek wisata belanja kedua setelah Malioboro, Saryono menjawab kurang setuju. ?Saya kurang setuju. Kalau pusat belanja pertama itu ya Beringharjo, Malioboro malahan yang kedua. Kalau di pasar segala bentuk jenis dagangan ada. Kalau di Malioboro kebanyakan kerajinan,? jelasnya.

Melisa, salah seorang pengunjung dari Kota Solo menyebut bahwa harga-harga di Pasar Beringharjo terkenal murah  ?Ya soalnya dengar-dengar murah. Kadang untuk barang-barang tertentu memang lebih murah,? ucapnya.

Disebut Melisa, Pasar Beringharjo boleh juga dikatakan wisata batik karena hampir semua barang dagangannya batik. ?Soalnya mencari model pakaian polosan jarang di sini,? ucapnya.

Ketika ditanya Pasar Beringharjo sebagai objek wisata belanja kedua setelah Malioboro, Melisa menjawab sepakat. ?Setuju saja, memang bener. Soalnya kalau ke Jogja biasanya kalau nggak ke Malioboro, ya ke Beringharjo tujuan utamanya,? jawabnya.

Sementara itu, Ani pengunjung dari Bantul menyebut barang dagangan Pasar Beringharjo itu murah dan lengkap. ?Modelnya banyak dan macam-macam. Di dalam (Pasar Beringahrjo-red) lumayan bagus, jadi nggak usah ke mana-mana lagi, sudah ada semua di situ,? katanya.

Saat ditanyai pasar Beringharjo sebagai objek wisata belanja kedua setelah Malioboro, Ibu Ani menolak anggapan tersebut karena Pasar Beringharjo justru yang pertama. ?Pasar Beringharjo yang nomor satu karena lebih murah, sana (Malioboro-red) lebih mahal,? pungkasnya. (Jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.