Berita Nasional Terpercaya

Situasi Tegang, Ledakan Bom, dan Baku Tembak Begitu Kuat di Film 22 Menit

0

Bernas.id ? Situasi tegang ketika terjadi aksi penyerangan teroris menjadi hal utama yang coba diangkat Film 22 Menit. Ledakan bom, baku tembak, dan situasi kacau menjadi hal yang dirasakan ketika menonton film aksi garapan Eugene Panji dan Myrna Paramita dari Buttonijo Films dan Bank Rakyat Indonesia.

Di sisi lain, film ini mengangkat keberanian warga ibukota dari ledakan bom yang dikenal sebagai Bom Thamrin dengan disertai aksi penembakan. Namun, berkat kesigapan dari pasukan anti terorisme dan juga bantuan dari seorang polisi lalu lintas bernama Ade Firman Hakim, pelaku serangan bom bis diamankan dalam waktu 22 menit.

Aryo Bayu melalui tokoh AKBP Ardi yang diperankannya, mengaku sangat bisa merasakan bagaimana menjadi pasukan antiteror. ?Saya bisa merasakannya hanya lewat imajinasi dan karakter yang saya bangun dari Ardi. Dulu saya pernah menjadi karakter Densus juga, ada film Hollywood yang syuting ke sini, judulnya Java Heat, tapi itu berbeda dengan ini. Ini kita kan lebih realis dari ceritanya. Jadi Ardi pun harus menguasai, entah itu persenjataan, ilmu kepolisian, atribut kepolisian, nilai-nilai kepolisian. Ini lebih polisi Indonesia istilahnya,? katanya dalam jumpa pers, Ambarrukmo Plaza, Sabtu 21 Juli 2018.

Namun, Aryo pun sempat mengaku kebingungan ketika ditanyai rasanya menjadi polisi dari tokoh AKBP Ardi. ?Apa rasanya untuk menjadi polisi, ya sulit juga, karena otomatis, Ardi itu seorang manusia, seorang manusia itu pasti punya kekurangan dan punya kelebihan, dia punya, entah itu punya problem-problem seperti orang-orang lain pada umumnya. Jadi, menariknya adalah saya bisa mengekplorasi sisi kemanusiaan dari Ardi, walaupun dia seorang polisi yang memegang senjata, yang gagah menetralkan teroris dengan gampang. Ada dua hal itu yang membuat Ardi itu menarik bagi saya,? bebernya.

Sementara itu, Taskya Namya yang memerankan Shinta menceritakan tentang pertemuannya dengan korban-korban yang sebenarnya dari Bom Thamrin. ?Waktu itu, kita pas lagi acara halal bi halal dengan kepolisian sebelum kita mulai (syuting-red), kita waktu itu ketemu sama beberapa korbannya, ada yang ketembak di bagian perutnya. Buat orang yang ada di situ, traumanya besar. Ini bikin kita lebih waspada karena mereka itu tidak memandang bulu, teroris-teroris itu.  Daripada menebar kebencian, menebar bom, mendingan hastag #kamitidaktakut. Nunjukkin kalau kita tidak takut akan adanya teroris,? ucapnya.

?Pertama kali aku ditawari casting, pas baca ceritanya, arah inspirasinya dari kisah nyata, aku nggak pakai mikir, aku terima,? imbuh Taskya.

Sedangkan, Lukman Hendartono, Regional Vice President BRI untuk Yogyakarta menjelaskan alasan BRI menjadi sponsor utamanya. ?Apa yang mendorong BRI ikut terlibat dalam film ini, pertama, cerita ini dari cerita asli ya, jadi kejujuran dari cerita asli itu ada. Jadi ini benar-benar cerita asli yang betul-betul terjadi dan ini menggambarkan suatu kejujuran yang dialami oleh mereka. Itu ada teman-teman OB yang itu memang menjadi korban dari terorisme,? ujarnya.

Dikatakan Lukman, teknologi yang digunakan dalam film 22 Menit sangat tinggi. ?Teknologi yang digunakan ini, menurut saya sangat tinggi sekali. Yang lain adalah dengan adanya terorisme ini sangat melukai kita semua. Atas dasar ketiga hal itu, BRI merasa bangga bisa ikut gabung di film ini. Mudah-mudahan dengan film ini, terorisme yang ada di Indonesia, bisa kita tumpas,? ucapnya.

Diketahui, beberapa artis juga ikut dalam film 22 Menit ini. Beberapa di antaranya, OB yang bernama Anas diperankan Ence Bagus, dua karyawati bernama Dessy dam Mitha diperankan oleh Ardina Rasti dan Hana Malasan. (Jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.