Berita Nasional Terpercaya

Penderita Diabetes Bisa Mengatur Sendiri Menu Makanan

0

Bernas.id – Kemajuan teknologi informasi memudahkan siapa pun, termasuk orang yang sedang sakit sekalipun, bisa mengatur sendiri menu makanan melalui aplikasi sitem mobile web. Dengan mengatur menu makanan sendiri sesuai rekomendasi dokter yang merawat, seorang pasien bisa mengatur pola atau menu makanan, untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan penyakit demi kesembuhannya.

“Kami mencoba menawarkan suatu sistem berbasis mobile web yang memberikan rekomendasi pilihan menu makanan sesuai dengan jumlah asupan kalori per waktu makan. Aplikasi ini lebih ditargetkan untuk pasien rawat jalan penderita diabetes mellitus tipe 2 yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Diharapkan dengan penerapan sistem ini, asupan makanan yang dikonsumsi pasien dapat lebih terkontrol. Penerapan sistem juga ditujukan untuk mencegah hiperglikemia (kadar gula darah berlebih) dan hipoglikemia (kadar gula darah rendah) akibat pola makan yang tidak baik,” kata Latri Wulansuci, Mahasiswa Magister Teknik Informatika Konsentrasi Informatika Medis, FTI UII, Kamis (9/8/2018).

Menurut Latri Wulansuci, pola makan menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi kondisi penderita diabetes. Konsumsi kalori harian bagi penderita diabetes harus sangat diperhatikan untuk mencegah terjadinya penumpukan lemak akibat kelebihan asupan kalori dalam tubuh. Penumpukan lemak dalam tubuh dapat menyebabkan obesitas, yang mana pada penderita diabetes dapat berujung pada kompilasi berbagai macam penyakit.

“Kurangnya pengetahuan dan edukasi menyebabkan pengaturan pola makan pada pasien penderita diabetes mellitus, terutama pasien rawat jalan, menjadi lebih sulit dilakukan. Dengan kondisi tersebut, kami mencoba menawarkan suatu sistem berbasis mobile web yang memberikan rekomendasi pilihan menu makanan sesuai dengan jumlah asupan kalori per waktu makan,” kata Latri Wulansuci.

Menurut Latri, sistem ini ditargetkan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan penderita diabetes mellitus tipe 2 atau pendamping yang memiliki akses untuk menggunakan sistem. Sangat disarankan bahwa penggunaan sistem dilakukan oleh pasien sendiri. Dengan begitu, data yang diinputkan akan lebih akurat dan pasien mendapatkan pengetahuan secara langsung oleh sistem serta mencegah kesalahan komunikasi yang mungkin terjadi antara pasien dan pendamping.

Penerapan sistem ini, menurut Latri, dilakukan selama informasi yang disediakan memenuhi standar pengetahuan terbaru mengenai menu untuk pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan obesitas. Sangat memungkinkan bahwa di masa mendatang akan dilakukan update baik mengenai fitur dan informasi yang disediakan oleh sistem. “Disarankan agar pasien menggunakan sistem sampai mencapai berat badan ideal,” kata Latri.

Izzati Muhimmah Ph.D, Dosen Magister Teknik Informatika, yang mendampingi sekaligus pembimbing Latri Wulansuci, mengatakan, penerapan sistem dilakukan di Indonesia dengan pengetahuan mengenai menu makanan yang didapatkan dari berbagai sumber lokal dan internasional. “Sistem ini sudah diujikan di Instalasi Gizi, RSU Islam Harapan Anda, Tegal dan beberapa masukan dari nutritionist sedang dilengkapi untuk kesiapan penerapannya,” kata Izzati.

Menurut Izzati, sistem yang dibuat adalah aplikasi berbasis mobile, sehingga dalam penerapannya dilakukan melalui web browser dari perangkat yang tersambung dengan internet. Cara penggunaan sistem dilakukan melalui langkah-langkah berikut, yakni pasien membuka aplikasi melalui web browser, melakukan login, memasukkan berat badan dan tinggi badan terakhir untuk dianalisis oleh sistem, lalu sistem menghitung asupan kalori harian dan jumlah kalori per waktu makan berdasarkan berat badan dan tinggi badan pasien, kemudian pasien memberikan perintah kepada sistem untuk menampilkan rekomendasi menu makanan per waktu makan dengan menggunakan fitur Diary dan sistem menampilkan rekomendasi menu makanan sesuai dengan asupan kalori pasien.

Izzati mengatakan, aplikasi ini dibuat untuk membantu penderita diabetes yang jumlahnya semakin meningkat. Bahkan diabetes mellitus masih berada dalam peringkat sepuluh besar penyakit yang banyak terjadi di Indonesia. Data International Diabetes Federation (IDF) mencatat bahwa pada tahun 2017, penderita diabetes di Indonesia berjumlah lebih dari 10 juta orang dan diprediksi akan terus meningkat dan mencapai angka 16 juta orang pada tahun 2045.”Angka ini membuat Indonesia masuk dalam salah satu negara dengan jumlah penderita diabetes yang tergolong tinggi,” kata Izzati. (lip)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.