Berita Nasional Terpercaya

Sejarah BCA dari Bank Menengah Hingga Memiliki Nasabah Terbesar

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Armand W Hartono, Deputi Presiden Direktur BCA mengatakan bahwa Bank BCA memang memiliki nilai saham terbesar saat ini secara nilai pasar, tapi nilai pasar itu naik turun.

Ia pun menceritakan sekitar tahun 80-an terjadi krisis ekonomi di Indonesia sehingga BCA harus berubah dari bank biasa, yaitu mengubah strategi dengan menyakan ke customer apa yang dibutuhkan.

Baca juga: Apa Itu Jurusan Sistem Informasi? Inilah Mata Kuliah dan Prospek Kerjanya

“Saat itu kirim uang bisa sampai 2 hari sampai 4 hari dengan biaya 1000. Dulu kirim uang pakai telegram. Ketika ditanyakan ke nasabah, maunya tranfers uang gratis,” katanya dalam kuliah umum Executive Lecture Series, Kepemimpinan dan Inovasi di Era Disrupsi yang diadakan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, serta Magister dan Doktor Studi Kebijakan, UGM, UC Hotel, Selasa 18 Desember 2018.

Akhirnya, lanjut Armand, saat itu Bank BCA memutuskan  untuk membeli satelit dan program dari Amerika sehingga nasabah bisa transfer realtime dan gratis. “Waktu itu, sebagai bank menengah, BCA dianggap bodoh oleh kompetitor karena tidak memungut biaya dari transfer,” ujarnya.

Dampak dari transfer gratis itu, Armand menceritakan banyak orang yang membuka akun rekening BCA. “Ternyata, semua membuka rekening BCA terutama pedagang. Tapi, antrian panjang, transaksi cepat,” katanya.

Sekitar tahun 90-an untuk meminimalisir antrian panjang, BCA membuka cabang banyak sekali. “Setiap bulan 100 cabang dan BCA merekrut 10.000 orang,” ujarnya.

Baca juga: 5 Universitas Jurusan Sistem Informasi Terbaik di Indonesia

Pada tahun 1995-1996, sebut Armand, BCA mampu mendapatkan sampai 5 juta rekening. Ketika itu menambah ATM Cash tapi malah ada penolakan dari dalam karena pekerja dan karyawan sudah susah-susah diajari perbankan malah memakai ATM. “Bank itu kan terima uang bukan keluar uang,” ucapnya.

Untuk itu, menurut Armand, pemimpin itu harus memutuskan hal-hal yang tidak populer. “Kalau ingin berinovasi harus ada keyakinan. Kalau BCA, Tan ke costumer, maunya minta apa. Ide inovasi itu, datangnya dari nasabah,” terangnya.

Armand pun menegaskan pemimpin itu harus gigih. Supaya gigih, harus mencoba karena kalau bekerja mencari nasabah di bank, hari ini bisa dapat, besok tidak dapat.

“Hasil itu penting, tapi produk utama BCA manusia dan tim. Bukan profit dan profit. Kalau nasabah senang akan apresiasi. Selain itu, nasabah hanya mau transaksi dengan rasa percaya dan aman,” tukasnya.

Sedangkan, Rektor UGM, Panut Mulyono mengapresiasi kuliah umum tersebut karena akan membagikan terkait praktek-praktek yang sudah diterapkan di BCA.

“Membawa problem-problem di dunia industri untuk dibagikan. Memberi pengalaman terhadap praktek-praktek nyata di lapangan yang membawa kemajuan bagi perusahaan,” ucapnya.

Rektor Panut pun meyakini kuliah umum yang menghadirkan pelaku usaha ini bisa memberikan pandangan dan wawasan dalam memajukan perusahaan. “Kita bisa belajar dari Pak Armand,” katanya. (jat)

Baca juga: 13 Universitas Jurusan Akuntansi Terbaik Indonesia dan Luar Negeri

Leave A Reply

Your email address will not be published.