Berita Nasional Terpercaya

Pola Kampanye Pemilu 2019 Masih Politik Uang dan SARA

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Dalam sebuah diskusi media dan konferensi pers, HICON Law and Policy Strategic memaparkan hasil riset dan mapping bertajuk “Memprediksi Golput dari Visi dan Misi Capres dan Cawapres pada Pemilu 2019”, di salah satu cafe di daerah Depok Sleman, Yogyakarta, 18 Desember 2018.

Dari hasil riset dan mapping, Direktur HICON Law dan Policy Strategic, Hifdzil Alim mengatakan kampanye yang dilakukan dua kandidat justru memicu potensi golput berdasarkan kajian.

“Begitu juga dengan penggunaan politik uang. Dari Jokowi dan Sandiaga Uno dari sisi finansial luar biasa apalagi mereka pengusaha. Sandi berhasil mengkloning metode kampanye jokowi. Dengan kunjungan ke pasar ke pesantren terlepas dari skandal yang tertinggi,” katanya dalam diskusi media dan konferensi pers tersebut.

Sedangkan, Allan FG Wardhana, Kepala Departemen Hukum HICON Law and Policy Strategic mengatakan dari hasil mapping, ada dua isu politik, yaitu uang kampanye hitam dan SARA. “Bawaslu dan KPU sangat kerepotan mengatasi hal itu. Ini dua isu yang sentral dan tidak pernah selesai. Instrumen hukumnya juga lemah,” katanya.

Allan juga menyebut masyarakat sendiri sudah permisif dengan praktek politik uang. “Masyarakat juga pragmatis. Sanksi hanya menyasar pada pemberi, sedangkan penerima tidak dalam UU Pemilu 2017. “Ini kemunduran
Dibandingkan UU Pilkada dalam pasal 187, ayat 1 dan 2. Regulasi itu turut menyumbang masalah politik uang.

“Solusinya, perlawanan terbuka. Yang sebelumnya pilih uangnya, jangan pilih calonnya. Sekarang jangan pilih calon, jangan terima uang dan laporkan,”imbuhnya.

Terkait Bawaslu yang selalu mengatakan Pemilu rumit dan personil kurang, Allan mengatakan solusinya bisa meningkatkan partisipasi masyarakat terutama mahasiswa. “Bawaslu sudah melakukan mahasiswa partisipatif,” ujarnya.

Sementara itu, Puguh Windrawan, Kepala Departemen Politik memaparkan bahwa ada 3 kelompok golput ideologis.

“Pertama, kelompok pro Ahok yang kecewa terhadap Ma'ruf Amin. Kedua, penggiat HAM yang kecewa terhadap Jokowi dan tidak mungkin memilih Produk dan ketiga, penggiat gender yang melihat bahwa visi misi kedua paslon belum terlalu memihak kesejahteraan perempuan,” paparnya.

Sampai Desember 2018, dari penelitian yang dilakukan, Puguh menyebut tidak adanya perubahan pola kampanye sehingga golput makin meningkat.

“Kita akan memprediksi di bulan Januari sampai April, pemilu akan dinamis. Pasangan calon 1 dan 2 akan cenderung agresif,” katanya.

Puguh mengatakan konsentrasi massa akan digunakan untuk kampanye Pemilu 2019 karena terbukti menaikkan elektabilitas pasangan calon no 2 sehingga akan rentan konflik di akar rumput. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.