Berita Nasional Terpercaya

Kawal Pemilu, Wartawan Harus Menaati Jurnalisme Lurus

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Dewan Pers bekerjasama dengan Kominfo RI menggelar diskusi panel bertema “Masyarakat Pers Mengawal Pemilu yang Demokratis dan Bermartabat”. Kegiatan ini diikuti 200 peserta dari kalangan wartawan, blogger, dan pers mahasiswa.

Sihono HT, Ketua Dewan Pers DIY mengatakan wartawan tidak hanya bermanfaat bagi pers, tapi bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. “Saya perlu mengingatkan teman-teman untuk menaati jurnalisme jalan lurus. Artinya, karyanya yang memang diinginkan oleh rakyat, karyanya dimaui masyarakat atau diinginkan publik,” katanya di salah satu hotel di kawasan Ngaglik, 21 Februari 2019.

Ia pun mengingatkan agar wartawan tidak membuat berita yang hanya dimaui pemilik media dan politikus. “Jangan membuat karya yang dimaui pemilik media, politikus, dan wartawan sendiri,” ujarnya.

“Buatlah berita untuk kepentingan rakyat dan masyarakat, meski tidak dipungkiri adanya trikan kepentingan yang sangat besar sekali antara bisnis dan politik. Kita tidak kuat memegang idealisme itu,” imbuhnya.

Sedangkan, Siti Meiningsih, Direktur Pengelolaan Media Kominfo RI mengatakan pemilu tanggal 17 April nanti sangat  istimewa karena pemilu serentak.

“Pemilu merupakan sebuah sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi,” ujarnya.

Namun, Mei, panggilan akrabnya, menyebut salah satu problematika yang dihadapi saat ini, yaitu tingkat partisipasi. “Ramai di media sosial, terdapat percakapan golput sebanyak 77.500 percakapan per 30 Januari 2019. Ada kecenderungan untuk golput,” katanya.

Menurut Mei, ajakan golput bisa berpotensi terhadap pemilih muda yang cukup besar dan sangat potensial di Pemilu 2019. Untuk itu, pihaknnya telah bekerjasama dengan stakeholder seperti media, rakyat, dan akademisi untuk mengawal pemilu.

“Saya ingin menyampaikan data berdasarkan sumber yang valid dari survei APJI (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet) menyebut sejumlah 143,26 juta orang menggunakan internet atau 54, 68 persen dari 260 lebih juta penduduk Indonesia dengan komposisi usia produktif antara 19 sampai 35 tahun,” bebernya.

Mei pun juga menyebut bahwa pengguna mobile lebih banyak dari penduduk Indonesia dengan perbandingan satu orang memiliki dua atau tiga gajet. “Perkembangan teknologi sebuah keniscayaan, salah satu problematika yaitu hoaks, penipuan, pornografi, radikalisme, bullying, prostitusi, SARA, dan ujaran kebencian yang berwujud dalam tulisan, gambar, dan video,” tuturnya.

“Media sosial, aplikasi, dan situs menjadi saluran tertinggi penyaluran hoaks. Dikhawatirkan akan memanipulasi alam pikiran dan menimbulkan pikiran negatif,” imbuhnya.

Untuk itu, Mei menegaskan pihak Kominfo RI akan lebih mengedepankan edukasi dan mengajak penggunaan media sosial dengan hal-hal yang sifatnya lebih produktif dan bijak. “Tidak menyebarkan informasi negatif,” ucapnya.

“Kita punya satu dari Kominfo RI, yaitu tools untuk take down berita-berita hoaks dan 3 E plus N, yakni Enlightmen, Education, Empowering, dan Nation,” tandasnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.