Berita Nasional Terpercaya

75 Manuskrip Keraton Yogyakarta Versi Digital Pulang dari Inggris Setelah 207 Tahun

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Dalam peringatan 30 Tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X bertakhta pada tanggal 7 Maret 2019, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar simposium Internasional bertema ?Budaya Jawa dan Naskah Keraton Yogyakarta”.

Dalam catatan sejarah, Keraton Yogyakarta kehilangan banyak naskah manuskrip yang berisi berbagai ajaran leluhur sejak peristiwa Geger Sepehi tahun 1812. Berbagai naskah yang telah 207 tahun berada di Inggris, tahun 2019 ini akan diserahkan kepada keraton dalam bentuk digital dengan jumlah 75 manuskrip.

Penanggungjawab dan Ketua Panitia Simposium Internasional, GKR Hayu mengatakan simposium ini untuk menyampaikan bahwa, Jogja itu kehilangan apa sih waktu Geger Sepehi?

“Jogja waktu itu pernah dijarah Inggris sehingga naskah-naskah era Hamengku Buwono II tersebar. Ada di Inggris dan Belanda. Utamanya, menggali naskah Keraton Jogja apa sih yang ada di Inggris,” katanya ketika konferensi pers di ruang Sri Manganti, Royal Ambarrukmo, Selasa 5 Maret 2019.

GKR Hayu menyebut nanti 
75 naskah akan dikembalikan dalam bentuk digital ketika hari puncak kegiatan peringatan 30 Tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X bertakhta setelah negosiasi hampir 5 tahun dengan Pemerintah Inggris. “Naskah manuskrip kraton ada di British Library, Raflles Foundation, dan menjadi milik individual. Belum lagi ada kapal penjarah yang karam,” ujarnya.

“Kita berharap semua naskah bisa pulang, tapi apakah nanti mampu merawatnya. Untuk itu, dengan versi digitalnya, kita bisa memanfaatkan dengan simposium dan bedah naskah,” imbuhnya.

GKR Hayu mengatakan simposium  internasional ini ingin datang kaum muda-muda sehingga bisa dilihat seberapa besar ketertarikan terhadap budaya Jawa. “Untuk tahun pertama itu, ini baru permulaan. Nanti akan ada tindak lanjut lagi melalui kerjasama dengan UNY dan UIN Suka,” katanya.

Sedangkan, Sri Sultan Hamengku Buwono X menceritakan pengembalian naskah manuskrip Keraton Yogyakarta ini terjadi setelah ada kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Inggris melalui konsul pendidikan dan kebudayaan.

“Setelah melakukan perjanjian kerjasama dalam bidang kebudayaan, saya tanya bisa tidak mendapatkan naskah Keraton Yogyakarta, baik itu fotokopi atau digital,” imbuhnya.

Dari kesepakatan kerjasama budaya itu, Sultan segera menindaklanjutinya di British Library dengan alasan menindaklanjuti kerjasama pemerintah Indonesia dengan Inggris di bidang kebudayaan. “Proses 5 tahun sendiri, dalam perjanjian internasional, Inggris belum mau tanda tangan untuk pengembalian naskah asli,” ujarnya.

Meski digital, Sultan mengatakan pengembalian 75 naskah digital ini menjadi tahap awal yang baik supaya menambah referensi sehingga nantinya akan bisa ditulis lagi dalam buku baru.

Sementara itu, Rektor UNY, Dr Sutrisna Wibawa mengatakan pihaknya akan mengkaji manuskrip yang ada di Keraton. “Kita sedang menyiapkan pendidikan karakter dari kearifan-kearifan lokal yang ada Yogyakarta, pusatnya di Keraton. Berpijak dari ilmu filologi, lalu kita alih aksara untuk kita ambil nilai-nilai karakter dari manuskrip,” katanya.

“Naskah itu nantinya akan bisa dikaji dari berbagai bidang. Harapan kami begitu” imbuhnya.

Naskah yang dikembalikan dalam versi digital antara lain manuskrip babad, seni tari, gending gamelan, serat Joyo Lengkoro Wulan, pakedutan, palintangan, primbon, dan Babad Ngayogyakarta.

Kegiatan simposium internasional akan dilaksanakan pada tanggal 5 dan 6 Maret di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo. Simposium ini dianggap penting untuk diperingati dengan kegiatan akademik agar pengetahun Jawa yang telah lama hilang bangkit kembali.

Selama 2 hari, diskusi akan dikemas dalam empat topik, yaitu sejarah, sastra, seni, sosial dan budaya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.