Berita Nasional Terpercaya

Perlu Deteksi Dini, Angka Autisme Meningkat Secara Global

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 4 juta orang menderita austisme. Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan adanya gangguan dan kesulitan kepada penderita untuk berinteraksi sosial, kesulitan berkomunikasi verbal dan nonverbal, gangguan perilaku minat, dan adanya aktifitas yang terbatas dan berulang. 

Saat ini, angka kejadian autisme terus meningkat secara global. Berdasarkan, laporan dari Center for Disease Control and Prevention menyebut prevalensi kejadian penderita autis meningkat dari 1 per 150 populasi pada tahun 2000, menjadi 1 per 59 pada tahun 2014.

Pakar kesehatan anak dari Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat (FKKMK) dr Mei Neni Sitaresmi PhD, SpA(K) mengatakan penyebab autisme itu multifaktor karena merupakan kombinasi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. ?Yang jelas ada faktor genetik memberikan kontribusi penyebab dari autis, misalnya hamil di usia tua, waktu hamil terinfeksi rubella, hamil usia masih muda, terkena toksin, dan sebagainya,? kata  Sitaresmi kepada wartawan di sela kegiatan seminar Autisme Spectrum Disorder, di Gedung Seminar Sekolah Pasca Sarjana UGM, Kamis 8 Agustus 2019.

Di Indonesia, menurut dr Sitaremi, para orang tua terlambat dalam menangani anaknya yang terkena autisme, padahal sebelum umur anak sampai dua tahun sudah harus diperiksa ke petugas kesehatan dan psikolog. “Gejala yang terlihat pada anak, seperti gangguan interaksi sosial seperti anak cenderung diam dan sering main sendiri, gangguan terlambat bicara, dan gangguan perilaku, serta minatnya terbatas pada aktivitas tertentu,” jelasnya.

Bila sudah terdeteksi sejak awal anak sudah didiagnosa terkena autis, sebut dr Sitaresmi, akan bisa dilakukan tata laksana dan prosedur penanganan kesehatan yang lebih baik dengan melibatkan dokter, psikolog, pendidik, keluarga serta lingkungan. Sebab penderita autis umumnya sering mengalami gangguan keterbatasan kemampuan intelektual sebesar 45-60%, mengalami kejang, gangguan pencernaan, gangguan tidur dan gangguan sensorik serta gangguan pemusatan perhatian dan perilaku.

Sedangkan, pakar autis dari Lembaga Autism Initiative at Mercychurst (AIM), Universitas Mercychurst, Amerika Serikat, Prof Bradly McGarry mengatakan autis itu bukan penyakit sehingga tidak perlu disembuhkan, tapi yang perlu dilakukan adalah mengubah cara pandang masyarakat terhadap penderita autis. ?Prinsipinya bukan untuk disembuhkan, mereka memiliki kemampuan khusus sehingga perlu diterapi dan penanganan khusus,? katanya.

Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh anak autis menurut Prof Bradly, tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bisa memperoleh pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, ia menyarankan agar kampus menyediakan fasilitas khusus dan perlakukan khusus bagi mahasiswa autis ini. ?Perlu dukungan agar mereka bisa masuk universitas selayaknya dengan calon mahasiswa lain, tidak hanya dukungan akademis tapi nonakademis hingga mereka bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik,? katanya.

Dion, salah satu alumnus dari Prodi Ilmu Sejarah FIB UGM tahun 2013 mengatakan selama kuliah di kampus UGM hanya memiliki gangguan pada konsentrasi. Ia mengaku tidak  mengalami banyak kendala dalam proses perkuliahan. ?Selama kuliah, saya masih bisa ikut kegiatan dan berinterkasi dengan teman, meski teman-teman banyak tidak tahu saya mengalami hal itu,? ungkap Dion, volunteer untuk memberikan mentoring dan pemandu bagi penderita autis yang melanjutkan sekolah di Mercychurst University, Amerika Serikat.

Terakhir, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Dr Paripurna mengapresiasi adanya kegiatan seminar soal autisme ini dalam rangka memperingati Lustrum UGM ke-14. Menurutnya, UGM memiliki komitmen untuk memberikan kesempatan kepada seluruh anak bangsa untuk bisa mengenyam kuliah di kampus UGM.

Bagi mahasiswa penyandang khusus, Dr Paripurna menegaskan mereka akan medapatkan hak yang sama dengan mahasiswa lainnya.?Kampus akan selalu memperlakukan mahasiswa dengan kemampuan khusus agar bisa mendapatkan hak dan fasilitas yang sudah tersedia,? tandasnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.