Berita Nasional Terpercaya

Jaringan Aktivis 98: Tidak Perlu Lagi Aksi Gejayan Memanggil

0

JOGJA, BERNAS.ID- Jaringan Aktivis 98 Yogyakarta menghormati pilihan sebagian elemen gerakan untuk melakukan aksi masa pada 30 September 2019 yang dikemas dalam “Gejayan Memanggil” yang kedua apalagi terbukti pada aksi Gejayan Memanggil pertama, 23 September 2019 lalu berlangsung sukses, aman, tertib dan damai.

Namun demikian, Jaringan Aktivis 98 berpendapat bahwa sekarang ini tidak perlu lagi aksi Gejayan Memanggil. Hal ini bukan semata karena substansi persoalan, tapi aspirasi yang akan diperjuangkan tidak lagi relevan.

Beny Susanto, Koordinator Jaringan Aktivis 98 Yogyakarta mengatakan perlu arah gerakan demi menjaga pelembagaan demokrasi agar semakin tertata dan prinsip konstitusionalisme yang semakin kuat. “Gerakan masyarakat sipil, ekstra parlemen tidak melulu berwajah aksi masa yang berjubel dan melimpah ruah tetapi perlu kreativitas, ragam aksi yang tidak monoton,” katanya, Senin 30 September 2019.

“Apalagi dalam aksi Gejayan Memanggil dua terendus aroma residu politik elektoral 2019 semakin terasa, provokasi kepada pelajar dan gejala-gejala gerakan yang tidak sehat serta penumpang gelap. Tampak kekerasan, perusakan dan kejenuhan publik atas fakta aksi gerakan yang tidak sehat di beberapa daerah. Jujur saja, tidak jarang kita terlalu asyik aksi beramai-ramai tetapi menutup mata atas fakta terganggunya lalu lintas pengguna jalan dan kekhawatiran para pelaku usaha,” imbuhnya.

Benny mengatakan model alternatif gerakan seperti langkah legal gugatan judicial revie terhadap UU KPK yang baru disahkan tampak lebih update dan tidak memancing kegaduhan. “Bahkan hari ini telah dimulai persidangan pertama gugatan UU KPK di Mahkamah Konstitusi. Aksi penggalangan dana untuk korban bencana sosial di Papua tampak lebih menarik dan simpati. Selain update juga sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat yang mengungsi karena mulai tampak jelas problem kelaparan dan berbagai kesulitan hidup pasca dibakarnya rumah dan tempat usahanya. Dalam kasus tertembaknya mahasiswa Halu Oleu Kendari Sulawesi Tenggara, model pengawalan proses hukum bisa jadi model gerakan yang tepat,” bebernya.

Oleh karena itu, menurut Benny aksi Gejayan Memanggil kedua tidaklah perlu melibatkan ribuan masa. “Mari perkuat gerakan sosial yang kreatif dan inovatif, terutama untuk menjaga, menumbuhkan iklim demokrasi yang sehat dan konstruktif. Semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia senantiasa diberikan kekuatan lahir batin untuk terus bersyukur atas nikmat Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945. Jangan khianati nikmat Tuhan Yang Maha Esa dengan aksi perusakan, siar kebencian, permusuhan dan perpecahan,” tutupnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.