Puncak Upacara Saparan Pembagian 7 Ton Apem Siap Digelar 18 Oktober di Jatinom
YOGYA, BERNAS.ID – Rangkaian upacara tradisi Saparan 'Yaa Qowiyyu' siap digelar 6-18 Oktober 2019 di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Acara kultural ini akan diwarnai dengan penyebaran sekitar 7 ton apem, sesuai tradisi yang dilakukan Kyai Ageng Gribig, pada Jumat, 18 Oktober 2019.
“Apem-apem ini merupakan sumbangan warga Jatinom secara sukarela. Akan disebar dalam empat panggung,” ujar Daryanto selaku Sekertaris Pengelola, Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig (P3KAG), Selasa (8/10/2019) di Yogyakarta.
Dirinya menjelaskan, Ki Ageng Gribig atau kerap disapa Sunan Gribig adalah keturunan Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, yang diyakini merupakan Putra dari Prabu Wasi Jolodoro. Menurut catatan dari berbagai sumber, ia memang senang berkelana ke tempat-tempat jauh untuk menimba ilmu dan menyebar agama Islam, salah satunya adalah Desa Jatinom Klaten.
Ia meneruskan, Festival Yaa Qowiyyu berawal saat Ki Ageng Gribig pulang dari menunaikan ibadah Haji dari Tanah Suci Mekkah dengan membawa oleh-oleh kue untuk dibagikan kepada murid-muridnya di Jatinom. Namun, karena jumlah muridnya sangat banyak, kue yang ia bawa tidak mencukupi. Akhirnya, ia membuat kue dari bahan tepung beras, yang kemudian disebut dengan kue apem.
“Nama apem itu berasal dari bahasa Arab yaitu affan yang berarti ampunan,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, sebelum membagikan kue tersebut, Ki Ageng membacakan doa “yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin”,yang intinya merupakan doa memohon kekuatan untuk kaum muslimin. Dari doa itulah, nama Festival Apem diambil, yaitu Yaa Qowiyyu.
“Acara inti Yaa Qowiyyu dipusatkan di Masjid Besar Jatinom Klaten, yang berada satu komplek dengan makam Ki Ageng Gribig,” ujarnya.
Ia meneruskan, Festival Yaa Qowiyyu juga dikenal dengan nama Saparan, karena festival tahunan ini selalu dilaksanakan pada bulan Sapar, bulan kedua penanggalan Jawa. Meskipun penyelenggaraanya di kawasan desa Jatinom, namun pelaksanaannya dikelola oleh pemerintah daerah, sebab Yaa Qowiyyu merupakan sejarah besar bagi umat Islam di Klaten.
“Nguri–uri Dadi Mberkahi merupakan tajuk yang dipilih untuk tahun ini. Maksudnya dengan upaya kita yang terus-menerus kita menjaga kearifan masa lalu dengan sendirinya keberkahan-keberkahan masa lalu akan turut menyertai perjalanan masyarakat luas,” sambungnya.
Sebagai pelengkap acara, akan digelar pula lomba jemparingan, pagelaran wayang kulit “Pertu Bumi” oleh Ki Kasino Puspo Pandoyo, pameran fotografi Mia Susnadi dkk, workshop fotografi, dan diskusi tentang Ki Ageng Gribig oleh Ki Hadjar Poerwatjarita.
Selain itu, di Desa Jetis, Jatinom, digelar lomba membuat apem, lomba memancing, bazar makanan, dan pergelaran seni budaya Parade Nusantara, yang menampilkan beberapa seniman dari berbagai daerah di Indonesia. (den)