Berita Nasional Terpercaya

Wayan Supadno : Hadirnya Peluang Berawal dari Ancaman

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Sepanjang tahun 2019, harga Sawit mengalami penurunan sangat drastis dengan berbagai sebab, berangkat dari problematika harga jatuh, ruas hulu (petani) selalu menjadi tumpuan derita akhir.

Hal itu dikatakan Praktisi Pertanian, Wayan Supadno, Senin (5/11/2019) yang merasa prihatin akan hal tersebut (menurunnya harga sawit). Karena dia sendiri pernah mengalami harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit di petani hanya Rp 700 per kilogramnya.

“Saat itu termasuk saya lalu membentuk tim intelijen problematika pasar. Data terkumpul dan saya analisa, nampaknya pada ruas hilir paska panen, di pabrik kelapa sawit (PKS) tidak terjadi masalah. Karena bermain pada profir margin dari harga pokok produksi (HPP), hingga ketemu selisihnya sekitaran Rp 500 per kilogramnya antara di petani kebun dan PKS. Luar biasa,” kata Wayan.

Untuk mempertahankan kelangsungan usaha, guna mencegah terjadinya pengurangan karyawan, disebutkan Wayan Supadno, mau tidak mau, suka tidak suka harus menekan HPP di lahan. “Biaya produksi kontribusi terbesarnya ada pada pupuk dan herbisida sebanyak 70 persen, sehingga harus ada upaya khusus, jalan pintas dan logisnya adalah pemberdayaan kotoran hewan, bahan organik diperkaya biang mikroba sebagai tulang punggung utama pemupukan,” kata dia, dan ternyata hasilnya luar biasa, linier menekan HPP lalu makin kompetitif.

Wayan Supadno juga menambahkan, tidak hanya cukup sampai disitu, petani harus menikmati rejeki besar nilai tambah pada ruas hilir paska panen. “Lalu saya mengundang empat orang Kades setempat, saya ajak membentuk Koperasi agar ada kekuatan dalam kebersamaan melakukan negosiasi ke PKS,” tambahnya.

Dia juga menginvenstasikan Jembatan Timbang guna mendongkrak harga pada tingkat petani. Besar harapan kedepannya semakin bermanfaat, hingga saat ini sangat terasa manfaatnya, dengan hadirnya jembatan timbang berdampak nyata harga di petani menanjak tajam.

“Memutus mata rantai tengkulak dan lainnya yang terlalu panjang. Harga pupuk organik hayati jadi sangat murah membantu petani, agar makin kompetitif, makin makmur sejahtera, makin betah punya predikat sebagai petani. Itu semua terjadi berkat pembelajaran dari akibat ada ancaman lalu lahirlah peluang,” jelas Wayan Supadno.

Dia juga mengutip teori sebuah buku berjudul Potensi Kekuatan Cinta untuk Melakukan Penetrasi Pasar dan Menguasainya, yang mengatakan Sesungguhnya hukum kekebalan bukan hanya berlaku pada energi saja, melainkan berlaku juga untuk peluang juga. Bagai bejana saja, jika satu sisi tertekan, terancam, asalkan jeli, cermat, inovatif, kreatif, selalu menghadirkan peluang pada sisi yang lainnya. “Sungguk apik edukatif dengan ragam contoh konkret di lapangan, mudah diaplikasikan,” pungkas Wayan. (cdr)

Leave A Reply

Your email address will not be published.