Berita Nasional Terpercaya

Benteng Kalimaro: Benteng Wisata Muka Bandara YIA

0

KULONPROGO, BERNAS.ID – Keberadaan bandara baru Yogyakarta International Airport yang berada di Kulon Progo, berdampak pada dinamika masyarakat Purworejo, Jawa Tengah.

Selain membuka akses jalan, penyediaan tanah uruk dan mengubah pola pikir masyarakat, juga menyadarkan mereka tentang peranan pariwisata dalam pembangunan. Desa-desa yang berdekatan dengan bandara atau berada di tepi jalur utama dari dan ke bandara, mulai mengeksplorasi potensi wisatanya.

Demikian hasil koordinasi antara Kepala Desa Bapangsari, Tim Pelaksana Inovasi Desa Kecamatan Bagelen, Bumdes, Karang Taruna dan akademisi, Sabtu (14/12/2019).

Koordinasi yang dilaksanakan di Kantor UPK Bagelen dilanjutkan dengan pemetaan potensi wisata.

Kades Bapangsari, Taryono, SE, menekankan perlunya sinergi dan kerja sama yang saling menguatkan di antara pihak-pihak yang peduli dengan masa depan masyarakat Purworejo.

?Kami sangat berharap agar potensi Bapangsari bisa dipersiapkan dan dikelola dengan benar agar bermanfaat bagi masyarakat,? kata Taryono.

Apalagi desa ini selain berada di sisi depan dari bandara, juga menempati rangkaian perbukitan Menoreh paling selatan.

Salah satu potensi yang akan dikembangkang adalah benteng pendem Kalimaro. Benteng ini merupakan peninggalan masa pendudukan Jepang. Bertebaran di area Perbukitan Menoreh di desa Bapangsari, Somorejo, Tlogokotes dan Dadirejo.

Selain sebagai pertahanan, benteng ini juga merupakan barak militer, penjara dan lubang pengintaian. ?Kami dari pemerintah desa Bapangsari dan Bumdes siap mengelola ini agar memberikan pemasukan bagi upaya peningkatan kesejahteraan warga? tandas alumni Universitas Muhamadiyah Magelang ini.

Ketua TPID Bagelen, Alip Joyo Purnomo, menambahkan, dari atas perbukitan Menoreh dengan puluhan benteng ini bisa menikmati pemandangan alam yang lengkap dan indah seperti Laut Selatan, bandara baru, dan jajaran perbukitan Menoreh.

TPID Bagelen siap mendampingi Pemdes dan Bumdes dalam mengelola beragam aset dan potensi yang dimiliki Bapangsari agar lebih berdaya guna.

Akademisi STIE Pariwisata API Yogyakarta, Wahjudi Djaja, sangat berharap agar potensi sejarah berupa benteng Jepang ini bisa dikelola secara maksimal.

Selain harus mempertimbangkan aspek kesejarahan, pembangunan pariwisata juga perlu memperhatikan UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

?Sejarah bisa dijadikan karakter wisata Bapangsari, tetapi pengelolaannya harus benar agar jejak sejarah yang lebih dari 50 tahun ini bisa diselamatkan untuk kepentingan pendidikan karakter,? tandas Wahjudi Djaja, Minggu (15/12/2019).

Dari survei dan pemetaan ditemukan Wahjudi beragam potensi wisata di Bapangsari. Desa ini memiliki potensi yang siap dikembangkan seperti ketoprak, kuda lumping, belik Sigarbulan, nasi peneg, gula semut, pendopo, bumi perkemahan, dan penginapan yang melekat dengan rumah penduduk. (fan)

Leave A Reply

Your email address will not be published.