Berita Nasional Terpercaya

Alat Ini Bisa Menghitung Emisi Gas Rumah Kaca di Lahan Pertanian

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Selama ini penghitungan emisi gas rumah kaca (karbon) di lahan pertanian dilakukan secara manual. Penghitungan perkiraan itu berdasarkan data sekunder seperti jenis varietas yang ditanam, irigasi berlebih, pembakaran jerami secara masif, atau jenis pupuk, kemudian dicocokan dengan pedoman Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC).

Penghitungan gas rumah kaca di lahan pertanian ini perlu dilakukan karena dalam 50 tahun terakhir, terjadi peningkatan gas rumah kaca dari sektor pertanian hampir 100%. Pada tahun 1961 sektor ini menyumbangkan gas rumah kaca sebesar 2,7 miliar ton CO2 dan mengalami peningkatan cukup signifikan di tahun 2012 menjadi 5,4 miliar ton CO2.

Peneliti UGM dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho, PhD membuat terobosan baru di bidang pertanian dengan teknologi yang bisa menghitung gas emisi rumah kaca di lahan untuk semakin mengembangkan pertanian cerdas (smart farming). ?Padahal realita di lapangan, emisi karbon yang dihasilkan lahan pertanian bisa melebihi perkiraan,” jelasnya saat konferensi pers di Ruang Fortakgama UGM, Senin 16 Desember 2019.

Bayu mengatakan melalui teknologi yang dikembangkannya dapat diketahui informasi tentang emisi gas rumah kaya yaitu gas metan (CH4), karbondioksida (CO2), amonium (NH4) yang dihasilkan dari lahan pertanian. “Teknologi ini akan menerjemahkan data yang diambil dari lahan agar mudah dipahami sehingga bisa digunakan untuk melakukan prediksi-prediksi yang dibutuhkan petani, misal suhu 31 derajat celsius, yang perlu dilakukan penyiraman atau kalau besok akan hujan deras, petani dapat mencegah terjadinya gagal panen,” ujarnya.

Bayu mengatakan selama ini pengembangan pertanian cerdas selalu berorientasi pada pertanian yang persisi di proses budidaya, padahal juga dibutuhkan data-data yang diperoleh dari sensor-sensor  yang dipasang di lahan pertanian  untuk menghitung informasi yang lain. Ia menyampaikan teknologinya akan mampu membuat suatu perhitungan dengan memanfaatkan data dari sensor secara real time dan update seperti data iklim, paremeter tanah, dan pertumbuhan tanaman. Data ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem irigasi dan menghitung konsentrasi emisi gas rumah kaca sehingga bisa mendorong peningkatan produktivitas pertanian karena penerapan kalender tanam dan pola tanam yang tepat serta biaya produksi lebih rendah.

Alat penghitung emisi gas rumah kaca yang dikembangkan Bayu ini dibangun dengan 5 sensor dalam field monitoring system (FMS). Sensor yang digunakan adalah sensor radiasi matahari (pyranometer), arah dan kecepatan angin (anemometer), kelembaban dan suhu udara, hujan, dan kelembaban tanah termasuk suhu dan daya hantar listrik tanah).

Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem ini menjelaskan cara kerja alat dimulai saat seluruh sensor terkoneksi dengan data logger. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis setiap 30 menit sekali dan data akan langsung tersimpan di data logger. Selanjutnya data yang didapatkan akan diambil secara rutin setiap harinya oleh field router dan dikirim ke server melalui jaringan internet GSM. Di samping mengambil data, field router  juga akan mengirim foto lokasi satu kali dalam sehari. ?Pengguna dapat mengakses seluruh dat abaik berupa data numerik, grafik maupun gambar atau foto lewat website yang telah dibangun,? tuturnya.

Ia pun berharap dengan tekonologi ini dapat mewujudkan pertanian ramah lingkungan dengan pertanian presisi yang mengedepankan efisiensi menggunakan suatu informasi dalam mengambil keputusan. Dengan begitu berbagai kendala yang terjadi di lahan dpat segera ditangani karena telah memanfaatkan teknologi.

Inovasi ini dikembangkan sejak tahun 2016 silam dan telah diujicoba pada demplot budidaya padi SRI di Kabupaten Kupang, NTT bekerja sama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund/ICCTF BAPPENAS. Berikutnya di periode 2018 diterapkan di Kabupaten Sumba Timur NTT dan pengembangan FMS di demplot yang berada di Banjarnegara dan Purbalingga dengan pendanaan Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi, RISTEKDIKTI. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.