Berita Nasional Terpercaya

Warga Jogja Diminta Waspadai Gejala Awal Demam Berdarah

0

YOGYA, BERNAS.ID – Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta kembalk mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi meningkatnya penularan demam berdarah (DB) pada awal musim hujan. Warga diminta mewaspadai gejala awal penularan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut.

?Mewaspadai tanda-tanda awal penularan demam berdarah sangat penting dilakukan. Terutama menghitung waktu panas supaya masa shock atau kritis dapat diatasi dengan baik,? kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu, Minggu (5/1/2020).

Menurut Endang, warga perlu mencatat secara pasti waktu awal terjadi demam untuk menghitung hari demam, bahkan hingga hitungan jam bukan saja pada hari.

?Satu hari panas dihitung dari jam awal terjadinya demam. Misalnya dimulai pada pukul 08.00 WIB, satu hari demam adalah pada pukul 08.00 WIB hari berikutnya,? jelasnya.

Menurutnya, penanganan DB harus dilakukan dengan menghitung waktu demam karena masa kritis biasanya terjadi pada hari keempat atau kelima demam. Di masa kritis tersebut, suhu tubuh pasien justru mengalami penurunan yang signifikan namun terkadang disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala dan mual.

?Jika tidak ditangani dengan baik, maka masyarakat bisa saja mengartikan bahwa kondisi pasien sudah membaik tetapi yang terjadi justru pasien dalam masa shock. Pada masa seperti ini, perlu penanganan medis yang tepat,? terangnya.

Ia menambahkan, saat pasien mengalami gejala awal penularan DB seperti demam tinggi, maka disarankan untuk segera menghubungi Puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan awal yang baik.

?Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dan berbagai tindakan pencegahan lain juga perlu terus digiatkan di lingkungan warga. Mengubur barang yang berpotensi menjadi genangan juga sangat penting dilakukan,? katanya.

Ia memberikan data, hngga akhir Desember 2019, total kasus DB di Kota Yogyakarta mencapai 474 kasus dengan satu kematian atau mengalami kenaikan bila dibanding tahun sebelumnya yaitu 413 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kelurahan Brontokusuman dengan 29 kasus dan paling sedikit di Kelurahan Tegalrejo dan Patehan dengan satu kasus.

Pada 2018, sudah terjadi kenaikan kasus DB pada Oktober hingga Desember. Namun pada 2019 baru terjadi kenaikan pada Desember.

“Jika tidak dilakukan upaya antisipasi dengan pemberantasan sarang nyamuk atau menjaga kebersihan lingkungan, maka kasus bisa meningkat pada awal tahun ini,? katanya, sambil menyebut bahwa puncak kasus DB biasanya terjadi bulan Mei dan akan turun saat musim kemarau. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.