Berita Nasional Terpercaya

KKN PPM UMY Dorong Ketahanan Pangan di Desa

0

GUNUNGKIDUL, BERNAS.ID- Untuk memenuhi kebutuhan sayuran yang merupakan salah satu bahan konsumsi setiap hari, para ibu rumah tangga di wilayah Dusun Gedang Klutuk, Desa Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul harus membeli dari pasar. Padahal sebenarnya masyarakat masih memungkinkan mengusahakannya di pekarangan sekitar rumah tempat tinggal. Sebab pekarangan di wilayah ini sebenarnya masih cukup luas, namun sebagian besar belum dimanfaatkan dan hanya dibiarkan menjadi lahan tidur. 

Baca juga: Apa Itu Jurusan Sistem Informasi? Inilah Mata Kuliah dan Prospek Kerjanya

Dalam memanfaatkan lahan pekarangan, masyarakat petani bisa menggunakan prinsip Nandur opo sik dipangan, Mangan opo sik ditandur. Yang artinya tanam apa yang dimakan, makan apa yang ditanam sehingga ketahanan pangan akan tercipta dari dalam rumah sendiri. 

Itu disampaikan oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY Muhammad Fauzan SP MSc, dalam Penyuluhan dan Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan dan pelatihan penanaman dan pemeliharaan tanaman cabai dalam pot dan botol bekas, di Balai Dusun Gedang Klutuk. Sasaran kegiatan dari Tim KKN PPM 015 UMY ini adalah warga masyarakat Dusun Gedang Klutuk Desa Kanigoro, khususnya kaum ibu rumah tangga dan anggota karang taruna, sejumlah 45 orang. 

“Dengan pengelolaan pekarangan untuk tanaman sayuran ini diharapkan bukan hanya lingkungan terkelola dengan lebih baik, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan sayuran untuk sehari-hari, yang artinya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga,” ujar Fauzan, di Kampus UMY, di Tamantirto, Bantul, Kamis (13/2).

Baca juga: 5 Universitas Jurusan Sistem Informasi Terbaik di Indonesia

Fauzan mengharapkan, meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat, khususnya kelompok ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dan pendapatan keluarga.

“Seperti mampu menerapkan beberapa teknik penanaman dan pemeliharaan secara sederhana yang dapat diimplementasikan secara mudah oleh masyarakat, seperti menanam cabai di pot dan botol atau ember bekas,” ungkap Fauzan. 

Fauzan menyampaikan, kelompok KKN 015 juga menghibahkan tanaman cabai dalam pot sebanyak 350 buah untuk dibagikan kepada warga masyarakat Dusun Gedang Klutuk Desa Kanigoro. Setiap 1 KK mendapatkan 2 tanaman cabai. Secara simbolis diterima oleh Kepala Dusun Gedang Klutuk Endri Dwiana, yang sekaligus mengungkapkan terima kasih kepada Tim KKN PPM 015 UMY karena telah berbagi pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi warga masyarakat, khususnya kaum ibu. Diharapkan masyarakat dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diberikan tentang pemanfaatan lahan pekarangan secara berkelanjutan.

“Warga sangat antusias mengikuti pelatihan ini, karena ternyata mudah untuk dilakukan,” kata Endri. 

Narasumber utama Pembina Kelompok Tani Joglo Tani Seyegan Sleman Bapak TO Suprapto memaparkan, pekarangan sebenarnya memiliki sejumlah peran dalam kehidupan sosial ekonomi rumah tangga. Pekarangan sering disebut lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup karena kebutuhan pangan seperti sayur, buah, serta tanaman obat-obatan dapat tersedia di pekarangan. Bahan-bahan tersebut disimpan di pekarangan dalam keadaan hidup.

Baca juga: Daftar Universitas Kuliah Jurusan Bisnis Manajemen di Indonesia

“Pemanfaatan pekarangan dapat dilakukan dengan menanam tanaman yang dikonsumsi sehari-hari, seperti cabai, tomat, dan jenis sayuran lain dengan teknologi tanam yang sederhana, mulai dari tanam dengan pot, botol atau ember bekas, sistem vertikultur, dan tabulampot,” terang Suprapto. 

Dengan menanam sayuran di pekarangan, kata Suprapto, masyarakat akan mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan sekaligus dapat menghemat biaya belanja bulanan.

“Optimalisasi lahan pekarangan merupakan upaya mewujudkan masyarakat yang memiliki ketahanan pangan dengan memberdayakan potensi pangan lokal,” jelas Suprapto. 

Anggota Gapoktan Desa Kanigoro Mursalim mengapresiasi kegiatan ini karena membuka wawasan masyarakat bahwa pekarangan bisa dijadikan sumber pangan.

“Yang terjadi saat ini, petani selalu membeli sayur di pasar, padahal mereka seharusnya bisa menanamnya sendiri. Bahkan cabai pun harus beli, kan itu lucu,” kata Mursalim. 

Salah satu peserta Rumini mengatakan kegiatan ini menyadarkan bahwa pekarangan adalah sumber bahan pangan keluarga dan kita tidak harus selalu membeli sayur di pasar, agar bisa menghemat pengeluaran keluarga. (*/jat)

Baca juga: 13 Universitas Jurusan Akuntansi Terbaik Indonesia dan Luar Negeri

Leave A Reply

Your email address will not be published.