Berita Nasional Terpercaya

Perspektif Waktu dalam Upaya Pemulihan Perekonomian Desa

0

Bernas.id – Bulan Juli 2020 menjadi momentum dimulainya masa kenormalan baru, setelah pandemi Covid19 memaksa seluruh kegiatan perekonomian berhenti di pertengahan bulan Maret 2020. Webinar Kongres Kebudayaan Desa Seri 2: Ekonomi Berkeadilan, Perekonomian Desa dalam Tatanan Indonesia Baru yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Juli 2020 pukul 13.00 – 16.00 menjadi pembuka dari masa tersebut. Dengan kehadiran narasumber yang akan mengisi seperti Prof. Ahmad Erani Yustika (Guru Besar FEB Univ Brawijaya), Dr. Francis Wahono (FE Universitas Sarjanwiyata), Dr. Rimawan Pradiptyo, Ph.D (FEB UGM), Dewi Hutabarat (Koperasi KOBETA) serta  Bapak Rudy Suryanto (Founder Bumdes.id), diharapkan akan mampu menelurkan banyak strategi yang bisa dilakukan agar perekonomian desa-desa bisa bertahan. 

Pada kongres tersebut, Bapak Rudy Suryanto berwacana memberikan perspektifnya tentang perekonomian desa selama masa pandemi. Bahwa ada perspektif waktu yang harus dipertimbangkan saat mencetuskan strategi pemulihan perekonomian desa. Perspektif waktu ini meliputi 3 lini masa, yaitu masa normal sebelum pandemi, masa pandemi, dan masa new normal setelah pembatasan sosial berskala besar dihilangkan. 

Untuk memulihkan perekonomian, desa seharusnya bisa mengevaluasi prioritas produk unggulan desa dalam tiga masa tersebut. Pada masa normal sebelum pandemi, banyak desa yang lebih fokus pada produk yang merupakan kebutuhan tersier, seperti kawasan wisata. Walaupun produk tersebut mendatangkan omset yang besar dari pengunjung, di masa pandemi dan kenormalan baru nanti, prioritas pada produk wisata desa harus dievaluasi kembali mengingat tidak boleh ada kerumunan. Belum lagi protokol kesehatan yang harus dipenuhi di setiap tempat wisata. Prediksi wisata desa baru akan pulih di kuarter keempat 2021 atau malah di kuarter pertama 2022. 

Perspektif waktu ini menjadi penting karena jika tidak ada persiapan matang, maka momentum untuk memulihkan perekonomian desa menjadi tidak tercapai. Setiap desa harus segera menentukan prioritas produk unggulannya, sebelum bergerak memasarkan ke warga desa sendiri maupun ke luar desa. Sayangnya, tidak semua desa saat ini memiliki kemampuan untuk memetakan produk unggulan, sehingga desa bukan menjadi produsen malah hanya sebagai konsumen saja.

Leave A Reply

Your email address will not be published.