Berita Nasional Terpercaya

Modifikasi Pertunjukan Budaya Jogja di Masa Pandemik

0

YOGYA, BERNAS.ID–Pertunjukan budaya di DIY mau tidak mau juga harus beradaptasi dengan pandemi Covid-19. Protokol pencegahan penularan Covid-19 diharapkan untuk bisa diaplikasikan ke pagelaran budaya. Salah satunya, adalah modifikasi terkait dengan waktu digelarnya acara pagelaran budaya.

Kabid Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya, Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menjelaskan bila salah satu pagelaran budaya bisa menyesuaikan durasi yang saat ini dibatasi. Salah satunya adalah pagelaran wayang yang dilakukan dengan durasi padat.

“Karena dalam waktu pandemi Covid-19 sekarang paling maksimal jam 10. Jam 10 itu kan kalau versi gugus tugas penanganan Covid-19 DIY harus sudah bubar semua aktivitas masyarakat,” ujar Dian, Jumat (10/7/2020).

Dian juga menjelaskan jika pagelaran dengan durasi yang dipadatkan atau lebih pendek dari durasi biasanya sudah dilakukan di sejumlah daerah. 

“Sebenarnya pagelaran wayang dengan durasi padat sudah banyak dilakukan. Namun, untuk konsep seperti ini  belum pernah kami lakukan, sehingga kami akan coba,” kata Dian.

Ia mengaku, pihaknya akan mengkombinasikan pakem pagelaran budaya yang masih bisa dipertahankan dengan disesuaikan dengan protokol pencegahan penularan Covid-19.
Pihaknya sedang menyiapkan beberapa konsep pertunjukan kebudayaan di tengah pandemi Covid-19. Diantaranya, menggunakan live streaming dan pertunjukan dengan terlebih dahulu sudah direkam aksi pertunjukan. 

“Kalau live streaming kan real time. Ini juga menjadi pembelajaran baru bagi pelaku seni maupun masyarakat. Kalau live streaming kan tidak bisa direkayasa. Makanya, kami harus siap 100 persen. Kedua pertunjukan yang sudah di tapping sebelumnya,” terang Dian.

Ia menambahkan, pertunjukan kebudayaan yang menggunakan sistem live streaming mendapatkan perhatian yang cukup tinggi jika dibandingkan masyarakat yang melihat pertunjukan yang sudah direkam sebelumnya. 

“Untuk acara acara yang digelar secara live streaming penontonnya memang banyak, itu terlepas dari komunitas pelaku seni yang main, dan faktor tokoh yang bermain di situ. Tapi secara garis besar penonton live streaming lebih banyak ketimbang tapping,” ungkap Dian.

Pementasan wayang kulit maupun orang dengan menggunakan konsep daring artinya tidak ada yang menonton secara langsung. Pihaknya juga akan meninjau bagaimana respons masyarakat dalam mengapresiasi pertunjukan kebudayaan secara online. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.