Berita Nasional Terpercaya

Prof Cornelis Lay, Guru Besar UGM Tutup Usia, Presiden Jokowi Ucapkan Belasungkawa

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Guru Besar Fisipol UGM, Prof Dr Cornelis Lay, MA, meninggal dunia pada hari Rabu (5/8/2020) di Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta pada usia 61 tahun. Pria yang akrab disapa Mas Cony ini meninggalkan satu orang istri dan dua orang anak.

Dalam pidato upacara penyemayaman di Balairung UGM, Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono mengatakan Cornelis Lay merupakan intelektual yang dimiliki UGM yang banyak memberikan kontribusi pemikiran pada pengembangan pendidikan ilmu pemerintahan dan politik.?Beliau dikenal sebagai pejuang dan pemikir besar pada bidang ilmu pemerintahan dan politik pada Fisipol UGM. Pemikiran-pemikiran besar dapat kita lihat pada buku yang beliau tulis dan pada pidato pengukuhan Guru Besarnya tahun lalu,? katanya, Kamis (6/8/2020).

Rektor UGM sempat mengutip pidato Prof Cornelis Lay saat upacara pengukuhan Guru Besar 6 Februari 2019 lalu yang berjudul “Jalan Ketiga Peran intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan”. Menurut Rektor, pada pidatonya, Cornelis menyampaikan refleksi pemikirannya soal posisi intelektual ketika berhadapan pada kekuasaan. ?Menurutnya kaum intelektual harus menyadari beragam kekuatan politik yang bisa mempengaruhi pembentukan kurikulum, penilaian akademik dan pemikiran, serta relasinya pada kemanusiaan,? ujarnya.

Salah satu pesan yang disampaikan oleh Cornelis Lay, kata Rektor, seorang intelektual harus menyampaikan semua kebenaran yang diketahuinya dan tidak bersembunyi pada kebohongan. ?Pesan beliau, dosa terbesar kaum intelektual terletak pada kebohongan dalam mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya,? katanya.

Sedangkan, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Prof Dr Pratikno mengatakan ia mewakili Presiden Joko Widodo untuk datang mewakili Presiden menghadiri upacara penyemayaman dan penghormatan terakhir pada Cornelis Lay. ?Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian pak Cony, ? katanya.

Pratikno menuturkan, kepergian Cony, bukan hanya kehilangan bagi dunia akademik di kampus namun juga dari dunia politik di Indonesia. ?Tidak semua orang bersahabat dengan dia dari sisi politik. Pasti banyak pesaing dan lawan politik. Tapi saya yakin ia dianggap sebagai seorang pejuang dalam dunia politik,? katanya.

Dalam kesempatan itu, menutup sambutannya, Pratikno mengutip tulisan Presiden Jokowi pada buku biografi yang didedikasikan untuk almarhum yang diterbitkan tahun lalu, ?Mas Cony yang saya kenal adalah seorang akademisi, pemikir, dan selalu kritis, tidak tergiur dengan gemerlap jabatan,  tidak terseret oleh arus kekuasaan, dan selalu berjuang untuk kemanusiaan,? pungkasnya.

Dalam daftar riwayat hidup yang dibacakan oleh Dekan Fisipol UGM Prof Dr Erwan Agus Purwanto, Cornelis Lay dilahirkan di Kupang, 6 September 1959. Ia menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu pemerintahan UGM tahun 1987, S2 di Saint Mary?s University Canada, Amerika Serikat tahun 1992,dan pendidikan S3 ilmu Politik di UGM tahun 2015.

Ia memulai pekerjaan sebagai dosen sejak 1988, dan meraih jabatan Guru Besar pada tahun 2018. Selain menjadi dosen, semasa hidupnya, ia pernah menjabat sebagai Kepala Biro Pemerintahan dan Politik Dalam Negeri pada Deputi Bidang Politik, Sekretariat Wakil Presiden tahun 2000-2004. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM tahun 2007-2011 dan Asisten Dekan Senior bidang Penelitian Pengabdian Masyarakat Fisipol UGM tahun 2009-2010. (jat

Leave A Reply

Your email address will not be published.