Berita Nasional Terpercaya

M Jazir: Pancasila Tak Boleh Dipermasalahkan dan Dimanfaatkan Lagi

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Pancasila adalah sesuatu yang sudah final, dan tidak boleh diotak-atik atau dipermasalahkan lagi. Pancasila dalam sejarahnya sudah dicoba dibajak untuk kepentingan kekuasaan sejak masa Republik Indonesia Serikat. Dan pemimpin yang mengingkari esensi Pancasila pasti akan jatuh.

Muhammad Jazir ASP selaku tokoh pegiat Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan hal tersebut dalam diskusi bersama Fraksi PKS DPRD DIY, Sabtu (22/8/2020). Diskusi yang digelar untuk memperingati HUT NKRI ke-75 ini disiarkan live lewat media sosial Fraksi PKS DIY.

“Kalau sekarang dibentuk BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) itu berarti Pancasila dibawah Pemerintah. Itu tidak boleh. Ini pasti menjadi pintu gejolak rakyat, dan rezim ini pasti jatuh. Pancasila tidak boleh dihinakan di bawah kekuasaan. Kekuasaan yang harus tunduk pada Pancasila,” katanya.

Jazir juga mengajak berbagai pihak untuk tak mempermasalahkan kapan hari lahir Pancasila, 1 Juni atau 18 Agustus. Tanggal 1 Juni dipilih Pemerintah karena gagasan Pancasila sebagai dasar negara dilontarkan Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945. Namun rumusan Pancasila Soekarno itu tidak sepenuhnya diterima BPUPKI. Karena itu baru pada 18 Agustus 1945 Pancasila baru disahkan dan disepakati bersama sebagai dasar negara yang resmi.

“Dua-duanya benar, tidak perlu dipermasalahkan,” tegas sesepuh Masjid Jogokariyan ini.

Menurutnya, tanggal lahir Pancasila diperdebatkan karena ada kecurigaan bahwa ada pihak yang ingin mengembalikan gagasan awal Soekarno bahwa Pancasila bisa diperas menjadi Trisila dan ekasila, yang dianggap tidak mengandung sila Ketuhanan.

“Padahal pidato Soekarno menegaskan bahwa negara kita itu ber-Tuhan,” tegasnya.

Ia mengingatkan, orang-orang yang ingin mengembalikan Indonesia menjadi negara sekuler, berarti melawan pemikiran Soekarno. Karena pemikiran Soekarno menurut Jazir sangat berfondasi agama.

“Kalau pendukung Soekarno pasti mendukung negara ini Berketuhanan Yang Maha Esa,” katanya.

Terkait makna kemerdekaan, menurutnya berarti menjadi Indonesia harus menjadi bangsa yang mandiri, tidak tergantung dengan negara lain yang lebih besar. Jangan sampai terjadi lagi aset-aset negara dijual untuk asing.

“Sekarang ini menjual negara dianggap hal yang biasa, menjadi pragmatis menjadi biasa. Ini pengkhianatan terhadap Pancasila dan UUD 45,” tegasnya. (den)

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.