Berita Nasional Terpercaya

PANDEMI DAN PERCEPATAN TRANSFORMASI DIGITAL

0

Sebuah perusahaan aplikasi komunikasi berbasis cloud dari Amerika Serikat, Twilio, baru-baru ini merilis hasil survey mereka kepada 2.500 pemilik bisnis di seluruh dunia tentang dampak pandemi covid-19 terhadap transformasi digital dalam bisnis mereka. 

Sebanyak 68% menyadari dan memahami bahwa pandemi telah menciptakan percepatan transformasi digital dalam bisnis mereka, sementara 29% menyadarinya meskipun belum memahami bagaimana rencana transformasi yang diperlukan. Artinya sebanyak 97% setuju bahwa pandemi dalam waktu singkat bisa mempercepat kebutuhan perubahan menuju pada ekosistem digital yang sebenarnya telah diinisiasi dalam 15 tahun terakhir.

Menurut Adam Lashinsky, seorang Editor Senior di Fortune Magazine, bahwa Digitalisasi bukan lelucon atau utopia. Bisnis di dunia saat ini sedang mempelajari pentingnya aktivitas berbasis digital, mulai dari berkomunikasi, menjual hingga proses bisnis. Faktanya bahwa pandemi mempercepat pergeseran yang semakin nyata pada akhirnya akan terjadi. Konsekuensi dari transformasi digital sangat besar dan menakutkan. Setiap pekerja, setiap pemimpin, dan setiap organisasi akan terpengaruh olehnya, dan banyak yang akan tertinggal jika tidak melakukan adaptasi dan menyusun ulang rencana bisnisnya.

Berikut secara lengkap hasil temuan utama dari Laporan Riset yang dilakukan oleh Twillio tentang pandemi sebagai akselerator transformasi digital :

  • COVID-19 adalah percepatan digital dekade ini. COVID-19 mempercepat strategi komunikasi digital perusahaan rata-rata 6 tahun. 97% pembuat keputusan perusahaan percaya bahwa pandemi mempercepat transformasi digital perusahaan mereka.
  • Komunikasi digital adalah sumber kehidupan baru untuk bisnis. Hampir semua perusahaan (95%) mencari cara baru untuk melibatkan pelanggan sebagai dampak dari COVID-19. 92% mengatakan bahwa mengubah komunikasi digital menjadi sangat atau sangat penting untuk mengatasi tantangan bisnis saat ini.
  • Masalah penghambat inovasi selama ini telah dipecahkan. 79% responden mengatakan bahwa COVID-19 meningkatkan anggaran untuk transformasi digital. Perusahaan melaporkan pelonggaran hambatan seperti: kurangnya strategi yang jelas (37%), mendapatkan persetujuan eksekutif (37%), keengganan untuk mengganti perangkat lunak lama (35%), dan kurangnya waktu (34%).
  • Komunikasi omnichannel menjadi semakin penting. 92% mengatakan organisasi mereka sangat butuh untuk memperluas saluran komunikasi digital saat dunia terbuka kembali. Lebih dari setengah (54%) mengatakan COVID-19 mendorong fokus pada komunikasi omnichannel dan 53% menambahkan saluran baru di tengah pandemi. 1 dari 3 perusahaan mulai menggunakan saluran obrolan langsung dan IVR untuk pertama kalinya akibat COVID-19.

Dikaitkan dengan tahapan teknologi digital, Transformasi Digital merupakan tahapan ketiga setelah Digitasi dan Digitalisasi. Artinya Digitasi dan Digitalisasi berbeda dengan Transformasi Digital.

Digitasi Menurut Mohammad Hasbi AS (2007), merupakan proses alih media cetak atau analog ke dalam media digital atau elektronik melalui proses scanning, digital photography, atau teknik lainnya. Sedangkan menurut Khomsin (2004) digitasi adalah proses untuk mengubah informasi grafis yang tersedia dalam kertas ke formal digital. 

Digitalisasi sendiri merupakan proses instalasi dan penerapan dari digitasi ke dalam berbagai pekerjaan dan aktivitas manusia, seperti digitalisasi dalam bisnis, pemerintahan, sekolah, dan sebagainya. Sedangkan Transformasi Digital merupakan perubahan yang terjadi baik secara alamiah maupun dengan perencanaan dengan penerapan teknologi digital.

Kembali pada pandemi covid-19 dengan dampak dan karakternya, telah mendorong percepatan transformasi digital dalam peradaban manusia. Hal ini dapat kita lihat juga dalam riset yang dilakukan oleh Workday, sebuah lembaga penyedia teknologi keuangan dan SDM, bahwa 50 persen perusahaan Indonesia memprioritaskan transformasi digital, sementara 31 persen perusahaan lainnya justru memperlambatnya. Selain itu, pandemi juga membuat 41 persen perusahaan kesulitan mengelola cara-cara baru dalam merunut rantai perizinan dan kegiatan operasional lainnya. Studi juga menunjukkan kurangnya kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sarana digital menjadi salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam mewujudkan transformasi digital selama pandemi. Sekitar 61 persen perusahaan di Indonesia tidak memiliki budaya kerja yang memberi penekanan pada ketangkasan dalam beradaptasi. Sementara itu, 63 persen perusahaan menilai kurang dari setengah karyawan mereka memiliki kemampuan yang mumpuni dalam memanfaatkan sarana digital.

Ada setidaknya 4 faktor yang perlu diperhatikan agar orang dan organisasi di Indonesia tidak tertinggal oleh arus perubahan digitalisasi ini, yaitu : SDM yang kompeten, infrastruktur yang memadai, kebijakan yang mendukung, serta ekosistem yang konvergen. 

Leave A Reply

Your email address will not be published.