Berita Nasional Terpercaya

Fenomena Superspreader dan Jenuh Covid-19

0

Bernas.id – Angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia secara nasional belum menunjukkan tanda-tanda akan menurun. Bahkan, data terakhir dari Gugus Covid19 di halaman websitenya menunjukkan penambahan lebih dari lima ribu kasus baru di tanggal 27 November 2020. Setelah hampir 9 bulan terkungkung di rumah, tak heran jika masyarakat mulai jenuh dengan Covid-19 dan melonggarkan protokol kesehatan yang seharusnya dipatuhi. 

Banyak masyarakat yang mulai tidak tertib memakai masker saat bertemu dan berkumpul dengan tetangga. Masker tidak dipakai dengan benar, seringkali hanya menutupi mulut atau bahkan hanya dikaitkan di dagu. Masyarakat mulai tidak memperhatikan pembatasan sosial dengan menjaga jarak saat mengadakan pertemuan atau perhelatan besar seperti pernikahan. Bahkan, tak jarang ada yang beranggapan bahwa virus Covid19 itu tidak ada. 

Kelonggaran protokol kesehatan ini tentu harus mulai mendapat perhatian khusus dari seluruh lapisan masyarakat. Setiap orang bisa terkena virus dan menyebarkan ke yang lain. Bahkan, beberapa orang terindikasi sebagai superspreader (atau penyebar super), yaitu mereka yang terkena virus dan bisa menyebarkan virus tersebut ke lebih dari dua orang dalam waktu yang singkat. Superspreader ini biasanya adalah mereka yang berada pada usia produktif, masih bekerja dengan aktif berkumpul dengan banyak orang, dan tidak menunjukkan gejala jika mereka terinfeksi virus.    

Seseorang bisa menjadi superspreader saat ia terinfeksi virus yang lebih ganas dengan dosis lebih tinggi, atau tubuhnya terinfeksi virus dengan jenis patogen yang berbeda. Superspreader biasanya juga memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, karena mereka tidak menunjukkan gejala namun tetap bisa menularkan kepada yang lain. 

Fenomena superspreader ini bukan hanya terjadi pada wabah virus Covid-19 saja, tetapi sudah ada sejak sekitar tahun 1900. Saat itu ada seorang pasien yang bisa menularkan wabah tipus ke-51 orang sementara pasien tersebut tidak menunjukkan gejala sama sekali. Yang berbahaya adalah, sangat kecil kemungkinan bisa mengenali seorang superspreader pada orang-orang yang ditemui. 

Cara terefektif untuk menghindari penularan dari superspreader ini adalah dengan tetap memakai masker tiga lapis dan jika ada pelindung wajah (face shield) sebagai tambahan. Pembatasan sosial dengan menjaga jarak, serta disiplin mencuci tangan juga harus tetap dipatuhi agar penyebaran virus bisa dicegah. Serta yang terpenting adalah prioritas kegiatan tetap dibatasi, tidak banyak bepergian agar tidak membawa virus ke anggota keluarga di rumah. (TAF)

Leave A Reply

Your email address will not be published.